Siswa SMP di Batam Dikeluarkan karena Tak Mau Hormat Bendera dan Nyanyi Indonesia Raya

radikalisme agama hormat bendera merah putih menyanyikan indonesia raya smpn 21 batam siswa dikeluarkan mojok.co

radikalisme agama hormat bendera merah putih menyanyikan indonesia raya smpn 21 batam siswa dikeluarkan mojok.co

MOJOK.CO – Kesel juga, sekolah sebagai tempat mendidik malah menyerah melihat kelakuan muridnya. Di sisi lain, kita jadi penasaran apa aliran kedua siswa ini yang disebut-sebut melarang penganutnya hormat bendera dan nyanyi “Indonesia Raya”.

Dua siswa SMPN 21 Batam dikeluarkan dari sekolah karena sudah setahun lebih menolak ikut hormat bendera dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” saat upacara di sekolah. Kadis Pendidikan Kota Batam Hendri Arulan mengatakan, kedua siswa menganut aliran kepercayaan tertentu sehingga keukeuh dengan pendiriannya mengharamkan aktivitas hormat bendera.

Sampai artikel ini dituliskan, belum dijelaskan aliran kepercayaan macam apa yang dianut kedua siswa. Apakah di kepercayaan itu posisi hormat dianggap sebagai gestur pemujaan setan? Apakah setan juga gila hormat?

“Mereka pada saat melaksanakan upacara tidak mau hormat bendera dan tidak mau menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’. Jadi memang dengan berat hati kita kembalikan ke orang tua,” kata Kadis Pendidikan Kota Batam Hendri Arulan dikutip Detik.

Kata Hendri, sekolah sudah berusaha membujuk kedua anak itu secara baik-baik dengan melakukan pembinaan dan pendekatan bersama orang tua, namun tetap saja gagal. Membaca kasus ini membuat kita berpikir: Nggak tahu deh mana yang lebih menyedihkan, remaja yang menolak menghormati sejarah karena sebuah aliran kepercayaan tertentu, atau kegagalan para guru dan orang tua untuk mencari solusi yang lebih niat ketimbang menyerah pada keadaan dan mengeluarkan kedua siswa ini.

Padahal, sekolah udah ngumpulin seabrek-abrek orang untuk berdiskusi soal pilihan dua remaja ini. Mulai dari pihak sekolah, orang tua, dinas pendidikan, danramil, polsek, dan dewan pendidikan. Eh, udah rame-rame rapat, para pihak terkait ini malah memutuskan untuk mengeluarkan kedua siswa ini saja. Hasil rapat para stakeholder kok enggak kreatif blas.

Landasan kebijakannya juga aneh: Mereka merasa apa yang dilakukan si siswa sudah menyalahi aturan negara dan dikhawatirkan membawa pengaruh ke siswa lain. Lah mohon maaf nih, buktinya udah setahun lebih tapi yang enggak hormat bendera tetap dua orang ini aja kan?

Meski nggak diajak rapat, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Riau tak mau ketinggalan isu. Sayang, mereka malah memberikan pendapat yang sama sekali tidak melindungi sang anak. Komisioner Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepulauan Riau Erry Syahrial tidak berkontribusi pada penyelesaian isu karena pendapatnya seolah hanya membenarkan keputusan sekolah.

Yaelah, pantes lau nggak diajak rapat.

(awn)

BACA JUGA Kayak Kapur Barus, Aset First Travel Menyublim dari Ratusan Miliar Jadi 25 Miliar atau kabar terbaru lainnya di rubrik KILAS.

Exit mobile version