MOJOK.CO – Rocky Gerung batal hadir dalam diskusi di Bento Kopi, Godean, Rabu (2/8/2023). Meski sudah menuju lokasi, ia memilih balik kanan karena penolakan atas kehadirannya.
Saat Mojok datang ke lokasi, massa sudah berkumpul dengan membawa spanduk penolakan kehadiran Rocky Gerung Kelompok itu menamakan dirinya sebagai Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) .
PNIB tidak menginginkan Rocky Gerung hadir dalam diskusi “Bonus Demography dan Pembangunan Mental Bangsa” yang diadakan oleh Kuning Ijo Biru (KIB) dan Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) itu.
Alasan PNIB menolak kedatangan pengamat politik itu karena sosoknya sering mengeluarkan berbagai makian dan pernyataan yang dapat mencerai berai bangsa Indonesia. Sosoknya baru-baru viral karena mengeluarkan kritikan “bajingan tolol” kepada Presiden Joko Widodo dalam acara organisasi buruh di Islamic Center Kota Bekasi pada Sabtu, (29/07).
“Rocky Gerung dengan pernyataannya sering sangat tidak mendidik intelektual bahkan merusak generasi bangsa. Bagaimana nasib generasi Indonesia ke depan jika diracuni oleh statement-statementnya yang tidak mengajarkan hormat kepada para pemimpinnya,” kata ketua PNIB, Abdul Rozaq atau Gus Wal kepada wartawan pada Rabu, (02/08).
Ia juga menilai bahwa Rocky kerap menghina presiden yang adalah lambang kehormatan sebuah bangsa. Sehingga ia turut meminta jajaran Polri dan TNI agar menangkap Rocky Gerung. Ia mengatakan bahwa massa yang hadir untuk menolak di Yogyakarta ada sekitar 130 orang.
Diskusi tetap berlangsung
Akibat massa yang menolak, acara sempat tertunda sekitar 30 menit. Pembicara lainnya yang sedianya datang seperti Habil Marati, Saut Situmorang, dan Andi Sinulingga datang sesaat sebelum acara selesai. Ini karena mereka satu mobil dengan Rocky Gerung yang memilih tidak masuk ke arena diskusi.
Ketua Panitia Bambang Harianto kepada wartawan mengatakan, Rocky Gerung sebenarnya sudah hampir sampai lokasi dengan pembicara lainnya. Namun, akhirnya memilih tidak masuk ke area diskusi karena massa yang mengadang. “Rocky mengatakan, ya sudah saya pulang’,” kata Bambang.
Akhirnya meski tanpa narasumber utama, acara tetap berlangsung. Hadir sebagai narasumber pengganti, yakni Syukri Fadholi (Wakil Walikota Yogyakarta, 2001-2006), Mirwan (Sekjen KIB), dan Prof. Heru (akademisi dari UMY). Rocky pun sempat menyapa melalui video call tapi beberapa menit saja.
Banyak peserta diskusi yang awalnya datang ke acara itu lantaran pematerinya ada Rocky Gerung. Namun, sayangnya pengamat politik itu malah tidak boleh datang untuk ikut berdiskusi. Menurut Syukri Fadholi penolakan oleh PNIB merupakan ulah dari Esti Wijayati yang kini menjabat sebagai anggota Komisi VIII DPR RI dari fraksi PDI Perjuangan.
Kepada wartawan, Esti Wijayati mengatakan, massa yang hadir bukanlah barisan atau simpatisan parpol namun merupakan murni suara dari masyarakat DIY. Ia menilai panitia memilih narasumber yang salah karena tidak beradab dan berbudaya. “Kita sudah tahu bahwa Rocky Gerung yang mau hadir di acara malam ini adalah dia yang sudah menghina Jokowi, Presiden. DIY ini kota yang beradab dan berbudaya,” kata Esti.
Esti mengatakan, setelah melakukan audiensi dengan panitia, akhirnya terjadi kesepakatan, acara tetap berlangsung, tanpa kehadiran Rocky Gerung sebagai pembicara.
Peserta kecewa karena Rocky Gerung tak sempat sampaikan akal sehat
Junaidi salah satu peserta diskusi yang hadir juga turut menyayangkan adanya pengadangan Rocky Gerung. Sebab bagi seorang yang juga berstatus sebagai dosen di beberapa kampus di Yogyakarta itu menilai bangsa ini perlu membangun pondasi yang bernama akal sehat.
“Seandainya Rocky Gerung hadir dan melihat banyak mahasiswa di sini, ia pasti akan membicarakan akal sehat itu tadi. Karena sekarang akal sehat itu telah dibunuh,” kata Junaidi kepada Mojok pada Rabu, (02/08).
Ia juga menilai tanpa kehadiran Rocky, acara itu terasa kurang lengkap. Sebab Rocky menjadi orang yang masuk golongan independen. Tidak terikat pihak manapun. Terasa tidak ada beban saat mengeluarkan berbagai statement.
Tapi yang pasti, walaupun diskusi itu Rocky Gerung tidak ada, peserta terlihat sangat aktif. Terbukti banyak respon dan pertanyaan. Pun ada beberapa pertanyaan atau tanggapan yang tidak sempat dituntaskan karena terbatasi oleh waktu. Karena sekitar pukul 22:30 WIB diskusi harus disudahi.
Reporter: Khoirul Atfifudin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Tersandung Kasus TKD, Kepala Dispertaru DIY Kembalikan Uang Gratifikasi 1,3 Miliar