Syukuran Haryadi Jadi Tersangka Korupsi, Dodok Pencetus Jogja Ora Didol Cukur Gundul

Dodok Jogja Ora Didol Potong gundul

Dodok mempersilahkan siapa saja ikut memotong rambutnya. (Yvesta Ayu/Mojok.co)

MOJOK.COPenahanan mantan Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti karena kasus dugaan suap apartemen oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (02/06/2022) tampaknya ditunggu sejumlah pihak. Salah satunya Gerakan Jogja Ora Didol yang sejak sepuluh tahun terakhir menolak pembangunan hotel yang menyebabkan kekeringan sumur warga di Kota Yogyakarta.

Pencetus Jogja Ora Didol, Dodok Putra Bangsa pun akhirnya mewujudkan rasa syukurnya dengan mencukur gundul rambut gondrongnya. Aksi yang dilakukan bersama sejumlah komunitas ini dilakukan Dodok di depan Balaikota Yogyakarta, Sabtu (04/06/2022).

Dalam aksi ini, Dodok mengikat helaian rambutnya dengan tali rafia. Dia mempersilahkan siapa saja untuk memotong rambutnya hingga habis. Setelah rambutnya terpotong habis, Dodok melempar telur mentah ke papan nama Kantor Walikota Yogyakarta.

“Yang pasti rambut adalah simbol dari mahkota, mahkota di Kota Jogja ini ya ada di kepala daerah ya itu wali kota yang sekarang sudah tertangkap. Bukan bersyukur saya, tapi sebagai pengingat saja ritual bahwa kita lepaskan mahkota memulai hal baru karena di kepala ini ada otak yang digunakan secara betul untuk mensejahterakan rakyat untuk pemimpin daerah,” paparnya.

Dodok menyampaikan, dirinya sudah yakin Haryadi Suyuti bakal tersandung kasus korupsi. Keyakinan tersebut bahkan sudah dirasakan sejak 2013 silam saat mantan Ketua KPK Busyro Muqodas menyampaikan ada ‘aroma tidak sedap’ dibalik maraknya perizinan pembangunan hotel di Kota Yogyakarta.

Meski akhirnya baru 2022 ini Haryadi akhirnya ditangkap KPK, Dodok merasa bersyukur. Namun, penangkapan tersebut diharapkan bukan menjadi akhir namun awal bersih-bersih Yogyakarta dari aksi-aksi korupsi.

“Pembangunan hotel yang besar-besaran  itu membuat warga kekeringan, [karena hotel menggunakan air tanah, contohnya di miliran] tahun 2014. Tapi wacana pemerintah kan selalu menyebut kemarau panjang padahal terbukti saat [kawasan] miliran warganya aksi terus. Waktu itu Fave hotel disegel dan sekarang memakai PDAM,” paparnya.

Dodok menambahkan, aksi melawan tirani Haryadi Suyuti oleh gerakan Jogja Ora Didol sebenarnya sudah dilakukan sejak lama. Pada 2013 silam, salah seorang seniman mural Arip membuat mural “Festival Mencari Haryadi” yang akhirnya karena aksi tersebut dia sempat diproses hukum.

Setelahnya pada 2014 kembali ada aksi mandi tanah di depan hotel karena dampak kebijakan Pemkot yang memberikan izin berlebihan. Disebutkan Dodok ada sekitar 104-106 izin pembangunan dilakukan Haryadi hingga sumur warga jadi kering. 

Aksi dilanjutkan pada 2016 saat mereka secara simbolis mandi kembang 7 rupa dan 7 sumur di kompleks Balaikota Yogyakarta. Pada tahun 2018, ada aksi Bedoyo Banyuning Segoro untuk mengawal gerakan Jogja Kangen KPK.

“Tahun 2019 saya ngencingi [papan nama balaikota jogja] ini karena menurut mbah saya dulu kencing paling manjur dan terbukti pandemi 2 tahun akhirnya ketangkep artinya kencing rakyat itu lebih manjur untuk mengungkap aura-aura negatif,” tandasnya

Karenanya setelah KPK menciduk Haryadi dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) dalam kasus apartemen Sekar Kedaton, kembali Jogja Ora Didol menggelar aksi. Aksi tersebut menjadi nazar yang akhirnya ditunaikannya.

“Aksi ini juga sebagai wujud syukur dan doa penanda untuk tahap perjuangan selanjutnya,” tandasnya.

Hal senada disampaikan aktivis sosial, Elanto Wijoyono yang ikut memotong rambut Dodok. Dia berharap aksi Dodok ini menjadi penanda akan dibukanya lagi kasus-kasus baru oleh KPK di Kota Yogyakarta.

“Perjuangan ini belum selesai karena masih banyak laporan kasus-kasus dugaan korupsi di Jogja,” imbuhnya.

 

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Haryadi Suyuti Jadi Tersangka KPK, Terima Suap Ribuan Dolar dari Pengembang dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Exit mobile version