Menandai usianya yang ke-46 Tahun, PSS Sleman masuk ke dunia metaverse melalui Sembodoverse. Di sisi lain, dengan nada bercanda pelatih Seto Nurdiantoro mengatakan persiapan tim masih kurang banyak, karena manajemen lelet.
***
Tim PSS Sleman menggelar acara Ngobrol Bareng Manajemen PSS yang ke-2 pada Jumat (20/5). Acara tersebut dihadiri oleh manajemen PSS seperti Andywardhana Putra selaku direktur utama, Dewanto Rahatmoyo selaku manajer tim, Seto Nurdiantoro selaku pelatih dan Bagus Nirwanto sebagai perwakilan pemain dan kapten tim. Obrolan tersebut merupakan pendekatan tim dengan suporter, juga membahas masa depan tim yang akan mengarungi musim kompetisi Liga 1 2022/2023.
Malam sebelumnya, Kamis (19/5) puluhan Brigata Curva Sud atau yang akrab disapa BCS memadati Stadion Maguwoharjo. Senyum, obrolan hangat, saling sapa, dan juga gairah ditunjukan oleh BCS yang datang ke Maguwo. Pada pukul tujuh, Maguwoharjo nampak padat.
Tidak ada pertandingan kandangan, namun flare pada akhir acara menyala gagah. Tidak ada gol malam itu, namun BCS tetap bernyanyi tiada henti. Tidak ada gelar juara yang diperebutkan karena musim kompetisi sudah berakhir, namun BCS menunduk dan berdoa khusyuk untuk kebaikan tim kebanggaan mereka. Bukan pertandingan sepak bola, melainkan Mujahadah dalam rangka milad PSS yang digelar oleh BCS.
Dalam tulisan apa pun, dokumentasi apa pun, pula dalam narasi yang berserak di jagad internet dalam situs manapun, BCS selalu menunjukan dukungan secara total kepada PSS. Entitas yang melekat ini, menjadi sebuah nyawa baru ketika tim asal Kabupaten Sleman menyentuh angka ke-46. Acara Ngobrol Bareng Manajemen PSS yang ke-2 yang membahas masa depan tim, adalah lanjutan dari doa bersama tadi.
Coach Seto Nurdiantoro dalam Ngobrol Bareng Manajemen PSS yang ke-2 berkata, “Ini lho manajemen e lelat-lelet.” Mengapa Coach Seto sampai berkata seperti itu? Mojok.co merangkum Acara Ngobrol Bareng Manajemen PSS yang ke-2 dalam liputan ini.
Mempererat antara manajemen, elemen dalam tim, dan suporter
Wawan kejar-kejaran dengan hujan yang sudah mengguyur tempat tinggalnya, di Klaten. “Udah mendung tadi, Mas. Makanya saya berangkat pukul setengah enam,” katanya. Wawan merupakan salah satu Sleman Fans yang sudi jauh-jauh datang dari Klaten hanya untuk ikut acara Ngobrol Bareng Manajemen PSS. Baginya yang sudah jatuh cinta kepada PSS sejak 2009 ini, jarak bukan lah soal.
Dengan jaket parasut yang kelihatan hangat, sepatu sport dan celana kain, Wawan duduk paling belakang, menentang cuaca Sleman yang sedang dingin-dinginnya karena baru saja diguyur hujan. Wawan tidak sendirian, masih banyak peserta lain yang datang jauh-jauh dari luar Sleman. Ada yang dari Bantul sampai Gunung Kidul.
Juan Tirta Abditama, media officer PSS bercerita banyak tentang terselenggaranya acara ini. Menurut keterangannya, ada 80 peserta yang ia hubungi dan lolos seleksi. Laki-laki yang akrab disapa Juan ini menceritakan bahwa acara ngobrol bareng manajemen ink adalah edisi kedua. “Yang sebelumnya waktu kami masih di Bali,” jelasnya.”
Ngobrol Bareng Manajemen PSS merupakan acara kolektif yang dirancang oleh manajemen, tim media, dan seluruh kesatuan PSS itu sendiri. Acara yang molor setengah jam dari jadwal yang sudah direncanakan, nampak seperti pesta kecil-kecilan karena semua saling ngobrol, mendapat kenalan baru, bahkan saya dan Wawan yang baru kenal di sana sudah banyak bercanda perihal sepak bola. Wawan adalah fans Chelsea, saya fans Liverpool, walau tidak penting, sudah tahu kan bagaimana gelak tawa yang kami ciptakan kala membahas Final FA Cup dan Final Piala Liga?
Wawan juga banyak bercerita tentang PSS, mulai dari kejadian di masa suram, sampai kepada kejadian-kejadian yang penuh harap. Acara seperti ini, bagi Wawan, memberikan ruang kepada suporter yang jauh di belakang lapangan untuk mengenal lebih dekat para pemain mereka, pelatih, manajemen, dan apa saja harapan-harapan suporter lain tentang tim ini.
Meluncurkan NFT Sembodoverse
Setelah pembukaan yang tidak terlalu panjang, PSS memperkenalkan elemen baru kepada Sleman Fans yang bernama Sembodoverse. Elemen baru ini hadir karena PSS ingin masuk ke dunia virtual dan digital. Melalui pertanyaan kenapa harus NFT, tim Sembodoverse mengungkapkan bahwa ini adalah saat yang tepat. Di luar sana, tim-tim sepak bola Eropa sudah banyak merancang hal yang sama karena menganggap masa depan NFT cukup menggiurkan.
“PSS ingin jadi yang pertama (dari tim-tim Liga 1 lainnya, red) masuk ke metaverse. Teman-teman bisa masuk ke dunia yang baru,” ujar Tim Sembodoverse. Secara garis besar, Sembodoverse adalah payung besar yang memuat tiga hal. Pertama adalah digital komik yang sudah rilis dan bisa disaksikan di media sosial PSS. Digital komik ini menceritakan perjalanan PSS menuju ranah virtual dan digital. Kedua adalah projek NFT itu sendiri, yakni Elja Warrior. Ketiga adalah online games yang bisa memungkinkan Sleman Fans untuk mabar.
Menurut keterangan Sembodoverse, NFT bisa menjadi jembatan antara suporter dan tim itu sendiri untuk lebih dekat dan meringkas jarak. Sembadaverse bisa menjadi semacam kartu keanggotaan dan mendapatkan benefit lebih dari PSS. Salah satunya adalah minuman khusus gratis bagi pemilik Sembodoverse ketika #PSSDay diselenggarakan di kandang. Sedang presale whitelist-nya akan dibuka pada Jumat (20/5) pukul sebelas malam.
Benefit lain untuk para holder Elja Warrior sendiri dijelaskan oleh Andywardhana yang menekankan bahwa token yang ada bisa menjadi sarana berinteraksi antara manajemen dengan Sleman Fans. “Jika ada keputusan yang manajemen ambil, bisa dilempar (ke dalam forum, red) dalam bentuk polling. Para token holder bisa berpartisipasi,” katanya.
Coach Seto Nurdiantoro: Manajemen PSS lelat-lelet
Obrolan memasuki puncak dan ide-ide serta pertanyaan menyeruak. Penuh tawa namun keseriusan para narasumber menjawab memuaskan para peserta ngobrol bareng tersebut. Mulai dari pertanyaan bagaimana cara menjaga keharmonisan skuad sampai sponsor yang sempat bermasalah, dijawab oleh Andywardhana dan Dewanto secara aman.
Andywardhana langsung menjawab pertanyaan serius, terutama bagi tim-tim di Indonesia keseluruhan—tidak hanya penting untuk PSS—yakni masalah AFC Licensing. Bagi dirut PSS itu, harapannya bisa diselesaikan secara cepat, namun ada beberapa faktor yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Baik faktor internal, maupun faktor luar. “Kita koordinasi terus,” kata Dirut PSS.
Untuk faktor luar, direktur teknik PSS terus melakukan presentasi dan proses. Faktor luar misalnya fasilitas stadion, yakni masalah penerangan yang sempat dikeluhkan oleh beberapa Sleman Fans. PSS terus berkoordinasi dengan pihak terkait agar Stadion Maguwoharjo bisa mendapatkan peremajaan, terutama penerangan.
Untuk target di Liga 1 musim 2022/2023, manajemen PSS mengharapkan posisi PSS lebih baik dari musim sebelumnya. Untuk target khusus, Andywardhana mengharapkan PSS bisa masuk 10 besar. Manajemen juga mengumpulkan tokoh-tokoh lama PSS dan sudah teruji pernah membawa kejayaan untuk tim.
Tawa sempat membuncah ketika ada salah satu peserta yang bertanya mengenai Super Elja Method. Bagi yang tidak tahu, metode yang sempat digembar-gemborkan ini adalah peninggalan kepelatihan lama yang menyebabkan PSS terpuruk dan penuh dengan konflik. Coach Seto dengan guyonan khasnya menjawab, “Saya waktu itu belum terlibat, hanya menonton. Sambil berdoa, sih, kan gitu,” tawa pun mengisi seluruh ruangan.
Seto menganggap bahwa PSS sedang mengalami transisi, ada beberapa perubahan dari kepelatihan yang lama. Seto memulai semuanya dari nol juga waktu persiapan tim tidak ideal. Seto menggunakan terminologi “menyelamatkan” PSS dari keterpurukan. Lantas analogi Moto GP digunakan oleh Seto, ibarat start, PSS start di posisi paling belakang ketimbang tim Liga 1 lainnya. “Tapi yang paling finish-nya,” kata Seto.
Seto juga membahas rekrutmen pemain. Ia menganggap bahwa setiap musim memiliki suasana yang berbeda, dan saat ini PSS sedang masa transisi dan banyak pemain baru. Seto mengharapkan ada sinergi antara tim development dan tim utama. Ia mengharapkan muncul pemain-pemain asal Sleman dan dapat mengharumkan daerah.
Ada beberapa pemain yang coba untuk dipertahankan, namun sebagian memilih untuk berjuang di tim lain. Seto menganggap bahwa hal tersebut merupakan salah satu risiko dan saat ini ia masih mencari beberapa pemain di berbagai posisi, juga pemain asing. “Juni (semoga, red) sudah komplet. (Soalnya, red) kita sikut-sikutan dengan tim lain,” katanya.
Ditarik kembalinya Seto Nurdiantoro ke PSS, bagi Seto jangan menjadi ekspektasi berlebih. Ia menganggap bahwa ini saatnya berjuang bersama baik dari tim kepelatihan itu sendiri, manajemen PSS dan berbagai basis massa pendukung PSS.
Menjawab pertanyaan sudah berapa persen kesiapan PSS dalam mengarungi musim depan, Seto menjawab dengan nada bercanda, “Kalau presentasi saya lupa, yang jelas kurang akeh.” Semua peserta tertawa. Kolom komentar di live YouTube pun memberikan emotikon tertawa. Candaan Coach Seto tidak berhenti, “Ini lho manajemen e lelat-lelet.” Guyonan Seto diwarnai dengan tawa Dirut Andywardhana selaku perwakilan manajemen.
Saya ingat sebuah komik berjudul Giant Killing. Komik yang menceritakan kisah perjalanan seorang pelatih muda yang mempunyai strategi unik dan sikap eksentrik. Guyonan Coach Seto, membuat saya teringat Takeshi Tatsumi, nama pelatih eksentrik tersebut yang bebas membercandai manajemen East Tokyo United.
Apakah guyonan itu tanda tak sopan? Bagi komik Giant Killing, pelatih yang bisa bercanda dengan berbagai elemen tim, justru menunjukkan keakraban dan keharmonisan di dalam tim tersebut. Dan candaan Seto malam itu, memperlihatkan hal yang sama.
“Masih ada yang perlu evaluasi dan diobrolkan dengan manajemen (tentang pemain lama dan baru, red), kan gitu,” kata Seto. Menjawab dengan serius, kesiapan PSS menyambut musim depan, hingga saat ini masih 50%. Kurang satu pemain asing membuat Seto bingung, katanya agen menawari video. “Sampai capek matanya,” katanya.
Hal ini menunjukan bahwa pencarian pemain asing di Liga 1 masih berbasis kepada video-video sang pemain, bukan berbasis kepada data. Video hanya memuat skill sang pemain dan menampilkan sisi baiknya saja. Sedang di Eropa, kebanyakan sudah memantau pemain berbasis data dan memperhitungkan seberapa besar kemungkinan sang pemain yang akan direkrut ini akan bersinar.
Seto malam itu menekankan kepada proses tim. Tim yang instan, baginya akan berbahaya. Cepat untuk naik, namun akan cepat juga turunnya. Seto menggunakan terminologi membersihkan dahulu rumput-rumput di halaman rumah, maka kejayaan akan berlangsung lama.
Ia mencontohkan ketika dirinya masih berstatus pemain Timnas Indonesia dan bertandang ke Vietnam pada era 2000-an. Kala itu, Vietnam masih membangun infrastruktur dan kelas Indonesia masih jauh di atas Negara Naga Biru tersebut. Namun kini, Vietnam bersolek atas nama proses yang disebutkan oleh Seto Nurdiantoro.
Musim depan, PSS memulai lembaran baru. Mereka mencoba melawan traumatis kejadian kurang menyenangkan tahun lalu. Coach Seto hadir bukan sebagai messiah, namun untuk mengajak semua elemen bersinergi. Karena PSS adalah milik warga Sleman.
Salah satu peserta ngobrol mengatakan hal yang cukup mewakilkan segenap perasaan Sleman Fans yang masih terngiang kejadian kelam tahun lalu, ketika PSS terancam berpindah home base. “Kalau training camp, jangan lupa pulang,” katanya.
Reporter: Gusti Aditya
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor dan liputan menarik lainnya di Susul.