Pahlawan Ekonomi Kita Bernama Hedonisme - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Komen Status

Pahlawan Ekonomi Kita Bernama Hedonisme

Redaksi oleh Redaksi
14 Agustus 2017
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Strategi pembangunan ekonomi sosialis/komunis sangat sederhana: setiap bangsa harus bisa mandiri. Mencukupi kebutuhan sendiri dengan memproduksi sendiri tanpa harus impor. Jika produksinya berlebihan (surplus), baru dijual ke bangsa lain alias ekspor.

Jadi, awal ajaran ekonomi Komunisme itu: cukup memproduksi sendiri. Lebih kurang seperti konsep kibbutz dalam tradisi Yahudi atau permaculture di Australia tahun ’70-an. Termasuk juga konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang digadang-gadang oleh Bank Dunia.

Konsep Nasakom dan Marhaenisme Presiden Sukarno juga bernapaskan keinginan mandiri. Petani harus punya alat sendiri, memproduksi di lahan sendiri, dan memberikan dia asupan pangan untuk hidup secukupnya. Prinsipnya: hidup hemat! Tidak berlebihan alias konsumtif.

Namun, tema hidup cermat dan hemat bukan dominasi kaum sosialis/komunis saja. Belanda dan negara-negara Skandinavia yang beraliran Kristen Calvinis juga menganut paham yang sama. Pun termasuk Kristen aliran Quakerisme di Amerika. Pendeta Buddha, beberapa ordo imam Katolik seperti Serikat Sabda Alla dan Fransiskan juga menganut kaul kemiskinan yang cukup ekstrem.


Saat Presiden Soeharto naik ke tampuk kekuasaan dengan warisan krisis ekonomi parah dari era Sukarno, ia hanya berpikir pragmatis: stabilitas politik untuk mencapai stabilitas ekonomi. Dan suka tidak suka, ia berhasil membuktikan itu dalam jangka waktu tertentu.

Baca Juga:

Pada Hari Santri, Yuk Bikin Gerakan Santri Melek Investasi Saham!

Ide Revolusioner Kemenag saat Minta Suami-Istri Banyak Ngaji agar Angka Perceraian Turun

Sempat Diprediksi Mengalami Kenaikan 5,3 Persen, Ekonomi Indonesia Kini Turun 5,3 Persen

Siapa arsitek ekonominya? Sudah banyak artikel menuliskannya, mereka adalah “Mafia Berkeley” asuhan Prof. Widjojo Nitisastro yang sangat terpengaruh dengan konsep pembangunan Prof. Walt Whitman Rostow, Rostow’s Five Stages of Economic Growth Model. Lima tahap model perkembangan ekonomi itu kira-kira sederhananya begini:

1. traditional society (ekonomi perdesaan yang paling dasar)
2. pre-conditions for take-off (ekonomi perdesaan dengan mekanisasi pertanian)
3. Take-off (industrialisasi/manufaktur)
4. Drive to maturity (service/finance)
5. Age of mass consumption (tingginya daya beli masyarakat)

Singkat cerita, inilah salah satu dasar cetak biru ekonomi kontemporer kita yang mengantarkan bangsa ini menjadi masyarakat hiperkonsumtif, hedonis, atau apa pun namanya. Tujuannya, untuk mencapai age of mass consumption (era konsumsi massal)! Dan itu konstitusional!

Dengan demikian, kalau sudah hampir dua bulan ini orang ribut soal turunnya daya beli, yang nyata-nyata sudah terjadi dari dua tahun lalu, kita jangan pura-pura bengong dan masa bodoh.

Harusnya kritis, jangan menganggap ini “politis” karena nasib hidup kita ada di situ.

Waktu 7 Eleven tutup, alasannya karena orang beralih belanja ke Indomaret/Alfamart yang “lebih murah”.

Saat Indomaret/Alfamart mulai buka suara soal penurunan laba mereka, alasan baru yang dipakai: masyarakat beralih “belanja online”. Bahkan argumen fantastis keluar keluar dari mulut Kepala Bappenas: 50 juta orang Indonesia sudah terbiasa belanja online. Artinya, seperlima dari populasi Indonesia. Kepala Bappenas luar biasa!

Sementara itu, yang punya lapak online mulai bersuara: turun omzet. Barang nggak ada. Impor borongan sudah tiga bulan red-light. Bea impor makin nggak keru-keruan. Kalaupun ada barang, harga jual kemahalan. Siapa yang mau beli? Lesu! Lesu! Begitulah celotehan yang kita dengar sekarang. Artinya daya beli turun, mau dengan data statistik ataupun tidak. Ini fakta.

Lalu minggu ini muncul argumen lebih yahud. Hedonisme yang jadi sasaran tembak!

Apa salahnya hedonisme? Hedonisme mendorong impor barang, dan terkena bea masuk disertai berbagai macam pajak (akhirnya masuk kas negara). Dari importir ke distributor kena PPN (masuk kas negara juga). Dari distributor ke pengecer ada PPN-nya (masuk kas negara lagi). Dari pengecer ke pembeli juga kena PPN (masuk kas negara untuk kesekian kalinya).

Dari mata rantai di atas, ada jasa bongkar muat di pelabuhan (lapangan pekerjaan + jasa preman), jasa angkut dari pelabuhan ke gudang (juga lapangan pekerjaan + jasa preman), dari gudang ke toko juga perlu jasa angkut (itu juga lapangan pekerjaan + jasa preman), dari toko ke pembeli (lapangan pekerjaan + bayar tempat + jasa preman lagi).

Dari contoh di atas, jelas sekali bahwa “barang impor” untuk memenuhi kebutuhan monster baru bernama “hedonisme” itu memberikan pemasukan buat negara dan menciptakan lapangan pekerjaan buat masyarakat agar sejahtera.

Hedonisme ini pahlawan!

Kalau rontok alur pasokan (supply chain) hedonisme di atas, rontok juga ekonomi kita.

Ingat, industri kita tidak tumbuh, bahkan minus. Pabrik-pabrik direlokasi ke Vietnam dan Kamboja disertai capital flight yang signifikan karena birokrasi dan regulasi di Indonesia semakin pelik.


Sektor yang benar-benar tumbuh di Indonesia hanya sektor konsumsi. Inilah sektor yang kalian sebut “miracle of Indonesia”. Berkatnya, biar krisis, tetap jalan negara ini (berkah dari populasi yang 250 juta orang lebih). Nah, kalau sektor ini dihantam dengan berbagai regulasi dan birokrasi yang aneh-aneh, maka siap-siap say goodbye ke hedonisme!

Untuk yang anti-hedonisme, saran saya: lahan masih ada, tanam ubi. Mari makan ubi rebus dikasih gula pasir dan tiwul dengan ikan asin! Ups, gula sama garam kan masih impor?! Bahkan beberapa pengrajin ikan asin sementara berhenti karena garam tidak ada di pasaran!

Sumber: Andrea Peresthu

Terakhir diperbarui pada 14 Agustus 2017 oleh

Tags: daya beli turunEkonomihedonismeperlambatan
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Pada Hari Santri, Yuk Bikin Gerakan Santri Melek Investasi Saham!

Pada Hari Santri, Yuk Bikin Gerakan Santri Melek Investasi Saham!

22 Oktober 2021
Ide Revolusioner Kemenag saat Minta Suami-Istri Banyak Ngaji agar Angka Perceraian Turun

Ide Revolusioner Kemenag saat Minta Suami-Istri Banyak Ngaji agar Angka Perceraian Turun

31 Agustus 2020
ekonomi

Sempat Diprediksi Mengalami Kenaikan 5,3 Persen, Ekonomi Indonesia Kini Turun 5,3 Persen

7 Agustus 2020
resesi ekonomi singapura GDP PDB resesi adalah apa itu resesi cara mengukur PDB dampak pandemi corona perekonomian vietnam mojok.co

Cara Bodoh Memahami Resesi Ekonomi Singapura dan Dampak Ngerinya buat Indonesia

15 Juli 2020
pernikahan usia muda, BPS, ekonomi, perceraian mojok.co

Pro-Kontra Pernikahan Usia Muda dari Kacamata Orang yang Sudah Menikah

15 Mei 2020
es teh es kopi reshuffle kabinet gibran rakabuming adian napitupulu erick thohir keluar dari pekerjaan utusan corona orang baik orang jahat pangan rencana pilpres 2024 kabinet kenangan sedih pelatihan prakerja bosan kebosanan belanja rindu jalan kaliurang keluar rumah mudik pekerjaan jokowi pandemi virus corona nomor satu media kompetisi Komentar Kepala Suku mojok puthut ea membaca kepribadian mojok.co kepala suku bapak kerupuk geopolitik filsafat telor investasi sukses meringankan stres

Ketika Sedih Saja Tidak Cukup

18 April 2020
Pos Selanjutnya

Opa Pe Nama Marlon, tapi Biasa Dipanggil Maria

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Pahlawan Ekonomi Kita Bernama Hedonisme

14 Agustus 2017
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
Kasman Singodimedjo tagih janji ke Sukarno sial Piagam jakarta

Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno

26 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022

Terbaru

prambanan jazz mojok.co

Tentang ‘Golden Hour’, Waktu Tersyahdu Nonton Prambanan Jazz

3 Juli 2022
es doger balai yasa mojok.co

Kesegaran Es Doger Balai Yasa dan Kenangan tentang Lapas Cebongan

3 Juli 2022
Wasesa dari Dragon Ball dirikan Hobikoe jual beli barang antik di Indonesia

Berawal dari Dragon Ball, Wasesa Jual Beli 200 Ribu Barang Antik

3 Juli 2022
sai sapi jogja mojok.co

Sei Sapi, Saat Daging Asap NTT Beradaptasi dengan Lidah Jogja

2 Juli 2022
tyrell malacia mojok.co

Tyrell Malacia Resmi ke MU, Target Selanjutnya Lisandro Martinez

2 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In