Samsung Rilis Galaxy A10 dan A20, Ponsel ‘Kakak Adik’ yang Beda Kapasitas Baterai dan Tipe USB

Samsung Rilis Galaxy A10 dan A20, Ponsel 'Kakak Adik' yang Beda Kapasitas Baterai dan Tipe USB

MOJOK.CODua ponsel kakak adik untuk kelas entry-level, Samsung Galaxy A10 dan A20, telah diluncurkan ke pasaran Indonesia pada awal April 2019 dengan membawa sejumlah perbedaan spesifikasi. Apa saja perbedaannya?

Setelah sebelumnya sempat merilis lebih dulu Galaxy A30 dan Galaxy A50, Samsung kembali merilis dua ponsel lain untuk segmen entry-level, yaitu Samsung Galaxy A10 dan Galaxy A20. Bagi yang belum tahu, Samsung seri A ini merupakan pengganti dari Samsung seri J yang produksinya kini sudah mandek.

Tak seperti pendahulunya, seri yang mengusung tagline ‘A for Live Generation’ ini dibuat untuk mengedepankan fungsi sebuah smartphone yang bukan hanya soal fungsional semata, tetapi juga mempertimbangkan aspek kegunaan, desain, dan pengalaman pengguna (user experience).

Galaxy A10 dan Galaxy A20 menjadi bukti keseriusan Samsung untuk meraih tujuan tersebut. Dua ponsel sejenis yang bisa dibilang ‘kakak-adik’ dan punya desain bagai pinang dibelah dua ini memiliki beberapa perbedaan yang kentara, diantaranya dari sisi jenis layar, susunan kamera, kapasitas RAM, kapasitas baterai, dan tipe colokan USB.

Galaxy A10 dan Galaxy A20 sama-sama menggunakan desain layar ala waterdrop notch. Samsung menggunakan istilahnya sendiri dengan menyebut layar poni tersebut sebagai “Infinity V”. Bedanya, Galaxy A10 masih menggunakan jenis layar sentuh IPS LCD, sementara Galaxy A20 sudah menggunakan jenis layar sentuh kebanggaan Samsung, yaitu AMOLED. Galaxy A20 juga mempunyai luasan layar yang sedikit lebih lebar dibandingkan Galaxy A10.

Bagian belakang ponsel atau punggung kedua ponsel tersebut menggunakan desain yang disebut “Glasstic”. Desain punggung yang terbuat dari bahan 3D glass yang bernuansa plastic-feel. Jika dilihat sekilas, desain punggung ini tidak terlalu istimewa, karena menggunakan warna solid yang tampak glossy. Pilihan warna yang tersedia yaitu warna biru dan hitam. Warna merah hanya tersedia terbatas untuk seri Galaxy A10.

Dari sektor jeroan, Galaxy A10 dan Galaxy A20 dipersenjatai dengan chipset delapan inti (octa-core) Exynos 7884 dengan kapasitas penyimpanan internal mencapai 32 GB. Jangan khawatir bila dirasa 32 GB masih kurang, dua ponsel tersebut sudah mendukung penyimpanan eksternal via microSD hingga 512 GB. Jika pada Galaxy A10 masih menggunakan RAM sebesar 2 GB, pada Galaxy A20 sudah menggunakan RAM hingga 3 GB.

Daya baterai yang menopang Galaxy A20 yaitu sebesar 4.000 mAh, lebih longgar daripada Galaxy A10 yang hanya memiliki kapasitas 3.400 mAh. Uniknya, Galaxy A20 sudah menggunakan colokan USB Type-C  ala ponsel ‘flagship’ yang sudah mendukung fitur fast charging. Sementara pada Galaxy A10 cukup dibekali tipe USB 2.0 konvensional.

Namanya ponsel ‘kakak-adik’, spesifikasi kamera sang adik sudah pasti lebih rendah ketimbang sang kakak. Yah, paling tidak punya spesifikasi yang setara. Galaxy A10 dan Galaxy A20 sama-sama mempunyai resolusi kamera yang sama di bagian kamera belakangnya, yaitu sebesar 13 MP.

Namun, pada Galaxy A20 kamera utamanya sudah didukung oleh susunan dual kamera sehingga turut dilengkapi dengan tambahan sensor ultra-wide 5 MP yang berfungsi untuk menangkap gambar hingga jangkauan 123 derajat. Galaxy A10 harus berpuas diri dengan kamera tunggalnya. Untuk sektor kamera selfie, Galaxy A20 sedikit lebih unggul dengan 8 MP dibandingkan dengan Galaxy A10 yang hanya punya resolusi 5 MP.

Kedua ponsel Samsung ini dibanderol secara kompetitif di kelas entry-level. Harganya tidak lebih dari dua setengah jutaan dan mulai dijual di Indonesia pada awal April 2019. Galaxy A10 dibanderol dengan harga 1,799 juta rupiah. Sedangkan Galaxy A20 dibanderol dengan harga 2,299 juta rupiah.

Melihat spesifikasi dan harga kedua ponsel tersebut bisa dikatakan jika Galaxy A10 sebetulnya termasuk ponsel dengan spesifikasi yang nanggung. Alasannya bila situ punya tambahan kocek lima ratus ribu rupiah saja, maka sudah bisa memboyong ponsel yang sama dengan sejumlah upgrade yang setimpal dan berharga.

Kalau menurut Samsung, sejalan dengan tagline yang diusung, sasaran pengguna dua ponsel ini adalah para konsumen yang suka membuat dan membagikan pengalaman-pengalaman mereka melalui gajet yang saling terkoneksi satu sama lain di era yang serba live.

Bagi saya, ponsel ini rasanya lebih cocok dijadikan sebagai ‘ponsel kedua’. Kalau situ punya ponsel berkasta ‘flagship’ dan merasa eman-eman kalau dijual, sementara situ butuh satu ponsel lagi untuk tujuan yang berbeda dengan harga yang murah, dua ponsel ini bisa jadi alternatif. Setuju?

 

Exit mobile version