Gara-gara ingin dipandang jantan oleh pasangannya, mereka pasang pelor di penisnya. Risiko besar mengintai, termasuk kematian.
Fenomena memasang benda asing di penis sebenarnya sudah banyak dilakukan. Wujud benda itu dan sebutannya macam-macam. Ada yang menyebutnya pelor, guli-guli, gotri, atau biji tasbih.
Mojok bertemu dengan dua orang di Sulawesi Selatan yang menggunakan pelor pada penisnya. Pelor-pelor itu menggunakan gagang sikat gigi yang dimodifikasi.
***
Memberi kepuasan bagi pasangan di atas ranjang merupakan impian semua lelaki. Banyak ragam cara dilakukan mulai dari yang mainstream seperti mengonsumsi obat kuat atau ramuan tradisional, mengolesi penis menggunakan produk yang bikin mati rasa. Hingga yang anti-mainstream seperti memasukkan benda-benda asing ke dalam penis. Praktik yang terakhir ini yang bikin saya geleng-geleng kepala dan memantik rasa penasaran untuk menelusuri pengalaman mereka.
Yg pertama di kec Tamalate kota Makassar yang kedua di kec. Pattallassang kota Takalar, Mas
Sore itu saya berada di sebuah kedai di Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tiga orang di sana serius memainkan game pada smartphone masing-masing. Salah seorang dari mereka tampak kesal dan melontarkan kata-kata kotor dengan lirih. Tak jauh dari mereka seorang wanita sekelebat menoleh risih sebelum akhirnya kembali fokus di depan MacBook-nya.
Ingin puaskan pasangan
Di sudut ruangan sebuah layar berukuran dua puluh satu inch menampilkan daftar lagu-lagu indie terbaik dan lagu “Rehat” milik Kunto Aji menjadi latar musik yang mengalun saat itu. Sambil menikmati es kopi susu, sekali dua kali saya mengecek layar smartphone, menunggu pesan konfirmasi kedatangan seorang kenalan.
Sehari sebelumnya saya telah mengirim pesan untuk menanyakan kabar sekaligus meminta waktunya untuk menjelaskan tentang pengalamannya selama tiga tahun menyimpan pelor di balik kulit penisnya. Ia mengiyakan dengan pikiran, saya tertarik melakukan hal serupa.
Setengah jam kemudian, ia tiba dengan motor Honda miliknya. Memesan es kopi susu di konter sebelum akhirnya ia duduk di hadapanku. Melalui basa-basi singkat, saya langsung ke topik pembahasan.
Saya membuka topik pembicaraan dengan menanyakan alasan ia memasang benda asing di penisnya. “Penasaran dan ingin memuaskan pasangan di atas ranjang,” kata kenalan saya itu, sebut saja Rahmat (27).
Rahmat menjelaskan jika selama ini ia sering mendengar cerita tentang keampuhan penggunaan pelor semacam itu, ditambah pengalamannya pernah dicampakkan pasangan hingga ia memberanikan diri untuk mencobanya.
Setelah mencari informasi sana-sini, Rahmat pun akhirnya bertemu dengan seorang kenalan yang membawanya kepada orang yang sanggup mewujudkan keinginannya.
“Awalnya dijelaskan dulu prosesnya, diperlihatkan benda yang akan dimasukkan ke dalam penis saya, serta alat yang akan digunakan. Saya langsung merasa takut saat itu, tapi setelah kenalan saya itu meyakinkan, akhirnya saya berani,” kata Rahmat tersenyum.
Rahmat sebelumnya sudah memperoleh informasi dari kenalannya jika benda yang umum dimasukkan orang-orang ke dalam penis adalah sikat gigi yang dimodifikasi seperti tanduk atau kapsul. “Menurut informasi yang kudengar, lebih aman pakai sikat gigi sih, tidak akan pecah atau berkarat,” ungkap Rahmat.
Bahan pelor dari sikat gigi
Rahmat menjelaskan jika, cara memodifikasi sikat gigi itu cukup sederhana disesuaikan saja dengan keinginan. Untuk tanduk misalnya, potong dan ambil lekukan sikat gigi, kemudian haluskan menggunakan kertas gosok sampai bentuknya menyerupai kacang mete dengan ukuran presisi. Sedangkan alat yang digunakan untuk memasukka benda itu juga dibuat dari ganggang sikat gigi dengan salah satu ujungnya dibuat runcing. Umumnya menggunakan sikat gigi merk tertentu yang transparan.
Rahmat meminum es kopi susu pesanannya, lagu Ardhito Pramono mengalun lirih menggantikan lagu sebelumnya di dalam ruangan yang didominasi warna cat hitam putih itu. Kemudian Rahmat mengeluarkan sebatang rokok yang sudah saya sediakan. Ia mengisapnya perlahan dan mengembuskan asapnya sembari melihat daftar putar lagu yang tampil di layar pojok atas.
Menurut Rahmat, proses memasukan pelor cukup sederhana. “Jadi kulit tipis kelamin dicubit secara vertikal kemudian dari arah samping ditusuk sampai tembus menggunakan alat tusuk yang sudah dibuat itu. Selanjutnya dimasukkan kapsul atau tanduk yang sudah dibentuk. Lalu dengan perlahan, kapsul atau tanduk yang sudah masuk dipijat agar posisinya pas. Kemudian didorong paksa ke arah depan. Terakhir kulit yang berlubang diberi bubuk kopi,” terang Rahmat sembari menvisualisasikan menggunakan jari telunjuk.
Rahmat menambahkan jika waktu terbaik melakukan itu di saat sore hari, ketika aliran darah ke penis kurang lancar.
“Apakah tidak terasa sakit saat kulit kelaminmu ditusuk dan dimasukkan benda semacam itu?” Tanyaku ke Rahmat penasaran. Menurut Rahmat saat proses tusuk berlangsung, ia tidak terlalu merasa kesakitan.
“Lebih terasa sakit pas kulit kelamin dicubit,” ucapnya meyakinkan. Ia merasakan sakit juga saat tanduk yang sudah masuk ke penisnya dalam posisi vertikal didorong keras ke depan untuk mencari posisi pas.
“Jika tidak dilakukan demikian, kapsul yang sudah dimasukkan bisa saja keluar,” tegas Rahmat.
Rasa sakit dan pembengkakan pada penis
Rahmat kemudian menambahkan jika rasa sakit dalam proses itu juga dipengaruhi pada teknik yang dimiliki oleh tukang tusuk. “Kalo tukang tusuknya ahli, pasti prosesnya cepat dan tidak terlalu sakit, sebab ada kenalan saya yang tampaknya tidak terlalu merasa kesakitan saat proses pemasangan itu,” tambah Rahmat.
Menurut Rahmat selama seminggu setelah pemasangan benda itu, kemaluannya hanya boleh digunakan untuk buang air kecil.
Karena semakin penasaran, saya pun bertanya ke Rahmat, apakah selama dua tahun menggunakan benda itu ia tidak pernah ada keluhan? Rahmat menjelaskan jika sampai saat itu belum ada keluhan yang ia rasakan walau kekhwatiran pernah sekali dua kali menghantui. Kendati bukan dirinya, tapi beberapa temannya pernah mengalami pengalaman buruk, terjadi pendarahan dan pembengkakan.
“Teman saya langsung mengeluarkan pelor itu, daripada semakin bengkak. Jika tidak bisa ditangani saat pendarahan misalnya, baru dibawa ke dokter,” kata Rahmat, lantas meminum es kopinya.
Rahmat melirik layar di atas sudut ruangan yang sedang memutar lagu dari band Hindia sambil mengisap rokok dan mengembuskannya nikmat seolah seperti melepas seluruh beban dalam dirinya. Bau asap rokok bercampur dengan aroma kental kopi yang keluar dari mesin espresso di balik konter.
“Apakah kamu punya niat untuk melepaskan pelor itu dari kelaminmu atau menambah jumlahnya,” tanya saja.
Rahmat mengungkapkan jika untuk saat ini belum ada niat untuk menambah ataupun mengeluarkan benda itu dari kelaminnya, namun menurutnya pasti suatu saat ia akan melepas pelor itu. “Saya akan lepas jika sudah merasa bosan,” kata Rahmat tersenyum. Topik berganti, dan percakapan seputar kehidupan sehari-hari ia utarakan sebelum akhirnya kami bersama-sama meninggalkan kedai itu.
Pengalaman memasangkan pelor
Berbeda dengan Rahmat, Maulana (45) bukan nama sebenarnya, memiliki pengalaman lain, orang yang pernah memasang pelor sebanyak enam butir di penisnya ini juga punya pengalaman menerima pesanan memasukkan kapsul ke dalam kelamin orang.
Berbekal rokok sebungkus dan kopi kemasan, saya kemudian menemui Maulana di pos ronda dekat rumahnya, Kecamatan Pattallassang, Kota Takalar. Setelah saya menyampaikan alasan yang dibuat-buat, Maulana kemudian bersedia menceritakan pengalamannya seputar kapsul di kelaminnya.
Awal mulanya ia memasang pelor atau kapsul sejak berusia dua puluh tujuh tahun. Didorong rasa penasaran dan hasrat untuk memberikan kepuasan kepada pasangannya, Maulana memberanikan diri memasukkan pelor di penisnya. “Jadi awal-awal itu saya langsung memberanikan diri pasang kapsul sebanyak tiga butir, karena merasa nyaman dan beberapa wanita merasa puas. Setahun kemudian saya masukkan lagi tiga biji,” kata Maulana sambil mengisap rokok pemberianku.
Maulana menjelaskan jika proses memasukkan kapsul pelor itu cukup sederhana. “Setelah kulit kelamim ditusuk, harus cepat-cepat memasukkan kapsul atau pelor yang sudah direndam minyak zaitun. Jadi kulit yang sudah ditusuk jangan dilepas. Sebab jika terlepas akan susah mendapatkan lubangya. Tusuk kulit kelaminnya sesuai posisi yang ingin dipasangi. Jika ingin pasang kapsul di sisi atas maka lubangi di atas. Jika ingin pasang kapsul di samping, tusuk bagian sampinya begitupu untuk bagian bawah,” jelas Maulana menvisualisasikan melalui jari telunjuknya.
Sumber: @TikTok atmah Septiani
Maulana kemudian menambahkan jika untuk mengeluarkan pelor itu juga cukup mudah. Tinggal peras bagian bawah pelor yang ada di dalam kulit penis sehingga kapsulnya menonjol jelas, kemudian iris permukaan tonjolan itu pakai silet, maka pelornya akan terlempar keluar.
Risiko kematian bagi yang pasang pelor
Menurut Maulana, ia belum pernah merasakan keluhan, hanya saja beberapa wanita kerap kali menolaknya berhubungan badan karena merasa kesakitan, bahkan istrinya yang mengeluhkan serupa, menyuruh Maulana untuk mengeluarkan sebagian benda itu. Akhirnya ia memutuskan mengeluarkan tiga kapsul dari penisnya.
Kendati demikian, ada kenalan Maulana yang mengalami hal buruk, terjadi infeksi hingga menyebabkan kematian. “Ia nekat memasang kelereng kaca ke dalam penisnya. Beberapa tahun kemudian, terjadi benturan di bagian itu sehingga menyebabkan kelereng itu pecah. Penisnya bengkak, dan dibawa ke rumah sakit. Mungkin karena parah akhirnya terpaksa diamputasi, beberapa minggu sejak itu ia lalu meninggal,” jelas Maulana lantas menyandarkan tubuhnya ke tiang ronda.
Maulana kemudian menambahkan ada juga kenalannya yang memasang pelor hingga dua puluh butir di kemaluannya. Namun, akhirnya mengeluarkan beberapa butir karena banyak perempuan mengeluh kesakitan saat berhubungan badan.
“Jadi posisinya ia atur mulai dari bawah, kiri-kanan dan bagian atas. Ada beberapa yang mengeluh, tapi ada juga yang merasa senang, bahkan ia pernah diberi uang dalam jumlah banyak untuk memuaskan nafsu seorang perempuan jablay. Pada dasarnya mungkin ada juga perempuan yang tidak cocok dengan penggunaan kapsul seperti itu,” tambahnya.
Penjelasan dokter tentang pasang benda asing di penis.
Maulana pernah punya pengalaman memasukkan kapsul pelor ke penis orang lain. Namun, ia kemudian menghentikannya. Alasannya, beberapa kenalannya mengalami pembengkakan pada penisnya.
“Saya sering menyaksikan teman memasukkan kapsul, akhirnya saya belajar dari situ, kemudian saya sempat menangani lima sampai enam orang, dengan bayaran rokok atau uang seikhlasnya sebelum akhirnya memutuskan berhenti. Saya takut terjadi apa-apa dan harus berurusan dengan hukum,” kata Maulana.
Rencana berhenti karena alasan spiritual
“Apakah tidak pernah ada rasa kekhawatiran jika terus menyimpan benda semacam itu?” Tanyaku ngeri. Sebab mengutip pernyataan dr. Dwiana Ardianti di sehatq.com, pemasangan pelor ke dalam penis bisa memicu terjadinya infeksi. Selain itu penggunaan pelor bisa menimbulkan sejumlah gangguan mulai dari penyumbatan saluran penis, menimbulkan penyempitan dan jaringan parut atau disebut striktur pada uretra. Benda tersebut bisa terdorong masuk ke saluran ureter, sehingga menimbulkan iritasi, atau robekan baik pada penis ataupun kelamin wanita dan bahaya lain.
“Rasa takut pasti ada, jika berani memasang kapsul semacam ini, yah harus berani nanggung resiko,” kata bapak dua anak ini.
Maulana sendiri punya rencana mengeluarkan semua pelor di penisnya. Selain karena alasan umur dan kesehatan, juga karena pertimbangan spiritual. “Saya pernah dengar ustad berceramah dan menyampaikan jika orang yang memasang benda semacam itu dosa dan tak akan bisa jadi iman salat. Aku khawatir juga jika tidak punya bekal sebelum mati,” ucap Maulana sambil menandaskan isi kopi kemasan yang saya bawa.
Sebelum berpisah dengan Pak Maulana ia berpesan kepada orang-orang di luar sana untuk berpikir matang sebelum memasukkan kapsul ke dalam penis “Banyak cara untuk memuaskan pasangan, jangan sampai menyesal saat pelor itu memberikan hal buruk pada dirimu. Pasangan baik akan menerima kamu apa adanya dan mengajakmu mencari solusi bersama untuk menutupi kekurangan itu,” tutup Maulana tampak bijak sambil tersenyum. Saya mengekor senyumnya sebelum akhirnya pamit undur diri.
Reporter: Munawir Mandjo
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Remang-remang Toko Obat Kuat di Yogya dan reportase menarik lainnya di rubrik Liputan.