Medan memang terkenal dengan angka kejahatannya yang cukup tinggi. Namun, jika harus menyebut satu daerah yang paling mendekati kengerian Gotham City, maka wilayah tersebut adalah Medan Amplas, kecamatan terbaik di ibu kota Sumatera Utara itu. Saking ngerinya, kecamatan ini sampai punya julukan “tempat pembuangan mayat”.
Cerita ini saya dapatkan dari Brian (25), narasumber Mojok yang ceritanya saya tulis dalam liputan “Medan di Mata Mahasiswa Bandung: Tak Ada Tempat yang Aman dari Begal dan Preman Berkedok Ormas“. Saat tengah mengobrol dengannya, saya memintanya menunjuk satu wilayah di Medan yang menurut dia paling ngeri. Dan, Kecamatan Medan Amplas adalah jawabannya.
Medan Amplas merupakan kecamatan yang letaknya paling tenggara di Kota Medan. Luasnya sekitar 11 ribu kilometer persegi dengan total penduduk berjumlah 134 ribu jiwa.
Kini, Medan Amplas menjadi salah satu wilayah paling ramai dan hidup di Kota Medan. Terlebih, semenjak Presiden Jokowi meresmikan terminal bus mewah di sana. Sayangnya, itu tak dibarengi dengan sisi keamanannya. Medan Amplas, tetaplah menjadi wilayah yang berbahaya, terutama di malam hari.
“Amplas sekarang terkenal dengan terminalnya, kayaknya hampir semua orang tahu,” kata Brian. “Tapi yang mungkin orang luput, daerah ini adalah tempat pembuangan mayat,” sambungnya, menegaskan.
Nemu mayat di jalanan sudah jadi hal lumrah di Medan Amplas
Sekitar dua dekade lalu, Medan Amplas belum seramai sekarang. Brian ingat, pada saat dia masih SD, dalam ingatannya, wilayah itu tak ubahnya adalah tempat yang cukup terpinggir dari daerah lainnya dan belum padat penduduk.
“Beda-beda tipis dengan Bekasi dengan Jakarta. Sebenarnya kotanya itu hidup, cuma jarang disorot aja,” jelas Brian.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan Medan Amplas memang cukup signifikan. Wilayah ini mulai ramai. Sorotan juga mulai mengarah kesana. Terlebih sejak Presiden Jokowi meresmikan Terminal Medan Amplas, salah satu terminal paling modern di kota ini.
Sayangnya, Brian tak begitu banyak mengenal Medan Amplas selain dari kriminalitasnya. Bagaimana tidak, sejak dulu selalu sama: tiap hari, hampir ada orang orang mati dan mayatnya tergeletak begitu saja di pinggir jalan.
“Waktu aku masih SD, cerita yang aku dengar orang-orang yang mati ini kalau enggak korban begal ya penjahat yang dibunuh aparat. Peredaran narkoba juga lumayan kencang di sana.”
Per 2023 lalu, kepolisian setempat pernah menyebut kalau angka kriminalitas di Medan Amplas memang sangat tinggi. Tiap malam, rata-rata ada 3 aksi kejahatan yang berhasil diamankan kepolisian. Bahkan, menurut penelusuran Mojok di berbagai kanal media terkait penemuan mayat di Medan Amplas, itu memang benar adanya.
Paling ramai, salah satunya adalah kejadian 2022 lalu, di mana warga menemukan mayat korban pembunuhan terbungkus karung goni di tepi Sungai Amplas. “Nah, itu bagi orang sana sudah seperti keseharian. Harusnya enggak perlu kaget lagi.”
Kecamatan terbaik dengan “Terminal Jokowi” yang elite, tapi keamanan sulit!
Pada 2016 lalu, Medan Amplas mendapat predikat sebagai kecamatan terbaik. Saya mengira terbaik se-Kota Medan. Tapi saya salah. Ternyata Medan Amplas menjadi kecamatan terbaik se-Sumatera Utara.
Merujuk ke sejumlah sumber, predikat ini diberikan oleh Tim Penilai Kecamatan Terbaik Sumatera Utara karena Medan Amplas unggul dalam aspek “menjaga ketentraman, keamanan lingkungan, dan kebersihan”. 2016 sama artinya dengan tahun di mana Brian memutuskan meninggalkan Medan dan baru balik lagi delapan tahun kemudian.
“Aku aja malah enggak tahu kalau mereka jadi kecamatan terbaik. Menurutku, sih, itu nunjukin dua hal. Penilainya yang salah, atau kecamatan lain memang lebih buruk aja.”
Selain itu, dalam setahun terakhir Medan Amplas mendapat sorotan setelah Presiden Jokowi meresmikan terminal elite di sana. Luas terminalnya 20 ribu meter persegi, diklaim setara bandara, dan menjadi terminal terbaik di Sumatera Utara karena langsung terhubung ke jalan tol dan lokasinya dekat herritage Kota Medan.
Sayangnya, di balik gemerlap dan modernitas tempat yang belakangan orang menjulukinya “Terminal Jokowi” itu, kejahatan jalanan masih kerap terjadi. Banyak preman berkedok calo di lokasi ini. Sejumlah pemberitaan juga menyebut, aksi penjambretan dan pembegalan masih sering terjadi di dekat terminal pada malam hari.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Medan di Mata Mahasiswa Bandung: Tak Ada Tempat yang Aman dari Begal dan Preman Berkedok Ormas
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News