Saya Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tapi Jualan Tembakau ketimbang Kerja Kantoran, Cuannya bikin Tenteram

Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Pilih Bisnis Tembakau MOJOK.CO

Ilustrasi - Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) pilih bisnis tembakau. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Sarjana lulusan kampus top seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) mestinya berpikir untuk kerja kantoran. Namun, tidak dengan Alya (26). Dia memilih jalannya sendiri merintis bisnis tembakau. Meskipun orang tua sempat keberatan, tapi ternyata hasilnya bisa melebihi UMR Jogja.

***

Obrolan antara saya dengan Alya sebenarnya sudah berlangsung Mei 2024 lalu. Saat itu, Alya bercerita banyak perihal pengalamannya berhadapan dengan dosen pembimbing killer sewaktu proses skripsian di Universitas Gadjah Mada (UGM). Sampai kemudian, barulah saya tahu kalau ternyata Alya memiliki bisnis tembakau.

Dia kuliah pada 2016, mengambil jurusan Farmasi. Untuk perkuliahannya, Alya lulus pada 2020. Kemudian lanjut Profesi Apoteker yang bisa dia tuntaskan pada 2021.

“Di tahun 2020 itu semua bermula,” ujar Alya waktu itu.

Renungan usai kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan biaya orangtua

Alya terus terang menyebut, biaya kuliahnya di Farmasi Universitas Gadjah Mada sejak 2016-2020 ditanggung oleh orangtuanya. Dia tak mau menyebut angkanya, tapi yang jelas terbilang mahal.

Menjelang mengambil masa profesi, sialnya terjadi Covid-19. Di sinilah Alya mulai merenung perihal bagaimana agar dia bisa menghasilkan uang sendiri, tidak meminta orangtuanya lagi.

Mengingat, saat Covid-19 melanda pada 2020 itu, kondisi keuangan keluarganya sedang agak tersendat.

“Uang bulanan saya pun sampai dipotong. Saya putar otak. Akhirnya kerja sama denga temen untuk bisnis tembakau, jadi distributor,” tutur Alya.

Pada masa Covid-19, tren merokok tembakau lintingan alias tingwe (linting dewe) memang bergeliat. Alasannya sederhana. Pemasukan kurang, tentu akan pikir-pikir jika mau beli rokok. Alhasil, tingwe menjadi pilihan.

“Jadi itu alasanku kenapa langsung srek bikin usaha tembakau. Karena permintaan lagi naik banget,” terang sarjana Universitas Gadjah Mada tersebut.

Lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) pilih bisnis tembakau

Orangtua Alya awalnya ternyata tak begitu setuju. Sebab, bagaimana pun saat itu Alya adalah calon lulusan Universitas Gadjah Mada, salah satu kampus top di Jogja dan Indonesia.

Namun, Alya tetep keukeuh mencoba. Akhirnya, berbekal uang tabungan, dia dan temannya mantap memulai bisnis di bidang tembakau di Jogja.

Alhamdulillah, ternyata sejak awal merintis dikasih kemudahan sama Allah Swt,” ujar Alya. Dia tak menyebut angka omzet yang didapat perbulan. Akan tetapi, yang jelas, dia berani menyebut berada di atas UMR Jogja. Mestinya bukan angka yang kecil.

Seiring waktu, orantua Alya akhirnya justru berbalik mendukung penuh. Bukan persoalan omzet semata. Namun, orangtua Alya melihat ternyata Alya sangat menikmati bisnis tembakaunya tersebut.

“Terlebih orangtuaku udah sepuh. Nah, karena jam kerjaku jadi fleksibel, mereka jadi senang aku bisa menyisikan waktu buat mereka,” kata Alya.

“Sekarang mereka mendukung penuh pengembangan bisnis kami,” imbuhnya.

Toh bisnis tembakau Alya itu tak mengganggu prosesnya menjalani Profesi Apoteker di Universitas Gadjah Mada. Dia tetap bisa menyelesaikannya dengan baik.

Baca halaman selanjutnya…

Kerja kantoran nanti dulu

Cita-cita yang semoga lekas terwujud

Sejak buka 2020 hingga 2024 ini, bisnis tembakau Alya itu masih berjalan lancar. Alhamdulillah. Namun, dia juga punya cita-cita lain yang harapannya bisa lekas terwujud.

Sebagai lulusan Farmasi Universitas Gadjah Mada, Alya masih punya harapan bisa bekerja yang berhubungan dengan jurusannya tersebut. Dia kini sedang mengumpulkan modal. Kelak dia ingin mengembangkan bisnis lain selain bisnis tembakau.

InsyaAllah kalau ada rezeki punya cita-cita buka Apotek sih, doakan ya,” ucap Alya.

Selama menekuni bisnis tembakau, tak hanya dari orangtua, beberapa orang di sekitarnya juga mempertanyakan, kenapa tak fokus kerja sesuai bidang yang ditekuni di Universitas Gadjah Mada?: kefarmasian.

Meski begitu, tidak ada rasa gengsi. Kerja apapun yang penting halal. Dan yang penting, hasil dari bisnis rintisannya tersebut nyatanya bisa memberi hasil di atas UMR Jogja, di tengah keluhan-keluhan para sarjana bergaji kecil, bergaji di bawah UMR, bahkan para sarjana yang sulit cari kerja sekalipun dari kampus ternama.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tips Khusus Lulus Jurusan Kedokteran Tepat Waktu dan IPK 3,9 ala Sarjana Kedokteran UGM, Jadwal Padat Bisa Disiasati

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

 

 

Exit mobile version