[MOJOK.CO] “Dikatai gila, didoakan stroke dan dicabut nyawanya, hingga balasan telak dari Palestina setelah Trump menyatakan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.”
Konyol, kejam, dan berkuasa. Jangan tertawa, itu kombinasi mengerikan, dan kombinasi tersebut ada di diri pemimpin negara adikuasa di dunia. Donald Trump.
Kita bisa menertawakan kekonyolan Trump yang sepertinya memang dijadwalkan selalu diperbarui tiap hari. Sebagian besar diproduksi di Twitter. Saking banyaknya, jika semua tindakan Trump yang bikin geli (ngetwit covfefe, misalnya) kami daftar di rubrik List Mojok, naskah untuk setahun ke depan akan aman dan redakturnya akan ongkang-ongkang kaki saja.
Masalahnya, meski Trump tidak melaporkan pembuat meme atau parodinya ke polisi, ia tetap punya kualitas mengerikan. Yang terbaru adalah dengan membuat maklumat bahwa Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan berencana memindahkan kedutaan Amerika ke Kota Suci—hal yang tak berani dilakukan presiden Amerika sebelum-sebelumnya.
Tentu akan ada dampak besar jika AS membuat satu keputusan. Tentu saja, itu kan AS. Bahwa apakah pelajaran menghafal ibu kota negara di seluruh sekolah di dunia akan menuruti keputusan ini, di Wikipedia sebagai ensiklopedia online nomor satu Indonesia masih ada perbedaan informasi. Sementara Wikipedia berbahasa Inggris sudah mencantumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Wikipedia berbahasa Indonesia masih menggunakan ibu kota lama Tel Aviv.
Tentu ketika AS diharapkan mengakui Katalunya sebagai negara tetapi malah mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, ini bukan sesuatu yang diharapkan banyak orang. Termasuk oleh rival Trump sebagai pemimpin negara maupun sebagai personal: Kim Jong Un. Selepas pernyataan Trump tentang Yerusalem, Korea Utara langsung memberi tanggapan dengan mengatai Trump “orang tua yang terganggu mentalnya”. Sebuah balasan yang keras setelah Trump sebelumnya menyebut Jong Un sebagai “manusia roket” karena obsesinya pada rudal.
Belum ada pernyataan dari asosiasi roket maupun asosiasi kesehatan mental terkait pencemaran nama baik ini oleh dua diktator ini.
Di Indonesia, sebagai negara dengan kedekatan emosional yang besar dengan Palestina, tidak bisa tidak menanggapi masalah ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan sangat tegas menyatakan Indonesia mengutuk klaim Trump yang merusak perdamaian. Pidato itu ia sampaikan dengan balutan syal hitam putih khas Palestina di leher, Kamis, 7 Desember 2017.
Tiga hari kemudian, dalam demonstrasi di depan kedutaan AS di Jakarta, Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Ansori Siregar mengajak demonstran memanjatkan doa yang mengancam.
“Semua yang ada di hadapan saya tunjuk tangan ke langit. Kita akan takbir, takbir pertama (agar) Donald Trump stroke,” pekik Ansori sebagaimana dilaporkan CNN Indonesia, dilanjutkan dengan, “Takbir terakhir jika dia tidak mencabut ucapannya semoga Allah mencabut nyawanya!”
Apakah doa ini berkaitan dengan laporan CNN bahwa di hari maklumat ibu kota Trump terlihat kesulitan berbicara, yang menimbulkan dugaan publik Amerika bahwa ia terkena stroke, belum ada media yang mengonfirmasinya.
Dari Palestina, sebagai pihak yang dizalimi dan paling relevan mengeluarkan respons, balasan kepada Amerika sangat telak. Mulai saat ini, Palestina mengakui Texas bukan lagi bagian Amerika, melainkan Meksiko.
“Wilayah utara dan timur (Sungai) Rio Grande sangat penting bagi warga Meksiko. Sebelum orang Amerika menetap di sana dan mempraktikkan perbudakan, Meksikolah yang menguasai wilayah itu. Sampai kemudian Presiden Polk mengirim tentaranya untuk menginvasi wilayah-wilayah Meksiko dan memasukkannya ke negara bagian Kalifornia, Meksiko Baru, Arizona, Nevada, dan Utah, Wyoming, dan Kolorado. Jadi, sekarang kami menyatakan mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Meksiko,” ujar juru bicara Otoritas Nasional Palestina (PNA).
“Kami paham Texas negara bagian Meksiko adalah tempat suci bagi banyak orang Amerika, tapi mereka harus paham, status dwinegara atau membikin tembok di Texas bukan solusi yang memungkinkan,” kata Presiden Otoritas Nasional Palestina Mahmud Abas. “Lagian,” lanjut Abas, “orang-orang Texas kan ngomong pake bahasa Spanyol.”
Selain mengeluarkan pernyaaan itu, Palestina akan segera memindahkan kedutaannya dari Mexico City ke Houston.
Tanggapan ini tentu akan menjadi kemenangan besar di Internet bagi netizen pro-Palestina. Sayangnya, sejauh ini kabar tersebut beserta seluruh kutipan jubir PNA juga kutipan Mahmud Abas hanyalah parodi satire dari situs The Beaverton yang mungkin mirip-mirip Mojok-nya Amerika.