Mojok ngobrol bareng kasir Indomaret dan Alfamart. Garda terdepan dua jejaring minimarket terbesar di Indonesia ini kerap menjumpai beragam tipe pelanggan. Di antara itu, ada tipe-tipe pelanggan yang sering bikin mereka kewalahan.
***
Beberapa waktu lalu viral seorang pegawai Alfamart menangkap basah ibu-ibu pembeli yang ternyata mengutil beberapa bungkus coklat Dairy Milk. Bagi pegawai Indomaret dan Alfamart, berhadapan dengan para pencuri barang-barang di gerainya mungkin sudah hal biasa.
Namun, kasus pencurian coklat itu menjadi perhatian publik lantaran pelaku mengancam akan melaporkan pegawai Alfamart dengan UU ITE. Alasannya, pegawai Alfamart itu memviralkan video kejadian saat sang ibu tertangkap basah setelah masuk di mobilnya.
“Jelas kejadian kayak gitu bikin kesal. Sudah kewajiban dia (pegawai Alfamart) untuk menjaga barang-barang di toko. Kalau ada barang hilang yang nanggung personil toko. Satu coklat itu harganya nggak murah juga lho,” curhat Wina, kesal.
Sudah hampir setahun terakhir Wina (19) jadi pegawai salah satu gerai Alfamart di Temanggung, Jawa Tengah. Kejadian yang menimpa kawan seprofesinya di Alfamart Sempora, Tangerang Selatan pada Senin (15/8) lalu membuatnya kesal. Tanpa kejadian seperti itu saja, menurutnya, kerja di retail itu sudah penuh tekanan dan tantangan.
“Ya hal seperti itu memang jadi salah satu tantangan yang harus kami persiapkan,” ujarnya.
Ia bersyukur, akhirnya pihak manajemen Alfamart memberikan dukungan penuh pada sang karyawan. Meski harus menunggu viral terlebih dahulu.
Wina memang kerap berjaga di belakang kasir Alfamart. Menjadi garda terdepan dari waralaba minimarket yang sudah ada belasan ribu cabang ini. Namun, selain mengurusi transaksi dengan pelanggan, ia juga punya segudang tanggung jawab lain.
Selain di kasir, Wina juga harus membersihkan dan menata barang di rak, mengecek expired barang, mengganti label promo, dan harga. Hingga membantu loading barang datang yang biasanya dibawa truk kontainer besar.
“Sebenarnya banyak banget kerjaannya. Tapi ya gimana, namanya cari uang,” katanya tertawa.
Selain Wina, Mojok juga berbincang dengan Riko (23), laki-laki yang tiga tahun bekerja di sebuah gerai Indomaret di Lampung. Saya juga berbincang dengan Anis, seorang kasir Indomaret di Jalan Kaliurang Yogyakarta. Seperti Wina, Riko dan Anis juga berujar bahwa kru atau kasir di gerai Indomaret bertanggungjawab atas segala hal di toko.
“Ya buat aku sih, kerja di retail itu dua urusan besarnya. Pertama mengurus barang nih, kedua mengurus pelanggan. Kami punya tanggung jawab di dua hal itu,” katanya.
“Tahu sendiri kan, orang Lampung itu gimana? Keras-keras,” sambungnya terkekeh.
Mereka bertiga menceritakan tipe-tipe pelanggan yang sering membuat pusing kepala. Namun, harus dihadapi dengan senyum dan sabar.
#1 Pelanggan yang bertanya lama tentang promo, tapi tidak jadi transaksi
Salah satu tugas yang harus dilakukan kasir Indomaret dan Alfamart adalah menawarkan promo-promo. Ada target penjualan dari promo yang harus dicapai.
Wina bercerita, terkadang ada target untuk menjual barang promo 100 pcs dalam sehari. Di tokonya ada dua shift, jadi setiap shift setidaknya harus menjual 50 pcs.
Demi mencapai target, tentu ia harus menawarkan barang tersebut pada pelanggan. Namun kadang, ada pelanggan yang penasaran dan tanya-tanya lama, tapi tak jadi membeli apa-apa.
“Tanya promo lama, tanya ini itu udah nyamperin padahal banyak kerjaan, trus nggak jadi beli, itu kadang bikin badmood, tapi ya gimana lagi namanya juga kerja kan ya,” keluhnya.
#2 Pembeli yang berprasangka buruk pada uang kembalian dan donasi
“Seratus rupiahnya boleh didonasikan, Kak?”
Begitulah biasanya kasir Indomaret dan Alfamart menanyakan pada pelanggan ketika sedang transaksi. Menurut Wina, ungkapan seperti itu biasanya ia tanyakan karena memang sedang tidak ada uang pecahan.
Terkadang, pelanggan merelakan seratus atau dua ratus rupiahnya untuk didonasikan. Namun, sering juga mereka enggan dan ingin haknya diserahkan.
“Terkadang memang kita nggak ada seratus atau dua ratus rupiah. Kalau nggak berkenan donasi, akhirnya kami kasih lima ratus. Kelebihan kembalian itu kami (kasir) yang nanggung. Kalau sehari ada puluhan orang yang begitu, lumayan juga kan kalau dihitung,” ujarnya.
Urusan donasi, banyak orang yang ragu-ragu dan mungkin punya prasangka buruk pada mereka. Namun, menurut Wina dan Riko, donasi yang biasanya dari uang kembalian pelanggan itu benar-benar untuk urusan amal dan kegiatan kemanusiaan.
“Kalau di tempat saya jelas ada keterangan didonasikan ke mana. Di struk juga ada keterangannya. Kalau pelanggan tanya kami juga bisa jelaskan. Tapi memang kadang ada yang tidak berkenan donasi,” ucap Riko.
Anis juga mengalami hal yang dirasakan oleh Wina dan Riko. Kalau sekadar bertanya, sebenarnya tidak masalah, tapi ada yang sampai sewot. “Masa ada yang bilang ‘donasinya mau dikirim ke Israel ya, Mba’,” kata Anis. Kalau sudah begitu, ia akan menjelaskan bahwa donasi kembalian akan disalurkan ke yayasan kemanusiaan yang terpercaya.
#3 Pelanggan yang menganggap kasir malas saat mengisi dompet digital
Baik Indomaret maupun Alfamart menerima jasa pengisian dompet digital seperti Dana hingga Shopeepay. Tapi kadang ada gangguan jaringan sehingga proses pengisian dana terkendala.
Ketika antrean sedang panjang dan sistem pengisian dompet digital sedang terkendala, kasir biasanya menjelaskan pada pelanggan bahwa proses itu mungkin gagal. Sering kali pelanggan tetap ingin menunggu.
“Sudah menunggu lama, ternyata gagal juga. Pelanggan kadang suuzan, menganggap kita malas melayani. Padahal nggak tahu kenapa habis magrib itu suka susah jaringannya. Bukan alasan kami karena malas melayani tapi memang dari sananya itu susah,” keluhnya.
#4 Pengguna toilet yang tidak bertanggung jawab
Selain menjadi jejaring minimarket yang ada di mana-mana dan barangnya tergolong lengkap, Indomaret dan Alfamart juga punya toilet yang pelanggan bisa memakainya. Menggunakan toilet di kedua minimarket ini pengunjung tak perlu keluar biaya atau harus membeli item tertentu dahulu.
Namun, Wina berharap setidaknya pengunjung yang hendak menggunakan toilet bisa mengkonfirmasi ke kru dahulu. Mengucap izin sebelum menggunakan dan juga berterima kasih setelahnya.
“Kadang itu ada yang nyelonong saja. Tidak beli apa-apa, tidak izin, dan tidak terima kasih juga. Belum lagi yang tidak bertanggung jawab sama sekali, setelah pakai masih ada sisa kotoran atau bau pesing masih tertinggal,” ujarnya.
Membersihkan toilet merupakan tanggung jawab kru secara bergiliran. Sehingga ketika pengunjung yang tidak membersihkan sisa kotoran dengan benar, tentu menambah beban para kru.
#5 Pengutil dan pelanggan yang marah-marah
Hampir setahun bekerja, Wina mengaku belum pernah menangkap basah pengutil barang di tempatnya bekerja. Namun kalau mengganti kekurangan uang karena ada stok barang yang tidak sesuai dengan uang di kasir, Wina pernah mengalaminya.
“Saya pernah mengganti, ya waktu itu sekitar Rp150 ribu karena saat stock opname, ada kekurangan uang,” ucapnya. Stock opname atau stock-taking adalah kegiatan perhitungan jumlah stok persediaan barang dagang secara fisik dan menyesuaikannya dengan catatan akutansi dalam bisnis.
Lain cerita dengan Riko, ia mengaku pernah beberapa kali menangkap basah pencuri di gerai yang ia jaga. Barangnya juga beragam, tapi tentu yang paling menyusahkan kalau barang yang hilang itu dari rak kosmetik.
“Wah, kosmetik itu barangnya kecil-kecil. Mudah dicuri dan harganya lumayan mahal. Parfum di Indomaret itu harganya kan bisa sampai Rp50 ribu. Bayangkan kalau ada sepuluh barang begituan yang hilang,” keluhnya.
Soal kena marah pelanggan, Wina biasanya mengalaminya saat pagi. Sebab di pagi hari biasanya ada pergantian harga.
“Pagi kan biasanya ada perubahan harga dari harga promo kemarin jadi harga normal. Tapi sudah ada pembeli yang datang dan membeli barang itu. Saat beli kan misal harganya Rp29 ribu. Itu harga promo kemarin dan ada tanggalnya. Pembeli kadang marah dan mengira kita mau mengakali, padahal di sistem harga sudah normal kembali,” ucapnya.
Anis bercerita, selain protes karna harga yang berbeda, ada pula pelanggan yang marah karena stok barang di gerai berbeda dengan yang ada di aplikasi Klik Indomaret. Padahal, hal seperti itu bisa terjadi karena barang di gerai itu sudah expired, sehingga tidak dijual.
“Saya sudah menjelaskan. Tapi, ya tetap ngotot. Masa saya menjual barang yang sudah tidak layak,” kata Anis.
Itulah curahan hati penjaga gerai Indomaret dan Alfamart. Mereka hanya satu dari ratusan ribu suara lain. Sebab dua jejaring retail terbesar di Indonesia ini punya cabangnya saja sudah belasan ribu.
Pada 2021, menurut data Euromonitor yang dilasir dari Dataindonesia.id, Indomaret tercatat telah memiliki 19.133 unit gerai di seluruh Indonesia dengan nilai penjualan sebesar US$6,2 miliar. Sedangkan Alfamart mengekor dekat di bawahnya dengan jumlah gerai mencapai 16.060 dengan nilai penjualan US$5,44 miliar. Belum lagi, kini Alfamart punya sayap baru yakni Alfamidi yang jumlah gerainya juga sudah ribuan.
Jadi, bisa dibayangkan, berapa jumlah tenaga kerja yang terserap di kedua jenama ini. Setiap mereka punya cerita yang layak didengar. Karena mereka tetaplah pekerja yang butuh berkeluh kesah.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono