Kecintaan yang membuat rela hati
Sebagai penggembira, mereka paham tidak punya keistimewaan untuk mengakses beragam hal. Tapi, mereka bertekad untuk memeriahkan acara ini.
Mereka berdua mengaku lebih senang bisa berjumpa dengan warga Muhammadiyah dari berbagai daerah ketimbang bisa memasuki beragam arena Muktamar. Mereka ingin mendengar dan berbagi cerita dari beragam kalangan.
“Kita kan mau melihat perkembangan Muhammadiyah di suatu tempat. Kita mau bersilaturahmi keluarga Muhammadiyah Indonesia, bahkan ada yang dari luar negeri. Setelah melihat, ternyata banyak universitas dan bahkan SD Muhammadiyah sudah berkarya, kami ingin mengembangkan di daerah kita,” jelas Sutoyo.
Pengalaman yang ia lihat dan dapat di sini ingin ia bagikan ke para warga Muhammadiyah di kampung halaman yang tidak bisa datang. Sutoyo ingin mengabarkan betapa besar Muhammadiyah dengan jemaah, gerakan, dan amal usahanya.
Simpatisan Muhammadiyah di PCM-nya hanya bisa berangkat sepuluh orang. Jika dibandingkan dengan rombongan dari Jawa, satu cabang bahkan ranting, bisa membawa berbus-bus penggembira.
“Kami ingin pulang membawa semangat untuk jemaah di rumah,” lanjut Sutoyo dengan khidmat.
Untuk datang ke sini mereka harus meninggalkan pekerjaan dan keluarga. Sutoyo misalnya, sehari-hari bekerja serabutan. Kadang narik ojol, berjualan pakaian, dan punya bengkel las. Sedangkan Erdianto merupakan pegawai di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Hampir dua pekan semua kesibukan ditanggalkan untuk menghadiri muktamar.
Di sudut lain ruangan ini, seorang lelaki paruh baya juga terlihat begitu antusias bercerita. Penggembira lain di duduk melingkar mendengarkan kisah dari lelaki asal Fak-fak, Papua Barat bernama Muhammad Ilyas itu (68) tahun itu.
Ia menceritakan betapa Muhammadiyah telah berperan besar di kehidupannya. Menjelaskan alasannya datang kemari seorang diri.
“Saking cintanya sama organisasi. Kalau dibelah dada ini, ada Muhammadiyah di dalam,” kelakarnya lelaki yang mengaku pensiunan pegawai RRI ini. Disambut tawa hangat para penggembira lain.
Kebersamaan mereka terasa begitu menyenangkan. Mereka bahagia bisa berjumpa dan berbagi cerita satu sama lain. Minggu (20/11) muktamar ditutup dan mereka akan kembali ke daerah masing-masing. Membawa semangat juang KH Ahmad Dahlan yang sudah mereka dapatkan di Surakarta.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono