Mahasiswi Katolik Nekat Kuliah di Kampus Islam Makassar karena Biaya Murah, Sempat Pakai Hijab hingga Dapat Tugas Hapalan Al-Qur’an

Mahasiswi Katolik Nekat Kuliah di Kampus Islam MOJOK.CO

Ilustrasi mahasiswi Katolik nekat kuliah di kampus Islam. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Seorang mahasiswi Katolik nekat kuliah di kampus Islam. Alhasil, ia harus menghadapi situasi-situasi tak biasa. Dari mencoba mengenakan hijab dan berhadapan dengan tugas hapalan Al-Qur’an hingga bersabar menghadapi olok-olok dari teman-teman intoleran.

***

Namanya Katalinya L Tukan atau akrab dengan panggilan Katlyn. Ia adalah mahasiswi asal Sukutukang, Kabupaten Flores Timur.

Lahir dan besar sebagai seorang penganut Katolik, di masa kuliah Katlyn justru “tersesat” di kampus Islam, yakni di UIN Alauddin Makassar.

Namun, bukan tanpa alasan kenapa ia memilih kuliah di UIN Alauddin Makassar, meski ia tahu bahwa kampus tersebut adalah kampus Islam.

UIN Alauiddin Makassar lebih ramah kantong

Sebenarnya, saat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, Katlyn memilih dua perguruan tinggi negeri dan keterima dua-duanya.

Namun, setelah menimbang-nimbang, ia akhirnya mantap memilih UIN Alauddin Makassar.

“Karena biaya kampusnya murah dan lebih dekat dengan kampung halaman. Jadi kalau liburan bisa pulang kampung,” ujarnya seperti dalam wawancara yang termuat di website resmi UIN Alauddin Makassar pada 11 Juli 2023 lalu.

Karena merupakan mahasiswi Katolik, tentu Katlyn memilih jurusan yang kesannya umum, tidak spesifik mengarah pada ke-Islaman. Katlyn memilih Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.

“(Alasan ambil Ilmu Perpustakaan) agar dapat mengubah cara pandang masyarakat yang menganggap bahwa pustakawan itu kerjanya hanya menyusun buku pada rak buku,” tutur Katlyn.

“Padahal tugas pustakawan lebih luas daripada itu,” sambungnya.

Lebih dari itu Katlyn mengaku miris melihat kondisi perpustakaan di daerah-daerah pelosok.

Oleh karena itu, ia bertekad belajar sungguh-sungguh bagaimana tata kelola sebuah perpustakaan agar berkembang dengan baik.

Keluarga takut iman Katolik Katlyn terganggu

Keputusan Katlyn memilih kuliah di kampus Islam tentu saja membuat keluarga besarnya terkejut, terutama orang tua.

Karena, menurut Katlyn, keluarganya merasa khawatir jika dengan masuk ke kampus Islam, iman Katlyn sebagai seorang mahasiswi Katolik akan terganggu.

Namun, Katlyn mencoba meyakinkan bahwa urusannya di UIN Alauddin Makassar adalah kulaih, menuntut ilmu, dan menuntut ilmu di agama lain tak serta merta membuatnya langsung jadi pengikut agama lain tersebut.

“Persoalan agama ya agama, kalau kuliah ya kuliah,” demikian penjelasan Katlyn pada keluarga besarnya.

Atas pengertian-pengertian tersebut, pihak keluarga pun akhirnya memberi restu Katlyn untuk menjadi mahasiswi Katolik di UIN Alauddin Makassar.

Mahasiswi Katolik diajak salat hingga pakai hijab

Dari pihak akademik fakultasnya, banyak yang tahu kalau Katlyn memang adalah mahasiswi Katolik. Akan tetapi tidak dengan teman-teman seangkatannya.

Banyak di antara teman-teman seangkatannya yang mengira kalau Katlyn adalah seorang muslimah, sebagaimana lazimnya mahasiswi UIN Alauddin Makassar.

Alhasil, sering kali Katlyn mendapat ajakan untuk mengerjakan hal-hal bersifat ke-Islaman. Seperti misalnya ajakan untuk salat.

Awalnya, setiap kali ada yang mengajaknya salat, Katlyn hanya menjawab “tidak salat”. Dari situ teman-temannya menyimpulkan kalau ia sedang haid.

Karena di kalangan wanita muslim kalau sudah bilang “tidak salat”, maka maksudnya adalah demikian.

“Lalu ketika jam makan siang, saya membuat tanda salib. Mereka terkejut,” ungkap Katlyn. Dari situ pula ia mulai menjelaskan kalau ia adalah mahasiswi Katolik.

Sontak saja temannya terheran-heran, bagaimana bisa mahasiswi Katolik kuliah di kampus Islam? Kalau salah kampus atau salah jurusan kok jauh banget.

Tak berhenti di situ, Katlyn juga pernah ada dalam momen mencoba mengenakan hijab untuk menghormati mahasiswi-mahasiswi lain.

Katlyn, mahasiswi Katolik yang kuliah di UIN Alauddin Makassar. (Dok. UIN Alauddin)

Suatu kali di awal masa kuliahnya, Katlyn dipanggil untuk menghadap Kepala Jurusan Ilmu Perpustakaan. Ketua Jurusan malah kaget dan menyebut kalau sebenarnya Katlyn tidak harus mengenakan hijab sebagaimaa mahasiswi-mahasiswi UIN Alauddin Makassar yang lain.

“Karena belum ada aturan terkait pemakaian hijab oleh mahasiswi non Islam,” jelasnya.

“Karena selama UIN berdiri katanya belum ada mahasiswi non Islam yang masuk di UIN, kecuali mahasiswa,” sambungnya.

Berhadapan dengan tugas hapalan Al-Qur’an di UIN Alauddin

Meski pada dasarnya jurusannya tak spesifik mengarah pada ke-Islaman, tapi sebagai kampus Islam tentu UIN Alauddin Makassar tak lepas dari aspek-aspek ke-Islaman dalam materi ajarnya.

Di masa awal kuliah, memang ada program mahasiswa UIN Alauddin harus menghapal juz 30 Al-Qur’an. Namun, tugas tersebut tidak berlaku untuk mahasiswi Katolik seperti Katlyn.

Selain itu, di kelas ternyata juga ada pembelajaran seputar Al-Qur’an dan Hadits.

Beruntungnya, dosen pengampunya memahami bahwa Katlyn adalah mahasiswi Katolik. Sehingga, si dosen mencoba membahasakan semudah mungkin agar Katlyn bisa menangkap maksudnya.

Lebih-lebih, Katlyn mengaku nol besar soal istilah-istilah dalam agama Islam yang berbahasa Arab.

“Kalau tugas-tugas yang diberikan, saya bisa mengerjakannya karena kadang diberikan dalam bentuk kelompok,” tuturnya.

Sementara jika ada tugas individu yang berkaitan dengan ke-Islaman, beruntungnya Katlyn memiliki teman-teman yang dengan senang hati memberinya bantuan.

“Jadi kalau soal tugas, puji Tuhan selalu aman,” katanya.

Teman dan dosen intoleran bikin kesal

Sebagai mahasiswi Katolik yang “tersesat” di kampus Islam, Katlyn mengaku tidak jarang berhadapan dengan orang-orang yang menurutnya tak memiliki jiwa toleransi tinggi. Baik dari kalangan sesama mahasiswa bahkan dari kalangan dosen sekalipun.

Di kalangan segelintir mahasiswa UIN Alauddin intoleran itu, keyakinan Katlyn sebagai mahasiswa Katolik biasanya menjadi bahan bercandaan.

Sementara dari oknum dosen, ada yang mempertanyakan kebenaran iman Katolik yang Katlyn anut. Sehingga, kesannya merendahkan.

“Saya kadang merasa sakit hati. Tapi kembali lagi bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita,” tutur Katlyn.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Katlyn mulai terbiasa menjadi mahasiswa Katolik yang menimba ilmu di kampus Islam.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Penyesalan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Bohongi Ibunya, Minta Kiriman Uang Setiap Bulan Padahal Sudah Lama DO

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version