[MOJOK.CO] “Hape seri Sony Xperia andalan buat pengguna gajet yang menyukai ukuran layar kurang dari 5″.”
X: Loh, Sony lagi?
Y: Kok Sony terus?
Z: Ga bosen bosen ya kamu pakai Sony?
Begitulah beragam komentar orang-orang di sekitar saat mencoba mbribik ponsel saya, Sony Xperia Z5 Compact. Komentar yang biasanya saya jawab dengan “ya gimana dong, Sony kan emang nyeni.” Jawaban simpel yang saya yakin tidak ada yang mau mendengarkan kenapa saya selalu memakai gawai besutan Sony.
Boleh dibilang, saya sudah berganti hape Sony sebanyak delapan kali. Dan semoga gawai kesembilan ini membuat saya semakin cinta dengan Sony. Jika Mas Puthut ingin mendapatkan penghargaan atas loyalitasnya memakai produk Samsung, rasanya saya juga sudah pantas meminta hadiah atas kesetiaan saya karena telah memakai produk Sony sejak tahun 2003.
Jadi begini ceritanya. Hasil browsing kesana kemari saat ingin membeli gajet baru membuat saya kepincut dengan Xperia Z5 Compact. Dari informasi yang saya dapatkan, gajet ini termasuk gajet Sony yang kedap air, tahan debu, performa ciamik, dan ukuran gawainya yang tidak terlalu besar.
Hal yang masih sedikit mengganjal adalah soal harga yang masih dijual pada kisaran 6 jutaan. Tapi bagaimana lagi, saya sudah terlanjur ngiler dengan speknya ini.
Tak diduga, saat browsing di Tokopedia ternyata ada lapak yang tengah menjual gawai incaran saya ini dalam kondisi bekas. Setelah ngobrol singkat, saya akhirnya bisa menebus gawai tersebut dengan mahar 3,5 juta rupiah. Gawai berwarna kuning ngejreng ini pun akhirnya datang ke rumah dan tidak butuh waktu lama bagi saya untuk jatuh cinta pada kesayangan yang satu ini.
Pertama, soal layar. Dengan dimensi 4,6″, ukuran gawai Xperia Z5 Compact ini sangat pas dalam genggaman saya. Saya memang anti memakai gawai dengan layar besar. Jangankan layar 5,5″, layar 5″ saja sudah membuat tangan saya tersiksa.
Buat saya, hape ini terasa nyaman untuk mengetik, malah saya terbiasa mengetik dengan satu tangan. Saat mengetik cepat, paduan fitur swipe dan personal dictionary-nya lebih dari mumpuni sekadar untuk mengeja kata demi kata.
Soal performa jangan ditanya, paduan prosesor Qualcomm Snapdragon 810 octa-core 2,0 GHz membuat performanya bisa diandalkan. Ya, gawai kecil yang rilis pada September 2015 ini memiliki spek yang sama persis dengan Xperia Z5 ataupun Z5 Premium. Kendati Snapdragon 810 sempat tersandung masalah overheating, tetapi Sony berhasil mengatasi masalah tersebut saat digunakan pada gawai ini.
Sepengalaman saya menggunakan hape ini, Xperia Z5 Compact jarang sekali terasa panas. Paling-paling hanya saat browsing dalam waktu yang lama atau saat menonton video beresolusi 4K. Kalaupun panas, saya tinggal menceburkan gawai ini ke bak mandi sebentar. Rusak? Oh tidak, karena ia punya fitur waterproof.
Kapasitas memori internal hape ini cukup lega, mencapai 32 GB. Meski sudah dikurangi 10 GB hanya untuk data sistem operasinya, bagi saya sisanya sudah lebih dari cukup. Saya tidak pernah kehabisan storage selama hampir setahun memakai gawai ini. Kalaupun sampai habis, masih ada slot Micro SD yang siap menampung data hingga kapasitas 200 GB.
Kendati hape ini hanya dibekali RAM sebanyak 2GB, tapi performanya cukup optimal. Perpindahan antaraplikasi sudah smooth dan jarang ada lag. Sejauh ini belum pernah ada kejadian yang memaksanya untuk restart karena kehabisan RAM atau masalah lainnya.
Layarnya yang ‘cuma’ berkualitas HD, tapi bagi saya sudah memuaskan secara tampilan. Oya, jangan lupa juga Sony menjejalkan berbagai macam teknologi untuk mengoptimalkan tampilan gawai mungil ini seperti Triluminos, X-Reality, dan Bravia Engine. Hasilnya dengan kepadatan 319 ppi, tampilan layarnya tidak kalah dengan iPhone 6 atau bahkan iPhone 7.
Keputusan Sony yang hanya memakai resolusi HD pun berimbas ke daya tahan baterai. Baterai dengan kapasitas 2700 mAH yang disematkan pada gawai ini mampu bertahan seharian. Walau gawai ini digunakan untuk beragam aktivitas pada saat yang sama, termasuk browsing, chatting, sesekali lihat media sosial, menonton video di YouTube, dan memotret, saya hanya perlu mengisinya saat malam hari.
Pihak Sony mengklaim jika Xperia Z5 Compact mampu bertahan dua hari dengan memakai mode Stamina, tapi tanpa mengaktifkan mode itupun sudah lebih dari cukup.
Xperia Z5 Compact sudah dilengkapi pemindai sidik jari yang merupakan salah satu fitur favorit saya. Uniknya Sony tidak meletakkan pemindai sidik jari di dekat tombol home atau di belakang gawai. Namun, justru Sony meletakkan fitur tersebut di dekat tombol power, pada posisi di mana jempol kita berada saat menggenggam gawai.
Kerja pemindainya sendiri sangat responsif, kadang saya sampai tidak sadar kalau sudah membuka kunci ponsel. Dengan begitu, otomatis membuat saya tidak perlu repot untuk membuka ponsel ini saat sedang diletakkan di meja. Asyiknya, gawai ini mampu mengenali hingga lima jari yang sudah terdaftar.
Kameranya? Tak perlu diragukan lagi. Dengan kemampuan menangkap foto hingga 23 MP dan bukaan f/2, kamera hape ini sudah bisa diandalkan untuk mengambil foto kualitas tinggi saat saya tidak membawa mirrorless kesayangan. Saya sendiri tidak pernah memakai resolusi maksimal, paling pol saya set di 8 MP.
Seperti kata pepatah ‘tidak ada gading yang tak retak’, gawai ini juga menyisakan kelemahan. Misalnya waktu booting yang cenderung lama, hampir 1 menit. Pun dengan waktu loading galeri foto yang cukup lama.
Dari segi desain, mungkin bahasa desain OmniBalance ala Sony yang diklaim sudah mencapai taraf hakiki di seri Z5 bukan selera semua orang. Terakhir adalah kualitas service center Sony Indonesia yang terkenal bosok banget. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa pasrah dan berdoa agar Z5 Compact yang saya gunakan jangan sampai dikarantina di sana.
Tapi tunggu, jikalau itu benar-benar terjadi, saya tidak ambil pusing untuk kembali mengambil seri Compact terbaru. Di saat vendor lain berlomba-lomba membesarkan bentangan layar, seri Compact bagaikan surga bagi orang-orang yang bertangan mungil seperti saya yang mendambakan ponsel yang nyaman dipakai tanpa mengorbankan sisi performa.
Dan saya tidak akan goyah lagi, pokoknya saya cuma mau pakai Sony. Titik.