3 Pantai Ini Membuktikan kalau Wisata Bukan Solusi Membersihkan Pantai

sampah plastik di pantai wisata mojok.co

Ilustrasi sampah plastik di pantai (Mojok.co)

MOJOK.COPariwisata kerap jadi biang kerok persampahan di pesisir pantai. Riset menunjukkan bahwa sektor pariwisata menyumbang 65% sampah laut dan 94% nya adalah plastik.

Senin (10/7/2023) Pandawara Group, lima orang remaja pria yang suka bersih-bersih lingkungan, melakukan kegiatannya di luar Jawa, yakni di Pantai Sukaraja Bandar Lampung. Meski berhasil menghimpun 3.700 sukarelawan yang mampu mengeruk 300 ton sampah, Pandawara Group merasa bebersih hari itu hanya permulaan.

“Harapannya, pantai ini bisa dikelola jadi wisata,” ujar Gilang, perwakilan Pandawara Group seperti dilansir pada IDN Times. Bukan hanya mereka, Ikram Afro, selebriti asal Lampung, juga menyarankan hal serupa.

Meski terlihat tidak ada yang salah, mengubah sebuah pantai jadi destinasi wisata bukan solusi yang umum untuk menanggulangi persoalan sampah. Sebaliknya, justru pariwisata kerap jadi biang kerok persampahan di pesisir.

Riset Institute of Environmental Science and Technology – Universitat Autònoma de Barcelona (ICTA-UAB), seperti yang dikutip dari National Geographic, menunjukkan bahwa pariwisata menyumbang 65% sampah laut dan 94% nya adalah plastik. Kasusnya ada di Laut Mediterania.

Di Indonesia pun sama. Setidaknya, ada tiga pantai wisata yang kemudian jadi ladang sampah. Berikut daftarnya:

#1 Pantai Marunda dan Cilincing

Siapa sangka bahwa pantai di utara Jakarta ini dahulunya adalah primadona? Bila tidak percaya, silakan tengok adegan mantai di film legendaris garapan Usmar Ismail, Tiga Dara (1956). Di sana, latarnya adalah Pantai Cilincing yang masih satu kompleks dengan Pantai Marunda.

Masa kejayaan kompleks rekreasi bahari ini adalah pada rentang akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20. Kejayaan ini terus berlangsung setelah kemerdekaan. Arus wisatawan makin deras sebab hirarki masyarakat sudah dihapuskan sehingga siapapun boleh mengaksesnya, termasuk pribumi.

Sebagai wujud larisnya pantai, pada medio 1950-an, terdapat restoran terkenal bernama Sindang Laut yang dilengkapi taman bermain dan dermaga untuk kapal kecil. Sekarang, restoran tersebut sudah berubah menjadi Bogasari Flour Mills, kawasan industri.

Yang terjadi pada Sindang Laut merupakan petunjuk tentang perubahan pantai-pantai ini: tata wilayah yang berantakan. Ruwinda, warga Marunda yang setengah abad tinggal di sana, menyoroti sirnanya hutan mangrove.

“Sekarang, jadi lahan pemukiman,” katanya, dikutip dari Detik Travel. Liputan Kompas.id pada 2018 silam pun menunjukkan bahwa Pantai Marunda sudah tidak layak jadi destinasi wisata. “Biasanya, sehari hanya 20 pengunjung dan rerata hasil dagang hanya Rp15.000,” demikian tulisnya.

#2 Pantai Pangandaran

Pantai di pesisir selatan Jawa Barat ini sempat melejit kembali setelah terungkap sebagai kampung halaman Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019. Padahal, sebenarnya pantai ini sudah masyhur sebagai lokasi pelesiran sejak awal abad ke-20.

Portal berita daring bernama Harapan Rakyat dengan bersumber pada arsip koran Bataviaasche Nieuwsbald bertitimangsa 30 Mei 1923 menunjukkan iklan pesanggrahan Badhotel di Pangandaran. Selain keindahannya, keunggulan Pantai Pangandaran kala itu adalah aksesibilitasnya. Jalur kereta api yang jadi moda utama terkenal sebagai perjalanan sepur paling mewah di Jawa kala itu. Pemandangannya, fasilitas gerbongnya, hingga pengalaman berjumpa satwa liar menjadi daya pikatnya.

Namun, semua itu tinggal kenangan. Saban musim liburan, pantai ini disesaki pengunjung, dan oleh karenanya, juga sampah. Pernah pada libur lebaran 2022, Susi Pudjiastuti berencana melancong ke kampung halamannya. Namun, ujungnya dia malah mengajak wisatawan di sana untuk menyerok tumpukan sampah. Bahkan, ada situs yang mendapuknya sebagai salah satu pantai terkotor di Indonesia.

#3 Pantai Kuta

Orang Indonesia, bahkan mancanegara yang sering ke Bali, tidak mungkin tidak mengenal pantai ini. Keindahan pasir, landainya pesisir, dan pemandangan matahari tenggelam jadi daya jualnya. Pantai Kuta, bersama Pantai Sanur, kemudian jadi ujung tombak pariwisata Bali yang mulai meledak pada dekade 70-an.

Sejak 2017, sampah-sampah mulai memenuhi Pantai Kuta. Sumbernya macam-macam: aktivitas wisata, kiriman dari darat (lewat sungai), atau apungan dari laut. Jerinx, drummer sekaligus aktivis penolakan reklamasi Teluk Benoa berpendapat, reklamasi mengacaukan arus laut yang membuat sampah nyasar ke Kuta.

Hasilnya, Pantai Kuta mulai ditinggalkan. Meski masih ramai dikunjungi wisatawan lokal, pelancong mancanegara di Bali mulai beralih ke pantai lainnya seperti Nusa Dua. Merujuk liputan Ngopibareng.id, mereka terganggu oleh sampah dan juga perilaku pengunjung lokal yang mengusik privasi dengan sembarangan memotret.

Itu tiga pantai wisata yang justru terbengkalai dan penuh sampah pada akhirnya. Sebenarnya, Pandawara Group juga berpengalaman membersihkan pantai yang salah satu pemanfaatannya adalah wisata yakni Pantai Teluk Labuan Pandeglang. Pantai yang kemudian mereka nobatkan sebagai pantai terkotor di Indonesia.

Di Lampung, satu provinsi dengan Pantai Sukaraja, terdapat Pantai Pasir Putih yang penuh sampah padahal sebelumnya menjadi destinasi wisata bahari di Lampung selama puluhan tahun. Maka, menjadikannya sebagai destinasi wisata tidak berpengaruh terhadap bersihnya suatu pantai. Bahkan, beberapa bukti di atas justru sebaliknya, kan?

Penulis: Ardhias Nauvaly
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Sukses Ajak Ribuan Orang Bersihin Pantai Terkotor di Lampung, Siapakah Pandawara Group?

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version