MOJOK.CO – Jalur alas roban lekat dengan kisah misteri. Di jalur ini, saya pernah mengalami kejadian ganjil saat hendak pulang ke Pekalongan menghadiri pemakaman Paklik.
Alas roban telah menjadi bagian dari hidup saya. Sejak memutuskan merantau dari Pekalongan ke Jogja 11 tahun silam, sudah tak terhitung lagi saya melewati jalur alas roban memakai kendaraan. Sebab jalur ini merupakan rute yang termudah dari Pekalongan menuju ke Jogja, khususnya mereka yang tinggal di kota.
Sebelum ke cerita, sepertinya saya perlu menerangkan terlebih dahulu mengenai jalur alas roban. Sebab belakangan jalur ini mulai dilupakan sejak adanya Jalan Tol Trans-Jawa.
Sejarah alas roban
Jalur alas roban dibuat pada masa penjajahan Belanda. Jalan menjadi bagian dari Jalur Pantura yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Jawa Barat. Penggagasnya ialah Herman Willem Daendels. Jalur yang memiliki sejarah gelap lantaran dibuat dengan sistem kerja paksa.
Jalan alas roban melintang di Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalan ini memiliki trek yang curam dan berkelok. Di kanan-kiri jalan tumbuh beragam pepohonan menjulang. Hal yang lumrah sebab memang jalan ini merupakan hutan belantara saat pertama kali dibuka. Sebagaimana arti dari “alas” sendiri yang berarti hutan.
Jalur rawan kecelakaan dan dinaungi kisah mistis
Bagi saya, jalur ini cukup seram. Sebab merupakan rute bus, truk, dan kendaraan berat lain melintas. Fokus harus selalu terjaga, mata kudu terus siaga meskipun itu siang hari. Meleng sedikit taruhannya nyawa.
Jalur ini terkenal kerap memakan korban kecelakaan. Saking seringnya bahkan sampai ada yang melabeli kawasan alas roban sebagai Jalur Tengkorak di Jawa Tengah dan mengaitkannya dengan kisah-kisah mistis.
Saya kerap melihat pecahan kaca tercecer di jalanan, mobil ringsek di pinggir jalan, hingga truk terguling. Hal ini tidak terlepas dari kondisi trek yang menanjak, tikungan tajam, dan berkelok. Kondisi ini semakin parah dengan minimnya penerangan jalan saat malam tiba.
Kisah-kisah mistis kerap menaungi jalur alas roban. Mulai dari kisah kesasar karena disesatkan jin hingga kecelakaan karena kaget diperlihatkan sosok makhluk halus. Ragam kisah itu datang dari mereka yang pernah melewati jalur ini di malam hari.
Pengalaman ganjil yang saya alami
Saya pribadi belum pernah menemui kejadian semacam itu. Satu-satunya pengalaman ganjil saya alami pada 2017. Saat saya terpaksa harus pulang dari Jogja setelah mendapat lelayu dari rumah. Paklik saya sedo.
Kabar itu datang sore. Namun, saya baru memutuskan pulang pukul 12 malam selepas hujan dan kesedihan mereda. Saya berangkat sendiri demi mengejar pemakaman esok paginya.
Jalanan lengang, licin, dan sepi. Kendaraan saya pacu dengan hati-hati. Tidak ada halangan apapun di jalan. Kendati demikian, di beberapa tempat bulu kuduk saya merinding, terutama saat melewati trek bukit dan hutan.
Singkat cerita, sampailah saya di alas roban yang penuh misteri. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Jalur pantura sedang brengsek kala itu, penuh lubang. Beberapa kali saya lolos, namun akhirnya kecolongan juga. Motor saya menerjang lubang. Dan, sial! ban saya bocor setelahnya.
Saya pun menuntun motor di tengah jalur yang kiri-kanannya hanya ada pepohonan. Gelap. Satu-dua kendaraan besar melintas tanpa peduli. Saya hampir putus asa. Kok ya ada saja ujiannya, saya ini sedang berduka lho.
Sesaat saya melihat sebuah warung dengan pencahayaan remang. Ada beberapa perempuan baya duduk di sana. Saya menghampiri dan bertanya, “Permisi, Bu. Di dekat sini ada tambal ban nggak ya?”
“Wah nggak ada, Mas. Coba lurus lagi ke sana,” ujar salah satu perempuan.
Dengan perasaan kecewa saya mengangguk dan mengucap terima kasih. Belum sempat pergi, perempuan yang lain mengucap kalimat yang sama sekali tidak saya duga.
“Meh kesle sek pog, Mas? (Mau kesle dulu apa, Mas?)”
Saya terperanjat. Syok. Di saat saya sedang sedih, capek, dan terburu-buru ingin menghadiri pemakaman Paklik, malah ada PSK yang menawari untuk bercinta. Alih-alih tergoda, saya justru ngeri. Kok ya random sekali?! Niat ibadah, malah diajak bermaksiat.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Ekspedisi Alas Purwo: Penjelajahan Pertama ke Hutan Angker
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News