Semalam sebelum sidang skripsi ritual bersihkan toilet
Aji mengakui bahwa keterlambatan lulus di UPN Jogja adalah berkat dari kelalaiannya. Di sisi lain, ia mengaku bingung karena baik dosen maupun orang tuanya tidak memberi tekanan berarti untuk cepat lulus.
“Orang tua ada perhatian tapi nggak menekan. Kalau dosen malah nggak pernah menanyakan. Aku nggak tau ini blessing atau curse,” kelakarnya.
Hari semakin mendekati batas masa studi. Aji, menuntaskan skripsi pakai sistem kebut cepat. Sampai akhirnya bisa mendaftar sidang skripsi gelombang terakhir pada semester 14.
“Telat seminggu wassalam, drop out,” ujarnya.
Namun, kendati mengerjakan skripsi dalam waktu yang singkat, Aji mengaku tidak merasa panik menghadapi sidang skripsi. “Bodo amat,” katanya. Baginya, yang terpenting sudah mengupayakan secara maksimal di sisa waktu yang ada.
Malam hari sebelum sidang, seperti biasa, ia sulit tidur. Dini hari, saat sedang ke toilet ia tiba-tiba merasa risih. Ingin menyikat dinding-dinding toilet yang bernoda. Aji memang mengaku, sering merasa ingin membersihkan toilet. Bahkan pernah suatu ketika, ia menginap di kos teman, melihat toilet kotor ia langsung menyikatnya sampai kinclong.
“Aneh, aku itu bisa tiba-tiba merasa risih kalau lihat sesuatu kotor dan ga rapi. Tapi sering juga malas-malasan sampai barang-barangku berantakan,” katanya.
Meski malam hari sebelum sidang skripsi memilih bersih-bersih toilet ketimbang mempersiapkan materi, ternyata ia jadi tenang. Di hadapan dosen penguji di UPN Jogja ia mengaku bisa memperesentasikan dengan lancar.
Selepas itu, Aji baru bisa wisuda pada gelombang semester selanjutnya. Namun, kelulusan ditentukan dari sidang skripsi bukan perayaan kelulusannya.
“Sekarang aku sadar kalau aku tuh pekok (bodoh). Cuma ya baru belakangan sadarnya. Sadar kan memang di akhir, kalau di awal namanya persiapan. Nggak ada orang persiapan mau kuliah 14 semester,” ujarnya tertawa.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News