Sudah sulit, kadang masih ada saja yang utang
Kadang ada pembeli yang berbaik hati menjadi pelanggan setia melarisi bensin eceran milik Sri. Meski tanki motor masih terisi, mereka membawa jerigen. Demi membantu Sri menghabiskan dagangannya.
Namun, meski penghasilannya tak seberapa, Sri rela mengutangi beberapa pembeli yang membutuhkan bensin. Apalagi di keadaan terburu waktu atau darurat.
“Dulu, ya sering ada mahasiswa kos dekat sini. Mau berangkat, keburu dan belum ambil uang. Ya saya beri dulu satu liter. Kasihan kalau nggak sampai kampus,” kenangnya.
“Nek cah sekolah, atiku yo ra tekan nek ra nulungi, Mas,” ujarnya.
Namun, ada juga, beberapa pembeli selain pelajar yang berutang. Mereka biasanya bapak-bapak yang berutang karena terburu ke bekerja dan tidak bawa uang. Tentu ia senang jika orang yang berutang itu membayarnya kemudian.
“Ya kadang mikir, sudah tidak ada uang, malah ada yang utang,” curhatnya.
Ia bercerita, pernah pagi-pagi ada bapak-bapak yang sepertinya mau berangkat kantor. Orang itu tahu kalau ia menjual Pertamax dengan harga Rp15 ribu. “Setelah tak isi, malah jebul dikei 12 ewu tok langsung budal wonge,” katanya sedih.
Tapi nenek Sriyati punya prinsip, di jalanan membantu sesama adalah hal yang patut ia upayakan. Dengan saling menolong ia berharap jika anaknya mengalami kesulitan, ada orang yang juga menolong. “Tulung tinulung, sopo ngerti anake dewe yo bakalan ditulung wong,” ucapnya bijaksana.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Pengusaha Pertashop Pertamina Jelaskan Hal-hal yang Membuat Usaha Sepi hingga Gulung Tikar dan reportase menarik lainnya di kanal Liputan.