Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

5 Tahun Pakai Yamaha Mio Pemberian Bapak, Motor Butut Menerjang Sial Suramadu-Bojonegoro

Muhammad Ridhoi oleh Muhammad Ridhoi
31 Oktober 2024
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sudah lama saya tak menyapa motor kesayangan saya, Yamaha Mio 2012. Kepulangan saya ke Nganjuk pada Jumat (25/10/2024) membuat saya mencoba mengendarainya lagi sembari bernostalgia. Sebab, motor ini menjadi saksi pahit-pahitnya saya saat merantu di Kota Surabaya.

Motor Yamaha Mio 2012 itu memang sempat saya abaikan sangat lama. Kira-kira tujuh bulan. Penyebabnya, motor tersebut pernah harus servis total gara-gara saya pakai secara awur-awuran.

Tragedi becak dan disita polisi saat berkencan

Saya masih ingat betul bagaimana Bapak mendapatkan motor Yamaha Mio 2012 ini pada akhir 2019 silam. Motor ini bapak beli dari seorang saudara di Jombang, Jawa Timur.

Sebelumnya, ketika saya SMP (sekitar 2016-an), Bapak membelikan saya motor Astrea Grand. Motor Astrea itu saya pakai hingga SMA. Sebelum akhirnya saya ketiban nasib sial.

Suatu kali di tahun 2019, saya sedang memboncengkan pacar jalan-jalan di sekitar Nganjuk Kota. Sial betul, ketika melintas di Jalan Ahmad Yani, beberapa polisi sedang siaga: menilang para pengendara yang surat-suratnya tak lengkap.

Lantaran tak sempat putar balik, saya pun kena pemeriksaan. Sudah pasti Astrea Grand saya disita. Wong memang tidak ada surat-suratnya alias bodong. Saya dan pacar saya pun terpaksa naik becak untuk pulang.

Sisi beruntungnya, alih-alih marah atau malu, pacar saya justru menenangkan saya yang saat itu lemas dan pucat pasi. Lah piye, motor diambil polisi je, Kang!

Tapi, sisi sialnya, saat saya melapor ke Bapak, sudah jelas saya jadi sasaran amarah. Lebih dari itu, Bapak menegaskan tidak ada niatan untuk membebaskan motor itu. Toh belinya juga hanya Rp1,5 juta saja.

Bapak dan usahanya membeli motor Yamaha Mio 2012

Beberapa bulan kemudian, di akhir tahun 2019, Bapak diam-diam ternyata membelikan saya motor baru, Yamaha Mio 2012. Bapak membelinya dengan mencicil. Totalnya, setahu saya, Rp4 jutaan.

“Ini buat kamu sekolah. Bikin SIM, biar nggak kena tilang lagi,” kata Bapak waktu itu.

Begitu lah Bapak. Di balik amarah dan diamnya, ada banyak hal yang dipikirkan dan diupayakan untuk membahagiakan keluarganya.

Motor Yamaha Mio 2012 itu kemudian menemani saya merantau ke Surabaya: kuliah di Universitas Airlangga (UNAIR). Motor terjelek memang dibanding motor teman-teman saya yang mayoritas keluaran terbaru. Namun, motor jelek bukannya tanpa “kelebihan”.

Motor Yamaha Mio 2012 saya: motor terjelek di parkiran UNAIR

Pada 2021, saya dinyatakan lolos menjadi mahasiswa baru di UNAIR Surabaya.

Pernah ada perasaan minder ketika membawa motor Yamaha Mio 2012 itu ke kampus. Di gerbang masuk kampus, di parkiran, rata-rata adalah Aerox, Honda PCX, Scoopy, Vario dan motor-motor keluaran terbaru lainnya.

Iklan

Jadi ketika menaruhnya di parkiran UNAIR kampus C, tentu saja motor saya paling mencolok. Beberapa teman bahkan menjadikannya bahan gojekan. 

Kenangan Bersama Motor Butut Yamaha Mio 2012 MOJOK.CO
Motor Yamaha Mio 2012 terparkir di rumah. (Muhammad Ridhoi/Mojok.co)

“Cuk, motor butut masih dipakai aja.”

“Dho, Dho (panggilan saya), pakai motor Yamaha Mio begitu apa ya ada cewek yang bakal mau.”

Kira-kira begitu kalimat-kalimat yang keluar-masuk telinga saya. Belum yang bernada satire. Tapi saya tak pernah memasukkannya ke dalam hati.

Toh di kemudian hari, malah terbukti, bututnya motor saya justru menjadi kelebihan dan keuntungan tersendiri.

Lolos dari ngerinya curanmor Surabaya

Suatu ketika, motor saya terparkir di depan kost, bersampingan dengan motor teman saya: BeAT keluaran terbaru. Waktu itu, saya bahkan lupa kalau kunci motor saya masih menggantung, belum saya copot.

Saat saya dan teman saya keluar kost, saya sempat mematung ketika mendapati teman saya panik motornya raib. Sementara motor Yamaha Mio 2012 masih terparkir. Tak geser sesenti pun dari asal.

Padahal, jelas-jelas kunci motor saya masih menggantung. Maling tinggal starter untuk membawanya kabur. Sedangkan BeAT teman saya, sudah lah dikunci stang, dikunci gembok pula.

Saya tidak sedang menertawakan nasib sial teman saya. Hanya saja, di titik itu, saya makin lapang: tak ada alasan untuk malu dengan motor yang kata teman-teman saya butut itu. Nyatanya kebututan yang membawa keuntungan.

Kesialan di Jembatan Suramadu

Namanya juga motor butut, kadang kala ada momen saat Yamaha Mio 2012 itu membuat saya emosi. Saya bahkan sudah pernah membuangnya.

Saat itu, saya sedang night riding memutari Kota Surabaya, bersama seorang teman kuliah dari NTT. Kami mencari pemandangan lampu-lampu Kota Surabaya.

“Pernah ke Suramadu nggak?,” tanya teman saya.

Saya menggeleng. Akhirnya, kami memutuskan untuk melintasi Jembatan Suramadu menggunakan Yamaha Mio 2012. Saat motor saya pacu menyeberangi Jembatan Suramadu ke arah Bangkalan, awalnya tak ada hal yang aneh. Semuanya mulus-mulus saja. Kami lalu mampir dan nongkrong di sebuah Indomaret di Bangkalan.

Saat jam menunjukkan pukul 23.00  malam, kami memutuskan pulang ke Surabaya, menyeberangi Jembatan Suramadu lagi. Akan tetapi, sesaat sebelum masuk gapura jembatan, saya merasakan motor saya mulai oleng. 

“Motor kau bocor ini,” teriak teman saya dari belakang.

Benar saja. Bannya bocor. Sontak saja saya gemetar. Pikir saya, sudah hampir tengah malam, apa masih ada tambal ban yang buka? Apalagi, ini pertama kali saya menginjakkan kaki di Madura.

Saya pun mendorong Yamaha Mio 2012 saya untuk mencari tukang tambal ban. Untungnya, ada satu tambal ban yang buka dan tak jauh dari jembatan. Saya terpaksa merogoh Rp15 ribu agar bisa pulang.

Pernah saya buang, tapi tak ada yang memungut

Tapi kata sial sepertinya tak jauh dari saya kala itu. Baru saja keluar dari Jembatan Suramadu (memasuki Surabaya, di sekitaran Kedung Cowek), ban saya kempes lagi.

“Motor terkutuk!” Begitu umpat teman saya berulang-ulang.

Saya pun jadi ikut naik darah. Dengan bersungut-sungut, saya mencoba mendorongnya lagi, mencari tambal ban terdekat.

“Kalau jam segini sudah nggak ada tambal ban, Mas. Coba jalan terus ke selatan siapa tahu masih ada yang buka,” ujar salah satu pedagang yang saya temui tengah malam itu.

Tapi, sejauh kaki ini melangkah, tak ada satu pun tambal ban yang buka. Hampir dua jam saya bergiliran dengan teman saya mendorong Yamaha Mio 2012 terkutuk ini.

Akhirnya, saya dan teman saya memutuskan istirahat di sebuah Alfamart di Kenjeran. Lalu dengan putus asa, saya meninggalkan motor saya di Alfamart itu dan memesan gojek untuk pulang ke kost.

Persetan apakah motor itu bakal hilang digondol orang. Saya sudah capek betul. Saya benar-benar sudah merelakan motor terkutuk hilang. Bahkan saya sudah mengarang alasan untuk menjelaskan ke Bapak nanti. Yang penting malam itu saya bisa lekas balik kost: tidur.

Pagi ketika pikiran saya mulai jernih dan hati sudah mulai adem, saya terdorong untuk kembali ke Alfamart tempat saya “membuang” Yamaha Mio 2012 itu. Dasar memang motor terkutuk, orang pun tak ada yang berminat untuk memungutnya. Motor saya masih di tempat.

Memakan korban di Blitar

Entah kutukan apa yang mengenai motor Yamaha Mio 2012 saya. Motor ini pernah memakan korban, yakni ketika saya bawa melakukan program pengabdian masyarakat.

Tiga kali saya melaksanakan pengabdian masyarakat di berbagai kota: Sampang, Blitar, hingga Bojonegoro.

Saat di Sampang, Madura, pada Januari 2023 , motor ini sebenarnya punya jasa besar bagi kelompok saya. Pasalnya, selama di sana, motor ini jadi inventaris kelompok saya. Entah untuk bepergian atau mengangkut barang.

Sebab, saat itu, di kelompok saya tidak banyak yang membawa motor. Dan mungkin karena motor saya paling butut, spek motor golek ramban, alhasil kerap dipakai buat angkut-angkut.

Baru lah ketika pengabdian di Blitar, Jawa Timur, pada Juli 2023, Yamaha Mio 2012 ini menunjukkan keterkutukannya lagi.

Sama halnya di Sampang, saat di Blitar, motor saya juga menjadi inventaris untuk angkut-angkut barang teman sekelompok. Suatu waktu, seorang teman meminjamnya untuk menuju satu titik acara di lokasi pengabdian.

Nahas, saat melintas di jalanan berpasir dan agak menjorok, rem depan motor Yamaha Mio 2012 itu blong. Dua teman saya pun tersungkur: lengan dan kakinya lecet-lecet. Sejak hari itu, dua teman saya itu langsung trauma tiap kali melihat motor saya terpakir di depan posko: tak pernah mau menggunakannya lagi.

Pengabdian terakhir motor Yamaha Mio 2012 di medan terjal Bojonegoro

Motor Yamaha Mio 2012 masih menemani saya di pengabdian ketiga. Persisnya di  Dusun Bunten, Desa Tondomulo, Bojonegoro, Jawa Timur, pada Januari 2024 lalu. Sebuah desa yang bisa dibilang sangat terpencil.

Yamaha Mio 2012 saya cukup tersiksa di sana. Sebab, medan untuk menuju desa tempat saya mengabdi ternyata sangat ekstrem. Tidak ada aspal maupun paving. Hanya tanah liat becek dan penuh jeglongan. Jalannya juga menanjak ekstrem. Rasa-rasanya, hanya motor trail yang cocok melewati medan tersebut.

Selama seminggu di sana, motor saya hari demi hari sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Setiap saya gas, mesinnya menderu berat, kemudian keluar asap hitam.

Kenangan Bersama Motor Butut Yamaha Mio 2012 MOJOK.CO
Motor Yamaha Mio 2012 saat menerjang medan terjal Bojonegoro. (Muhammad Ridhoi/Mojok.co)

Benar saja. Sepulang dari Bojonegoro, motor saya oleh bengkel dinyatakan turun mesin.

Sejak hari itu, saya tak pernah lagi memakainya untuk perjalanan jarak jauh. Motor itu saya tinggal di rumah, saya tak membawanya lagi ke Surabaya.

Selama sebulan melanjutkan kuliah di Surabaya, saya mau tak mau lebih banyak jalan kaki tiap ke kampus. Meski kadang kala juga meminjam motor teman misalnya hendak ke warung.

Hingga pada Maret 2024, seorang saudara berbaik hati memberikan saya Vega RR 2015. Motor yang kemudian menemani saya dari Surabaya hingga saat ini magang di Jogja.

Penulis: Muhammad Ridhoi
Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Susah Payah Beli Motor Yamaha Aerox biar Tampil Gagah, Terpaksa Dijual Lagi karena Mental Tak Aman Kena Cap Jamet

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

 

 

Terakhir diperbarui pada 31 Oktober 2024 oleh

Tags: motor yamahamotor yamaha mioYamaha Mio
Muhammad Ridhoi

Muhammad Ridhoi

Artikel Terkait

Yamaha Mio 2011 bisa dipakai perjalanan dari Jogja-Klaten. MOJOK.CO
Catatan

Menantang Diri dari Jogja ke Klaten Memakai Yamaha Mio Butut Berusia 14 Tahun, Penuh Rintangan tapi Tetap Jadi Motor Kesayangan

24 Oktober 2025
Disuruh kuliah PTN sama ortu: mau dengan syarat dibelikan motor Yamaha Aerox. Kini berujung menyesal MOJOK.CO
Ragam

Tak Mau Kuliah kalau Tak Dibelikan Motor Yamaha Aerox demi Gaya, Kini Hidup dalam Sesal dan Kekecewaan

20 Agustus 2025
Yamaha Aerox.MOJOK.CO
Ragam

Aerox Dicap Jamet-Norak oleh Orang Kota, tapi Jadi Saksi Bisu Perjuangan dan Kesuksesan Orang Desa

29 Juli 2025
Mio M3, Motor yang Paling Sempurna di Mata Yamaha MOJOK.CO
Otomojok

Mio M3 Motor yang Paling Sempurna di Mata Yamaha, Sudah 11 Tahun Desain Tak Berubah karena Berkeyakinan Kesempurnaan Tidak Perlu Diubah

28 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.