Kerja jadi sales, tapi tidak terasa seperti sales. Itulah yang dirasakan Juki, mahasiswa salah satu universitas di Surabaya yang beberapa tahun ini menekuni dunia freelance untuk salah satu perusahaan di Surabaya. meski dia mendapat banyak hal yang menyenangkan, keluhan pun ikut menyertai dalam perjalanannya.
***
Menjadi sales promotion boy, atau biasa disingkat SPB, adalah pekerjaan yang ditekuni Juki untuk mengisi pundi uang serta mencari pengalaman. Tapi dia sendiri tak yakin dengan posisinya, sebab dia bekerja tak selayaknya sales yang dia selama ini pahami.
“Saya juga sebenernya kurang tahu (posisinya) disebut sales atau tidak. Sebab kerja saya intinya cuman jaga booth, nata barang, ambil barang. Kelar ya beres-beres. Kalau yang nawarin produk, itu tugas SPG-nya. Mungkin lebih tepat disebut runner malah.”
“Kebanyakan nantinya waktu bongkar booth itu iya yang cowo-cowo (SPB) yang ngebongkar. Ini kebanyakan eventnya seperti itu tapi tidak semua, mayoritas saja yang seperti itu.”
Selain job desc kerja sales yang menurut Juki membingungkan, dia juga mengeluhkan perkara jam kerja yang tak tentu. Dia kerap dapat job kerja 8 jam, tapi molor sampai 12 jam. Apesnya, kadang dia tidak dapat kompensasi berupa fee tambahan ketika event molor.
“Kayak waktu itu pernah bilang selesainya jam 7 malem awalnya, tapi tiba-fiba sampai jam 12 malem baru selesai. Ya walaupun ada uang lemburan, tapi pikir saya mending di rumah saja daripada harus lembur yang tidak seberapa uang lemburnya.”
Juki mengatakan kalau fee dia bekerja jadi sales selama 8 jam biasanya sekitar 125 ribu. Kecuali jika molor dan kebetulan dapat tambahan, barulah fee dia lebih besar. Ketika saya tanya berapa tambahannya, jawaban dia lumayan mengagetkan.
“Nggak banyak, Mas , paling gak sampe 50 ribu. Pokoknya itungannya itu jam-jaman. Nah sampe sekarang saya juga nggak tau betul gimana itu penjumlahan bayaran kalau lembur. Setau saya ya 8 jam 125 ribu gitu.”
Jadi sales bikin sadar
Menurut data BPS 2020, ada 6,98% siswa berusia 10 hingga 24 tahun yang sekolah sambil bekerja pada 2020. Rinciannya, sebanyak 6,74% di perdesaan dan 7,15% di perkotaan.
Untuk pekerja paruh waktu sendiri, menurut BPS ada 36,88 juta pekerja di Indonesia. Jumlah itu setara dengan 26,61 persen total pekerja di Indonesia. Juki, mahasiswa asal Surabaya tersebut jelas berada dalam kategori tersebut.
Alasan mahasiswa bekerja paruh waktu banyak. untuk Juki sendiri, mengisi pundi-pundi uang adalah alasan utamanya kerja jadi sales. Mengisi waktu juga jadi alasan Juki, meski tetap uanglah alasannya. Mahasiswa punya banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan, dan kerja freelance bisa jadi salah satu alternatif. Kerja freelance bisa memberi banyak benefit, dan Juki mengamininya.
Yang didapat Juki dari pekerjaan ini, sales promotion boy, selain uang dan pengalaman kerja, adalah kesadaran akan hidup lain yang selama ini tidak ia sadari.
Baca halaman selanjutnya
“Lebih ke moral dan empati simpati mas. Sebelumnya saya tidak pernah merasakan hidup di tengah-tengah, mohon maaf, masyarakat menengah bawah. Hidup saya selama ini ya biasa-biasa saja tidak kekurangan, alhamdulillah. Tapi di saat saya ikut freelance, banyak banget yang saya lihat tidak seberuntung saya.”
“Gara-gara itulah, saya jadi termotivasi untuk suatu saat nanti, kalau ada kesempatan, akan bikin lapangan kerja buat banyak orang. Di tengah tengah kehidupan bergengsi di Surabaya masih banyak pekerja lepas/buruh kasar yang kerjanya tidak sesuai dengan gaji yang diterima. Keringat mereka dihargai dengan harga yang murah demi keuntungan perusahaan.”
Membaca itu, saya mengucap aamiin, setelah itu tersenyum sedikit. Upah murah, masih jadi masalah.
Kalau bisa, jangan
Mendengar sambatan pekerjaannya, saya bertanya pada Juki, apakah ia akan tetap merekomendasikan pekerjaannya (jadi sales) ke teman-temannya.
“Kalau untuk jangka panjang, tidak. Tapi kalau hanya untuk isi waktu luang, pasti saya akan ngajak temen, Mas. Buat kegiatan ngisi waktu luang kan lumayan.”
kerja sambil kuliah memang bukan hal yang sederhana dan jadi banyak kasus yang bikin mahasiswa ambyar saat menjalani kuliah. Mengatasi ini, Juki selalu mengutamakan kuliahnya ketimbang kerja. Mahasiswa asal Surabaya ini menekankan bahwa dirinya tetaplah mahasiswa, jadi fokusnya justru tetap harus di kuliah, bukan di pekerjaan, meski itu menghasilkan cuan. Maka dari itu, dia hampir tidak pernah mengalami masalah di kuliahnya.
Sebagai penutup, saya minta Mas Juki, sales “jadi-jadian” ini memberi pesan untuk para kawannya di luar sana yang mengambil jalan ninja yang sama.
Buat temen temen yang sedang kuliah sambil kerja, inget kalian masih kuliah jadi bukan kerja nyambi kuliah. Selesaikan dulu kuliahnya dengan baik. Keep fighting teman-teman kalian luar biasa, semoga lelahmu menjadi lillah dan berkah.”
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin
BACA JUGA Kuliah Sambil Kerja Begitu Melelahkan dan Hanya itu Pilihan Mereka
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.