Pahit Gagal Lolos SNBT UGM, Mimpi Tak Padam Meski Kuliah di Tempat Lain Dulu Sampai Akhirnya Bisa Kuliah S2 di UGM

Ilustrasi gagal masuk UGM (Mojok.co)

UGM jadi kampus impian banyak orang. Gagal menuju kampus itu saat menjadikannya pilihan utama di SNBT tak mematahkan arang. Ternyata, jalannya datang saat kuliah S2.

Pada masa-masa jelang SNBT 2024, gambaran kampus UGM sedang ada di benak banyak calon mahasiswa. SNBT atau dulu SBMPTN adalah jalur masuk UGM dengan persentase terbesar, hingga 40 persen. Tak heran jika banyak yang menggantungkan harapan lewat jalur tersebut.

Namun, realitanya sebagian besar yang nantinya memilih UGM sebagai tujuan akan gagal. Ada yang kemudian merelakan mimpi tersebut, tapi ada juga yang terus menjaga asa lewat jalur mandiri. Atau hingga jalan hidup ternyata membawa ke Kampus Kerakyatan.

Kisah itu salah satunya dialami Taufiq (25). Dulu, ia menjadikan UGM sebagai destinasi utama tujuan studi selepas lulus SMA pada 2017. Dua jurusan yang hendak ia tuju memang cukup prestisius, yakni ilmu hukum dan psikologi.

ppsmb ugm (Mojok.co)
Ilustrasi. Keriangan para mahasiswa baru UGM 2023 (Hammam/Mojok.co)

Pada SNBT yang pada 2017 masih SBMPTN, ia hanya menjatuhkan pilihan ke dua jurusan tersebut di UGM. Sayangnya, ia gagal.

“Sempat nyoba ujian mandiri UGM juga tapi belum rezeki juga,” kenangnya kepada Mojok Rabu (6/4/2024).

Ternyata, rezekinya membawanya menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang pada tahun itu. Ia masuk di Jurusan Psikologi UB lewat jalur mandiri.

Gagal SNBT, sempat S1 di dua kampus

Ternyata, setelah menjalani hampir 2 semester di UB Taufiq merasakan ketidakcocokan. Selain sadar minatnya bukan di psikologi, saat itu jurusannya masih akreditasi C. Sehingga membuatnya ragu.

Ia lalu mencoba mempersiapkan diri untuk ikut seleksi SNBT lagi. Namun, ia tidak mau ambil risiko terlalu tinggi dengan mengambil pilihan kampus dengan selektivitas ketat.

“Realistis dulu, aku nggak berani ambil UGM di momen itu,” tuturnya.

Akhirnya, pada 2018 ia diterima di Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga. Baginya memang bukan pilihan yang terlalu ideal tapi setidaknya Taufiq merasa lebih cocok. Dan lebih dekat dengan rumahnya di Jawa Tengah.

Baca halaman selanjutnya…

Mereka masih menyimpan UGM di dalam hatinya, sampai akhirnya nasib menentukan

Beruntung, di UIN Jogja akhirnya ia berhasil menamatkan kuliah hingga jadi sarjana. Ia merasa puas dengan keputusan yang ia ambil.

Bahkan, ia menyadari bahwa dulu ia mengutamakan kampusnya ketimbang jurusan yang sesuai minat dan bakatnya. Ia mengaku pada akhirnya menyadari bidang yang ia suka setelah masuk di kampus lain.

“Dulu saat mengejar UGM itu ya memang utamanya melihat kampusnya. Tapi, setelah gagal aku jadi sadar bahwa paling utama adalah jurusannya. Bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuan kita,” katanya.

Ketika kesadaran itu timbul, akhirnya justru ia bisa kuliah S2 di UGM. Ia mulai masuk pada semester genap 2024 ini. Meski prosesnya panjang dan berliku, pada akhirnya ia bisa juga berkuliah di tempatnya sempat menaruh harapan saat lulus SMA tujuh tahun silam.

Nama besar UGM masih berpengaruh

Narasumber Mojok lain, Rama (23), mengaku bahwa nama besar UGM memang jadi daya tarik yang memikat calon mahasiswa. Apalagi, ia dulunya sekolah di sebuah SMA negeri di Jogja. Baginya, UGM adalah standar yang sebenarnya tidak terlalu tinggi bagi anak SMA di Kota Jogja.

Namun, ternyata ia gagal pada pilihan pertama dan kedua SNBT 2018 di UGM. Ia masuk di pilihan ketiga, di PTN lain yang sebenarnya secara kualitas masih jauh. Akreditasi kampusnya masih B hingga sekarang.

Akhirnya ia putuskan untuk melanjutkan di tempat tersebut sampai menyandang gelar sarjana. Selepas itu, ternyata ia kembali mengejar mimpinya masuk UGM di jenjang S2.

“Kenapa ingin daftar kuliah S2 di UGM? Tentu karena merasa butuh untuk memperdalam keilmuan lagi. Selain itu ya, kampus ini kan memang unggul dalam aspek akademik dan non akademik dibanding kampus lain di Jogja,” paparnya.

Setidaknya, itulah beberapa kisah orang yang pernah gagal masuk UGM. Sempat menjalani kuliah di kampus lain, tapi ternyata di benaknya selalu ada UGM. Hingga akhirnya hidup memang menuntun mereka ke sana dengan cara yang beragam.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Apes Kerja di Jakarta, Sadar Tak Bisa Mudik Lebaran Sejak Ditolak 100 Perusahaan dan Tragedi Kantor Ambruk

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version