Pekerjaan Freelance Cucok Meong Untuk Milenial yang Pengin Nambah Penghasilan

pekerjaan-freelance-milenial

MOJOK.COBosan berhemat dan hidup pelit, Milenial bisa memilih pekerjaan freelance di bawah ini sebagai jalan ninja untuk mencapai resolusi cepat kaya di tahun 2019.

Sahabat Celenger yang selalu ingin menambah tabungan tapi menolak melakukan penghematan,

Salah satu resolusi keuangan yang ingin segera kita wujudkan di tahun ini adalah menambah kemampuan menabung. Secara normal, hal pertama paling logis yang dapat kita lakukan adalah berhemat.

Kita dapat mulai berhemat dengan menetapkan skala prioritas kebutuhan dan jika perlu membunuh keinginan secara perlahan; mengurangi hobi belanja di luar kebutuhan pokok, mengurangi frekuensi menonton di bioskop menjadi sebulan sekali, mengurangi frekuensi kongkow dengan teman di coffeshop, menghapus aplikasi belanja online, mengandalkan uang tunai dan menggunting kartu kredit.

“Kok kayaknya gampang ya, Om?”

“Oh, iya jelas gampang sekali kalau diomongkan. Tetapi prakteknya juga tidak mudah.”

Kalau kita mau tega pada diri sendiri dan sedikit tahan dengan rasa malu, provokatiflah dalam mengajak untuk “meeting” di tempat favorit yang bikin kalian mikir saat membayar. Lambat dalam menarik dompet saat melihat deretan rupiah yang nilainya relatif besar di bill yang disodorkan, tetapi cepat saat membayar jajanan bakso dan mie ayam yang relatif murah. Eh, apa sudah biasa seperti itu?

Itu yang disebut pengeluaran gaya Lucky Luke, si penarik dompet yang kecepatannya melebihi dari bayangannya sendiri. Saat tagihannya murah, cepat-cepat menyatakan mentraktir. Begitu mahal, tangannya nyangkut di saku celana. Hahaha.

“Ada lagi cara lain, Om?”

Ada lagi yang disebut jurus Wong Fei Hung, jurus pembayaran tanpa bayangan. Saat dirasakan tagihannya ringan, cepat-cepat pergi ke kasir menyelesaikan pembayaran. Begitu teman mengajak beringsut dari tempat tersebut dengan senyum terkulum dan dada membusung mengatakan kalau semua sudah dibayar. Nah, kalau sekiranya mahal ngobrol dilamain, nunggu teman ngajak udahan dan membayar tagihan.

Pengeluaran memang menjadi hemat, tetapi apakah hal-hal seperti itu yang kita butuhkan? Sementara ada cara lain yang lebih membanggakan dan menggambarkan usaha kita yang tengah berada di puncak produktivitas: menambah penghasilan!

Tidak sedikit orang yang sebenarnya menyukai lingkungan kerjanya tapi kurang menyukai gajinya yang dirasakan tidak dapat mendongkrak gaya hidup dan tabungannya. Ada juga sebagian lainnya yang merasa harus pindah pekerjaan tetapi kuatir kalau lingkungan kerjanya tidak sebaik saat ini. Nah yang paling parah kalau lingkungan kerja tidak nyaman, gaji dirasakan kurang tetapi tidak yakin dengan kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan lain, ini yang paling membuat stress.  

Ada cara bekerja yang sebenarnya dapat memupus sekian ketidaknyamanan tersebut, kerja freelance bahasa kerennya dan tanpa ikatan atau serabutan kalau diterjemahkan. Untuk sebagian orang, cara bekerja seperti itu dalam beberapa hal mendapatkan keleluasaan waktu dan tempat kerja. Tetapi dapat juga diartikan sebagai tambahan pekerjaan di luar pekerjaan utama kita. Sifatnya bisa paruh waktu dan penuh waktu.

Sahabat Celenger yang lebih menginginkan uang daripada gengsi,

Sekarang tinggal kita periksa tujuan keuangan kita apa? Kalau pekerjaan freelance tersebut jauh lebih menghasilkan daripada pekerjaan utama, maka terbuka opsi untuk lebih menekuni pekerjaan tersebut. Pekerjaan utama sebelumnya dapat dilepaskan. Iya dong, tidak sedikit PNS yang menjadikan pekerjaannya hanya untuk tempat menggantungkan statusnya saja. Sementara penghasilan dari bekerja freelance jauh lebih besar dan menghambat performanya sebagai PNS.  

Tetapi kalau sekadar untuk menambah penghasilan saja, pekerjaan utamanya tetap dapat dipertahankan. Pekerjaan freelance dapat dilakukan setelah jam kerja. Tetapi faktanya memang tidak seideal itu. Banyak orang di negeri ini membuat kantor dalam kantor, bukan hanya PNS saja tetapi juga para pekerja swasta. Soal kepantasan, etika dan tidak mengganggu pekerjaan utama tinggal disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

Beberapa pekerjaan mudah tapi nggak mudah-mudah amat berikut layak dipertimbangkan untuk menambah penghasilan dan bahkan menjadi pekerjaan utama:

Broker properti

Di tengah rapat kantor tidak sedikit orang yang malah menawarkan properti di group WA alumni, “Bro dan Sis yang disayang Tuhan. Ada info menarik nih, cuy. Di pagi yang mendung tapi hangat karena ada senyum dari kalian, mohon ijin menawarkan rumah cantik jelita, lokasi dekat kampus cocok buat investasi. Untuk ditempati di hari tua juga okeehh”. Familiar?

Umum, lumrah dan memang menghasilkan bagi yang konsisten menjalani. Dunia perbrokeran sangat menarik dan dinamis bagi kalian yang senang bergaul dan mempunyai jaringan luas. Tidak harus bertemu klien sebelum deal, tidak harus berdiri menyebarkan brosur, dan tidak harus beramah tamah menunjukkan muka palsu. Semua bisa dilakukan melalui gawai kita.

Produknya memang tidak fast moving jadi kalau belum berhasil menjual jangan kemudian berhenti, toh sudah ada pekerjaan utama. Terpenting agar dalam benak banyak orang kalau mencari properti kelak akan menghubungi kita. Kesan itu yang kita tancapkan. Ya mungkin nyebeli banyak orang cara jualan di group yang heterogen. Cara mengatasinya mudah, kalau sebelumnya jualan sehari 3 kali, diubah menjadi 3 hari sekali.

“ Yo yo yo… agan dan aganwati sekalian. Pagiiii… lagi hujan nih di luar. Banjir nggak tempat kalian? Nih ane ada lokasi ciamik bebas banjir, rayap dan hantu. Fengshuinya bisa bikin agan sekalian tajir mlintirrr”

Group yang semula rame menjadi hening. 5 menit kemudian cletukan mulai muncul.

“fengshui bikin tajir mlintir kok nggak dibeli sendiri, nggak nipu kan ini?”

Sabar… dimana-mana calon pembeli itu lebih kejam daripada calon pengantin. Kecuali calon pengantin yang merangkap calon pembeli.   

Penulis   

Era media sudah memasuki babak baru. Dulu perlu pendidikan khusus untuk menjadi penulis lepas. Sekarang dunia benar-benar dalam genggaman kita, semua mata dapat tertuju pada kita melalui media sosial. Para redaktur media online yang haus akan tulisan bagus akan selalu patroli secara online memeriksa opini tertulis yang layak ditampilkan di medianya.

Semakin banyak pilihan akan semakin baik. Apalagi kalau mereka sudah mengatakan, “panjangin, mas?”

Percayalah itu salah satu pintu masuk untuk yang bercita-cita menjadi penulis profesional. Saya pun memasuki dari pintu tersebut. Iseng membuat status, ada pimpinan redaksi melihat dan kemudian berlanjut begitu saja. Berapa nilai uangnya? Cukup untuk ngopi, cukup untuk beli buku, cukup untuk beli rokok (bagi yang menganggap merokok tidak merusak kesehatan ya).  

Maka bertemanlah dengan mereka, para redaktur media, sedikit caper tidak masalah asal tidak baper kalo dicuekin. Kirim tulisan ke media online, siapa tahu di pengiriman yang ke dua puluh dimuat. Lha memang hidup itu tidak selalu mengacu ke idiom low hanging fruits, tidak perlu galah bisa dipetik mudah. Pahit dan pohonnya tinggi juga terkadang harus dipetik.

Saya pun pernah mencoba dan mengalami menjadi penulis konten dari sebuah “situs embuh” yang beriklan di situs freelancer. Itu pun dibayar 5ribu, minggu berikutnya dibayar 10ribu. Ya nggak usah tersinggung kalau memang kecil sekali. Bayangkan saja, biaya transfernya pun bisa jadi lebih besar dari upah kita. Setidaknya itu dapat untuk menguji kesungguhan.

Barista

Untuk yang hobi ngobrol berlama-lama di coffeshop seperti saya, sudahlah sekalian menjadi barista. Bila perlu kursus untuk membuktikan keseriusan kita. Lha iya, daripada pulang kantor punya ritual ngopi yang cukup menguras dompet? Jadi barista sepulang kantor jelas pendapatannya. Uang bertambah, setiap saat bisa ngopi enak dengan alasan mencicipi dan bisa bertemu dengan beragam manusia.

“Mas, ini beannya apa ya? Aku belum pernah minum yang seenak ini”, kata seorang perempuan muda dengan senyuman yang memikat dan dilahirkan seribu tahun sekali.

“Beannya sih biasa, Mbak. Cuma saya menyeduhnya dengan rasa yang pernah ada.”

“Eh, jangan panggil mbak dong, Mas. Masih muda ini.”

“Baik, Ay… mau tambah kopi lagi?”

Terlalu banyak pekerjaan yang dapat memberikan tambahan penghasilan di dunia ini. Entah fotografer, model, pemandu wisata, pemandu sorak maupun pemandu doa. Tinggal kita serius apa tidak menekuninya. Cukup waktu atau tidak menjalankannya. Eh, jadi penerjemah prospeknya bagus juga. Kebutuhan banyak, sementara penerjemah berkualitas tidak banyak.

“Kalau pun tidak menghasilkan uang setidaknya dapat menerjemahkan isi hatiku yang belum pernah terjamah ini kepadamu”. Begitu saja menjawabnya kalau ada yang menanyakan, penerjemah kok tidak pernah menerjemahkan yang menghasilkan uang? Tentu pernyataan tersebut ditujukan untuk yang pas di hati. 

Terakhir, kalau mengacu ke data google untuk segmen Indonesia, 94% dari pengguna internet di tahun 2018 menggunakan ponsel. Tumbuh dari 40% di tahun 2013. Sementara 68% dari pengguna tersebut sangat menggantungkan dari pencarian di internet produk yang hendak dibelinya.

Artinya apa? Jadilah bakul online!

Siang-siang pamer gambar sepiring nasi putih dengan toping ikan laut yang dicabein. Captionnya pun sebisa mungkin harus bikin ngiler. Mangut manyung asin pedas dengan taburan rawit utuh itu memang bisa menggandakan nafsu makan! Apa lagi asli tanpa pengawet.

Mau? Mumpung stocknya baru dan dagingnya, uhh lembut dan bikin bumbu mudah meresap. Eh, apalagi ada promo gratis ongkir. Itu serasa belanja di sebelah rumah. Buruan ya… yang pesen udah banyakk!!

Exit mobile version