MOJOK.CO – Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan mundur dari jabatannya, Kamis (19/1/2023). Pengunduran dirinya paling lambat akan dilakukan pada 7 Februari 2023.
Ardern menjelaskan, memasuki tahun keenam masa jabatannya merupakan tantangan yang berat. Ia tahu apa saja yang dibutuhkan untuk mengambil peran sebagai Perdana Menteri Selandia Baru dan merasa tidak memiliki cukup tenaga untuk menjalankannya dengan adil.
Dilansir dari The Guardian, keputusan ini sudah dipikirkan masak-masak selama summer break. Ia merenungkan, apakah dirinya masih memiliki tenaga untuk melanjutkan perannya. Kesimpulannya … tidak.
Ardern tidak menjelaskan rencananya ke depan kecuali menghabiskan waktu bersama keluarga. Ardern mengumumkan akan menikahi pasangannya, Clarke Gayford. Untuk anaknya, Neve, Arden mengatakan akan menemaninya ketika kelas dimulai tahun ini.
Dilansir dari Sky News, Senior Lecturer dari Massey University Dr Suze Wilson menjelaskan, momentum mundurnya Ardern sebagai perdana menteri ini menjadi semacam pengingat bahwa perempuan sangat mampu untuk memimpin. Oleh karena Ardern mampu memimpin dengan baik, mundurnya Ardern dari jabatannya dideskripsikan Wilson sebagai hari sedih bagi kepemimpinan perempuan.
Ardern memang menjadi role model dalam banyak hal bagi tokoh politik perempuan. Salah satunya, melahirkan ketika masih menjabat. Ardern adalah pemimpin kedua di dunia yang pernah melahirkan selama masa jabatannya. Perdana Menteri Benazir Bhutto dari Pakistan adalah yang pertama, pada 1990.
“Dia telah menjadi ambasador yang luar biasa secara global – kemampuannya untuk membangun hubungan, untuk memperlakukan orang lain dengan hormat tanpa memandang perbedaan,” terangnya. Suze Wilson menambahkan, perempuan juga bisa menjadi pemimpin kompeten selama mendapat dukungan.
Selain itu, gaya kepemimpinannya tidak terpengaruh dengan gaya kepemimpinan laki-laki.
“Kuat dan baik hati, tegas dan penyayang, tegas dan sabar, dia memahami gambaran besar masalah dari apa yang dia hadapi tetapi juga memiliki perhatian yang tajam terhadap detail,” imbuh Dr Wilson.
Pengumuman yang mengejutkan
Kabar mundurnya Ardern memang mengejutkan berbagai pihak. Ia tidak memberikan tanda-tanda akan mengundurkan diri. Bahkan, Ardern mengungkapkan tidak ada niatan ketika terdengar kabar mengenai keinginan pengunduran dirinya di akhir 2022.
Mundurnya Ardern sontak menjadi perhatian internasional. Mengingat selama masa kepemimpinannya ia menyelesaikan beberapa permasalahan besar di Selandia Baru dengan baik.
Saat pandemi Covid-19 menyebar ke berbagai negara, Selandia Baru dengan tegas melakukan lockdown, melarang kedatangan dari negara lain dan menerapkan pembatasan sosial yang ketat bagi warganya. Pendekatan “go hard and go early” yang diambilnya menuai pujian karena berhasil mengendalikan kasus Covid-19 di Selandia Baru dengan cekatan.
Kepemimpinan Ardern juga dipuji dalam menanggapi peristiwa teror di Christchurch yang menewaskan 51 orang di dua masjid. Saat itu Ardern menyerukan reformasi undang-undang senjata. Ia juga mengenakan hijab ketika melakukan kunjungan ke korban yang terluka dan keluarga korban yang meninggal dunia. Gesture sederhana ini dipandang positif karena menunjukkan rasa hormat untuk komunitas muslim.
“Menjadi perdana menteri merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya dan saya ingin berterima kasih kepada warga Selandia Baru atas hak istimewa yang luar biasa untuk memimpin negara selama lima setengah tahun terakhir,” tutur Ardern.
Ia pun berharap bisa dikenang sebagai sosok yang selalu berusaha menjadi baik selama masa kepemimpinannya. Asal tahu saja, Ardern menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru sejak 2017, ketika usianya 37 tahun. Jabatan itu menjadikannya kepala pemerintahan perempuan termuda di dunia.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Amanatia Junda