MOJOK.CO – Godaan untuk melakukan konsumsi di era Cashless Society ada di mana-mana. Melalui kedatangan Setan Artificial Intelligence (AI) yang menyediakan segalanya di ponsel kita itu, masih bisakah kita untuk hidup hemat?
Sahabat Celenger yang menginginkan hidup hemat tapi menolak hidup menyepi di hutan,
Seorang Filsuf berkata kemampuan dalam melakukan penghematan sangat tergantung dengan kemampuan menahan diri dari godaan. Katanya, semakin tidak mudah tergoda, semakin hemat pengeluaran kita.
Apakah benar begitu? Hmm, belum tentu. Seorang mahasiswa yang puasa satu tahun, kemudian di tahun kedua tanpa sepengetahuan orang tua kredit kendaraan dari hasil menyisihkan uangnya tetap tidak dapat dikatakan hemat.
Secara filosofi, hemat merupakan kemampuan dalam melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya dalam jumlah yang tidak melebihi kemampuan finansialnya. Sehari menganggarkan pengeluarkan 500 ribu tetapi hanya menggunakan katakanlah 200 ribu. Itu penghematan. Tetapi kalau menganggarkan 500 ribu dan hanya menggunakan 50 ribu, itu namanya kebangetan.
“Loh, ada ya orang seperti itu, Om, melakukan konsumsi jauh di bawah yang dianggarkan?”
“Mungkin ada. Mungkin lho.”
Ini ilustrasi saja, perkara kok contohnya seperti nyata banget bagi yang mengenalnya, itulah yang disebut kebetulan belaka dalam cerita fiksi.
Mas Edi AH Iyubenu merupakan satu-satunya penulis cum konglomerat buku yang kemampuan melakukan pengeluarannya jauh di atas penulis lain. Kalau menurut taksiran saya, kemampuan pengeluarannya untuk konsumsi minimal sehari 5 juta. Tetapi beliau hanya menggunakannya tidak lebih dari 100 ribu.
Makan siang dengan menu pecel seharga 10 ribu, rokok sebungkus 25 ribu, bensin 50 ribu. Sisa 15 ribu untuk tips pelayan di warung pecel yang digandrunginya sejak mahasiswa. Makan pagi dan malam mengapa tidak dihitung? Oh beliau memang rajin puasa. Makan siang di luar pun sebenarnya hanya untuk sekadar berbagi dengan pedagang kecil.
Beliau juga dikenal sebagai pengusaha yang sudah mencicipi banyak mobil mahal. Sampai hafal karakter setiap kendaraan yang bagi orang kebanyakan mimpi pun tidak berani. Menurut Mas Edi, Alphard itu gada enak-enaknya sama sekali kalau jalan. Bisa dibilang kendaraan tersebut merupakan produk gagal. Dari luar kelihatan keren dan nyaman, begitu jalan bikin pusing.
Atas alasan tidak nyaman, Alphard, yang bagi orang kebanyakan disebut surga berjalan itu pun dijual.
“Turun harga jauh nggak masalah, Mas?”
“Halah cuma uang aja kok, itu kan cuma perhiasan dunia. Saya akan ganti Innova saja.”
Itukah yang disebut hemat? Bukan.
Kelas beliau itu kalau nggak Alphard ya VW Carravelle. Kalau dalam ajaran marxisme itu disebut bunuh diri kelas. Kelasnya Alphard kok mlotrok ke Innova. Kalau menurut ajaran agama itu disebut tobat. Apa sih yang dibutuhkan di dunia ini?
“Apakah kalau naik Innova membuat rasa pecel langganan saya menjadi tidak enak?” Mungkin begitu kira-kira pembelaan Mas Edi.
Menurut ajaran agama, apa yang dilakukan Mas Edi tentu tidak salah. Justru betul dan layak diapresiasi karena tidak hidup mengejar nafsu. Tetapi kalau menurut disiplin ilmu yang saya pelajari, apa yang dilakukan Mas Edi jelas akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Bayangkan kalau 5 jutanya dibelanjakan pecel semua setiap hari. Berapa pedagang sayur akan tersenyum di hari itu karena omzetnya ikut naik, berapa petani akan mencangkul dengan lebih giat untuk menyemai sayuran lagi?
Dalam terminologi agama, godaan lebih lekat dengan setan, makhluk sial yang berada di segala kerusakan manusia. Habis makan malam, ada bakso dorongan lewat langsung pesan, lupa kalau sedang diet. Itu jelas salah setan, bukan salah kita yang masih lapar hahaha. Semakin dihindari semakin mulia diri kita di sisi Tuhan.
Tetapi dalam perkembangan tekonologi, godaan tersebut semakin sulit dihindarkan. Kecerdasan buatan mulai ditanamkan di perangkat yang hampir tidak pernah lepas dari genggaman kita. Revolusi peradaban terjadi lagi. Ponsel sebelumnya hanya mempunyai kemampuan mengirimkan pesan, sekarang dapat mentransfer uang. Bertahun lalu, kalau kita mengatakan kemungkinan teknologi itu ada di masa depan, kemungkinan kita akan dituduh berkomplot dengan setan. *Kesian deh lo, setan!*
Kita lanjutkan kisah fiksi tapi bisa jadi fakta tadi. Satu saat anak laki-laki Mas Edi yang hobi membaca artikel dan menonton perkembangan teknologi di internet bertanya.
“Yah, aku baru saja bikin akun Gopek. Mbok ditransfer ke gopei-ku.”
“Loh itu aplikasi apa?”
“Itu, Yah. Bisa pesen makanan lewat Gofod selama 24 jam!”
“Wah canggih. Berarti kamu nggak perlu jajan lagi ke Ilfimirt to?”
“Kalau itu tetep. Eh, tak tambahi tugasnya satu lagi, Yah. Aku mulai sekarang dibawain emoney saja biar nggak usah bawa duwit.”
“Waduhh.”
“Satu lagi, Yah. Drumnya beli lewat Tekopedia saja. Bukanlapak ya boleh. Gampang sekali ini, tinggal klik klik klik”
Era masyarakat non tunai (cashless society) sudah terbentuk dan mulai kencang lajunya. Sistemnya pun sudah terbangun dan saling terhubung dengan sempurna. Ketergantungan baru manusia terhadap sistem buatannya sendiri semakin tidak terbendung. Satu sistem yang mengeliminir hambatan-hambatan yang selama ini diakibatkan manusia maupun alam.
“Sayang, aku nggak bisa jemput, nih. Hujan deras. Tetapi aku sudah mengirim Bocar untukmu”, kata seorang mahasiswa yang takut pacarnya yang kecantikannya seperti Ken Dedes habis spa karatan terkena air hujan.
“Ok, ketemu di bioskop ya. Aku baru saja beli tiket film “Lambeku Tidak Seturah Lambemu” dari tokek.id, mumpung ada promo buy 1 get 1. Hemat jadinya.”
“Iya sayang. Ini aku sudah sampai. Trus pulangnya tidak perlu kuatir karatan kena air hujan. Mas tadi sudah pesen jas hujan merk payung. Sebentar lagi kurirnya datang.”
Hampir tidak ada lagi ruang bagi manusia di era milenial ini mengelak kehendak jaman. “Setan-setan” dalam bentuk kecerdasan buatan tersebut tak lelah mengikuti kita, mengintai, mengamati perilaku kita untuk kemudian memetakan preferensi kita. “Setan-setan” tersebut jelas tidak takut dengan mantra-mantra pengusir.
Hemat itu ilusi. Sedangkan gurihnya bakmi kuah yang dapat kita pesan dengan bantuan gofud di tanggal serenta ini, jelas fakta yang bisa kita hadirkan dalam hitungan menit. Selamat makan, setelahnya jangan lupa belanja. Nabungnya besok ajaa…