Heboh seorang calon anggota legislatif di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur mencari dukungan lewat aplikasi kencan online, Bumble. Namun, yang membuat heran ia tidak memilih MiChat yang juga aplikasi kencan. Mengapa?
***
Bumble adalah aplikasi untuk seseorang mencari teman ngobrol atau teman kencan secara online. Tidak terbayang jika Anda adalah pengguna aplikasi Bumble apalagi seorang perempuan tiba-tiba menemukan profil seorang politikus muda nan rupawan. Pilihannya mau swipe left atau swipe right?
Oke, sebelum membahas lebih lanjut, saya ingin menerangkan dulu apa itu Bumble dan cara kerjanya.
Bumble adalah sebuah aplikasi kencan dan sosial yang berbasis lokasi. Secara tampilan sebenarnya aplikasi ini tidak jauh berbeda dengan aplikasi kencan lain, sebut saja Tinder.
Di aplikasi tersebut, jika tujuannya mencari teman kencan, maka akan ditunjukan foto lawan jenis. Berbeda jika tujuannya mencari pertemanan.
Nah yang mencari teman kencan, jika tertarik dengan profil seseorang ia cukup menggeser ke kanan (swipe right) dan jika tidak suka, dapat menggeser ke kiri (swipe left). Kemudian ketika kedua pihak saling suka, akan terjadi kecocokan atau match.
Salah satu yang membedakan dengan aplikasi lain, jika sudah match, maka pihak perempuan harus yang lebih aktif. Ketika pihak perempuan belum mengirim pesan selama 24 jam, aplikasi Bumble menghapus tanda cocok atau “match” kedua pihak sehingga tidak terhubung lagi.
Keluarga NU kultural yang masuk politik gara-gara ayah
Aplikasi bumble yang biasanya untuk kencan ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Tri Wahyudi (24), seorang caleg DPRD Kabupaten Pasuruan. Politikus muda dari Partai Kebangkitan Bangsa ini membuat profil di Bumble, melengkapi identitas dan tak lupa menuliskan deskripsi “Disini bukan untuk mencari pasangan, tapi mencari teman dan dukungan,” lengkap dengan visi misi.
Caleg-main-bumble adalah sesuatu yang aneh dan unik dan itu yang membuatnya viral dan di repost di beberapa platform seperti X atau Instagram. Setelah meme itu sampai kepada saya, ada satu hal menarik, ternyata ia adalah alumni kampus saya.
Secara kebetulan, beberapa teman yang kenal dia me-repost juga di status Whatsapp untuk memberikan dukungan.
Saya harus bisa wawancara orang ini, saya pengen tahu kok bisa-bisanya, anak muda, usia 24 tahun, baru lulus tahun kemarin, Jurusan Apoteker tiba-tiba jadi caleg.
Saya pengen tahu kenapa ia pakai strategi kampanye di luar nurul menggunakan aplikasi dating online Bumble. Mengapa nggak pakai MiChat saja yang jelas-jelas warna dasarnya hijau, sama dengan partai yang mengusungya.
Gayung bersambut, ia bersedia untuk diwawancarai melalui video call Whatsapp.
Alasan masuk politik praktis
Kenapa bisa masuk politik?
Itu pertanyaan yang pertama kali saya lontarkan setelah basa-basi perkenalan dan menanyakan kabar, Cak Yud, nama panggilannya, menjelaskan jika hal ini tidak terlepas dari latar belakang keluarga yang NU kultural.
Ayahnya adalah seorang simpatisan PKB yang banyak membantu caleg untuk mendapatkan suara. Sebaliknya, ayahnya juga membantu warga untuk mendapatkan bantuan dari anggota dewan. Hal itu dilakukan oleh ayah Cak Yud selama kurang lebih 25 tahun.
Atas jasanya itu, tahun lalu ayahnya mendapat tawaran untuk maju dalam pemilihan DPRD Kabupaten Pasuruan Dapil 6. Namun, karena mempertimbangkan usianya yang sudah sepuh, beliau mendelegasikan itu kepada anak-anaknya.
“Jadi, anak-anaknya bapak itu dites semua, diseleksi, lha kok ndilalah saya yang lolos” ujarnya.
Awalnya ia merasa ragu-ragu, apalagi ia masih aktif menjalankan studi pendidikan apoteker di Universitas Airlangga. Setelah berkonsultasi dengan guru dan alim ulama, ia mantap untuk maju sebagai caleg Dapil 6 Kab Pasuruan.
“Saya kan putra daerah, Mas. Saya saat ini juga pemenang Duta Pariwisata Kabupaten Pasuruan. Tentu saya ingin memajukan daerah saya. Jadinya saya tunda dulu wisuda saya untuk fokus 2024. Bismillah,” imbuhnya.
Alasan pilih Bumble untuk cari dukungan
Setelah bertanya tentang latar belakangnya, saya menanyakan bagaimana ceritanya ia bisa mendapatkan strategi branding yang unik dan agak nyeleneh melalui aplikasi Bumble.
Rupanya, Cak Yud sudah merencanakan secara matang strateginya. Sebagai anak muda dan tak punya modal materi, ia melihat ada peluang untuk menggunakan media yang banyak anak mudanya.
Ini juga tidak lepas dari dirinya yang membranding sebagai politikus Gen Z. Jadi ia akan mengikuti pola pikir target marketnya, Gen Z, yang sedang hype aplikasi dating online, Bumble.
Menurutnya, karakteristik setiap aplikasi media sosial dan penggunanya itu berbeda, X (Twitter) lebih sering digunakan orang untuk berkeluh kesah secara anonim, Instagram dan Tiktok digunakan orang untuk menunjukkan eksistensi diri. Sedangkan Bumble, orang banyak menggunakan karena kesepian dan butuh teman ngobrol.
“Filosofinya kan kita membuka ruang untuk mengobrol, mas. Seorang dewan harus sering-sering mengobrol dengan warga, mendengar keluh kesahnya. Ini aja banyak yang sudah tanya ke saya tentang info loker lah, apa lah,” katanya.
Lakukan riset jauh-jauh hari sebelum menjatuhkan pilihan ke Bumble
Cak Yud menjelaskan jika sebenarnya jauh sebelum hal ini viral, ia sudah melakukan riset iseng dengan beberapa aplikasi dating serupa. Tapi ada platform yang tidak cocok, biasanya usernya terlalu random, terlalu jomplang antara low class dan upper class.
“Jadi, saya pilih Bumble karena fitur-fiturnya, ada temukan orang terdekat, kalau tertarik ya bisa swipe right. Sebenarnya ada juga sih aplikasi serupa, Mi Chat,” katanya.
Ia menggantungkan jawaban. Seketika langsung saya menyambar pertanyaan, “Lho kenapa tidak pakai Mi Chat saja, sama-sama brandingnya hijau lho”
“Ya jangan mas, bisa rusak branding saya nanti. Hahaha.”
Kami tertawa lepas setelah ‘bisul’ pertanyaan itu terlontar. MiChat memang punya konotasi negatif. Salah satunya karena banyak yang menggunakan untuk prostitusi online. Mojok pernah menuliskannya dalam liputan Cara PSK Menipu Calon Pelanggannya Menggunakan MiChat.
Cak Yud memang bertujuan viral, partai mendukung
“Tujuan saya memang mencari viral, Mas. Tapi saya tidak menyangka akan secepat ini, dalam hitungan beberapa jam langsung banyak yang repost,” katanya.
Bagaimana tanggapan dari pengurus partai? Karena Cak Yud ini kan menggunakan kendaraan politik PKB yang identik dengan citra islam dan ulama, sedangkan aplikasi dating online seperti Bumble ini kan sering kali citranya negatif. Apakah tidak mendapatkan pertentangan?
“Alhamdulillah, Mas. Justru partai mengapresiasi saya untuk bisa menggaet suara dari Gen Z” jawabnya.
Dengan keberhasilannya melakukan kampanye di Bumble, pasti sedikit banyak akan ada politikus yang mencontek resep yang ingin terlihat ‘beda’ dan mencapai viral. Ia tidak takut karena ia satu langkah lebih dulu. Politikus lainnya hanya follower.
“Sebetulnya saya tidak sepakat dengan term pemilu adalah perang, kesannya itu negatif banget, pemilu itu seni memikat hati rakyat, jadi dibawa santai aja”
Maka dari itu, ia akan menjaga hype untuk tetap bisa relevan dengan Gen Z dengan cara membuat kampanye yang unik lagi.
“Tujuan saya kampanye unik itu selain menang, biar bisa ketemu Mbak Najwa dan Cak Imin, mas” tandasnya.
Penulis: Achmad Bayu Setyawan
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kencan Buta Online, Alternatif Mahasiswa Cari Jodoh
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News