Sampah ditukar tabungan emas
Sedangkan untuk sampah anorganik kategori rongsok, Kupas punya mekanisme pengumpulan lewat bank sampah yang tersebar di setiap dusun. Bank sampah ini akan mengumpulkan sampah rongsok dari warga lalu menjualnya ke Kupas. Kategori inilah yang bisa berubah bentuk menjadi tabungan emas.
Kupas Panggungharjo bekerja sama dengan Pegadaian untuk mengonversi hasil jualan sampah rongsok masyarakat menjadi tabungan berupa emas. Masyarakat memiliki dua pilihan, langsung menarik hasil penjualan berupa uang tunai atau menabungnya.
“Tapi banyak yang menabung. Bisa untuk jangka panjang sebagai tabungan hari tua dan tabungan sekolah anak kelak,” ujar Sekar sambil menunjukkan setumpuk buku tabungan Pegadaian yang tergeletak di mejanya.
Memang jumlahnya penjualan sampah tidak begitu banyak. Namun, dalam jangka panjang tetap terasa hasilnya. “Ya setahun masyarakat ada yang bisa sampai belasan gram tabungan emasnya. Tapi tentu itu sesekali mereka menambahkan uang pribadinya di tabungan,” katanya. Setidaknya, sampah jadi pemantik masyarakat untuk gemar menabung.
Menurut Sekar, saat ini tidak ada desa lain di Jogja yang punya pengelolaan sampah selengkap Panggungharjo. Beberapa desa lain memang sudah mulai mengembangkan pengelolaan. Namun masih terbatas pada penyediaan bank sampah atau pengolahan sampah organik saja.
Perlu partisipasi masyarakat
Selain itu, telah hadir aplikasi Pasti Angkut untuk membantu proses penjemputan sampah ke rumah-rumah masyarakat. Sejauh ini, 35 persen dari total sekitar 9.800 kepala keluarga di Panggungharjo yang telah tergabung sebagai pelanggan pengelolaan sampah di Kupas. Sebagian besar, menggunakan aplikasi Pasti Angkut.
Kapasitas pengelolaan sampah Kupas bisa menampung 30 ton per hari. Sejauh ini, serapannya memang belum mencapai angka itu. Sehingga potensi pemanfaatannya masih bisa bertambah lagi.
Tantangannya adalah membangun kesadaran masyarakat untuk turut memilah sampah sejak dari rumah. Memilah sampah organik, residu, dan anorganik. Juga untuk mematuhi beberapa jenis sampah yang tak boleh masuk ke Kupas. Tempat ini memang tidak menerima beberapa jenis sampah seperti pecahan kaca lantaran belum bisa mengolahnya.
Pelanggan juga perlu membayar Rp1.000 setiap satu kilogram sampah. Hal ini hanya berlaku untuk sampah residu. Sampah organik gratis sedangkan sampah anorganik rongsok justru bisa mendapat uang karena langsung bernilai jual tanpa pengolahan.
“Pembayaran itu juga membuat masyarakat jadi lebih cermat. Tidak asal buang sampah karena semakin banyak semakin mahal,” terang Sekar.
Teknologi membuat bau berkurang
Setelah berbincang di ruang kantor, Sekar mengajak saya berkeliling area. Menjelaskan beberapa fungsi dari setiap blok area dan juga mesin yang berada di sekitarnya.
Di area lapang pengelolaan sampah, setidaknya terdapat empat bangunan utama. Pertama bangunan untuk mesin besar pemrosesan awal sampah, bangunan penyortiran sampah anorganik jenis rongsok, bangunan penyimpanan sampah rongsok tadi, dan juga gedung kantor.
Mesin-mesin besar ini terdiri dari beberapa bagian. Ketika sampah datang langsung mengarah ke mesin hopper yang menggiling sampah menjadi potongan lebih kecil. Setelah itu masuk ke conveyer memangjang yang memilah sampah-sampah tadi. Di mesin ini, beberapa pekerja akan berderet untuk memilah sampah ke bagian-bagian berbeda.
“Setelah itu, terbagi jadi tiga kategori. Rongsokan, residu, dan organik. Organik akan langsung keluar lewat belakang, rongsok akan dikumpulkan, dan residu akan masuk ke mesin cacah pilah,” jelasnya.
Saat saya berkunjung, kebetulan mesin-mesin itu sedang proses perbaikan sehingga pekerja melakukan pemilahan secara manual. Mesin yang sedang tidak beroperasi ini, membuat pekerjaan sedikit terhambat.
“Makannya, agak sedikit lebih bau dari biasanya,” ujarnya tertawa.
Menurut Sekar, kunci membuat bau berkurang adalah proses pengolahan sampah yang cepat. Terutama sampah organik. Kecepatan itu terbantu dengan keberadaan mesin-mesin berat itu.
“Jika sampah cepat diolah dan tidak tercampur-campur, memang mengurangi bau tidak sedap,” terangnya.
Pengolahan sampah yang cepat jadi kunci
Menjelang tutup, setiap harinya, pekerja juga melakukan pembersihan secara menyeluruh dan penyemprotan beberapa cairan seperti eco enzim. Penyemprotan ini berfungsi membantu mengurangi bau tidak sedap dan kehadiran lalat.
“Jadi kuncinya memang pengolahan cepat dan proses pembersihannya,” jelas Sekar.
Kupas Panggungharjo punya hari kerja Senin-Sabtu. Pada Senin-Jumat, operasionalnya mulai dari jam delapan pagi hingga empat sore. Sedangkan Sabtu, jam operasional hanya sampai jam tiga sore.
Saat mesin sedang terkendala, para pekerja memang perlu bekerja lebih untuk melakukan pemilahan. Siang ini para pekerja tampak bersemangat, bahu membahu melakukan setiap tahapan pengelolaan.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Anak yang Bercita-cita Membuat Wangi Bau Sampah TPST Piyungan dan reportase menarik lainnya di kanal Liputan.