Keraton Yogyakarta Punya Sosok Panglima dan Penulis Perempuan
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Kilas

Sebelum Kartini, Keraton Yogyakarta Punya Sosok Panglima dan Penulis Perempuan

Arif Hernawan oleh Arif Hernawan
21 April 2022
0
A A
GKR Hayu mojok.co

GKR Hayu. (Arif Hernawan/Mojok.co)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Kiprah perempuan di Keraton Yogyakarta mengalami pasang surut. Namun jauh sebelum era RA Kartini (1879-1904), perempuan sudah punya peran besar di kerajaan Islam.

Hal ini terungkap dalam diskusi ‘Kepemimpinan Perempuan di Sektor Publik dan Privat’ gelaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang disiarkan daring pertama kali pada Senin (18/4).

Salah satu putri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, mengakui bahwa, sebagai kerajaan Islam, peran perempuan Keraton Yogyakarta memang terbatas.

Namun di masa-masa awal kerajaan yang berdiri pada 1755 itu perempuan punya peran besar di masa itu. “Waktu zaman perang, sebelum Perang Jawa, banyak perempuan maju perang,” ujarnya.

Salah satu sosoknya adalah GKR Ageng, permaisuri HB I yang menjadi panglima perang. Di masa itu, ia memimpin Bregada Langen Kusuma, pasukan pengawal Sultan yang beranggota khusus perempuan

Baca Juga:

Empat Keraton di Jawa Rekonsiliasi Lewat Catur Sagatra

Penampakan Terkini Alun-alun Utara Jogja Setelah Jadi Lautan Pasir

Kunjungi Keraton Yogyakarta dan JNM, Presiden Jerman Sampaikan Isu Warisan Budaya dan Sampah Piyungan

“Ini semacam paspampresnya Sultan. Anggotanya para putri pejabat daerah setingkat kecamatan atau kabupaten,” kata GKR Hayu.

Saat berperang, mereka juga piawai menggunakan senjata busur dan panah beracun, tombak, hingga senapan. Sayangnya saat kalah dalam suatu pertempuran, divisi ini dibubarkan di masa di HB II.

Bukan hanya di medan lagi, GKR Ageng juga punya peran dalam aspek intelektual. Sebagai penggemar sastra dan sufi, ia menulis Serat Menak Amir Hamzah yang beraksara pegon dan menjadi manuskrip tunggal paling tebal, 1500 lembar.


Menurut GKR Hayu, kitab ini termasuk aset Keraton Yogyakarta yang dirampas Raffles dan saat ini berada di British Library.

Di bidang pendidikan, GKR Ageng juga diberi wewenang sebagai wali HB V dan turut berperan mendidik Pangeran Diponegoro. “Jadi ia juga berperan besar dalam Perang Jawa. Boleh dibilang peran perempuan sangat signifikan dan di garda terdepan,” tuturnya.

Selain GKR Ageng, keraton juga memiliki tokoh perempuan lain seperti RA Yudokusumo, putri HB I yang menjadi panglima kavaleri Diponegoro di Mancanegara Timur, juga Nyi Ageng Serang istri HB II yang menjadi panglima Perang Jawa.

Selepas masa itu, peran perempuan di Keraton Yogyakarta makin tersingkir. Selain sekadar jadi kanca wingking, peran perempuan dibatasi di sektor domestik bahkan menjadi alat politik termasuk dalam pernikahan keluarga kerajaan.

“Jadi pernikahan menjadi alat untuk mempertahankan kekuasaan di keraton itu very real karena saya sendiri merasakan, generasinya belum terlalu jauh dari saya,” ungkap GKR Hayu.

Kondisi itu mulai bergeser di era HB IX. Ia tidak mengangkat permaisuri dari empat istrinya tapi posisi mereka setara sebagai garwa padmi. Anak-anak perempuan di lingkungan keraton juga mulai tak dijodohkan. “Bude dan bulik saya pendidikannya sudah S1,” kata Hayu.

Hayu menyatakan peran perempuan di era HB X makin menguat. Ia dan empat saudarinya, misalnya, diharuskan kuliah di luar negeri. Sang ibu, GKR Hemas, berkiprah di sektor publik dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah empat periode.

“Ngarsa Dalem (HB X) memilih beristri satu dan anaknya perempuan semua. Ini berarti pergeseran nilai juga. Kami diberi tanggungjawab untuk memimpin lembaga di keraton,” kata Penghageng Tepas Tanda Yekti ini, yakni kepala divisi informasi keraton.

Kebijakan itu sebenarnya tradisi keraton di mana para putra raja mengepalai lembaga. Namun saat anak-anak raja itu perempuan, menurut Hayu, proses transisi ini tidak mudah.

Bahkan, kata dia, ada abdi dalem yang secara terbuka menyatakan tak mau punya atasan perempuan bahkan lebih muda. “Itu sampai ke Ngarsa Dalem dan keputusannya karena keraton ini monarki, kalau tidak mau (mengikuti keputusan raja), ya keluar dari keraton,” paparnya

Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi menyatakan salah satu aspek penting transformasi sosial dan politik terpenting dalam satu dekade terakhir adalah mendorong pengarusutamaan kesetaraan gender.

“Salah satunya ditandai dengan membangun lingkungan, sistem kebijakan, dan gerakan untuk mendorong kepemimpinan perempuan di berbagai sektor,” ujarnya.


Menurutnya, dalam masa pandemi ini, banyak sekali cerita sukses terkait penanganan pandemi diinisiasi oleh pemimpin politik perempuan di berbagai Negara, seperti di Taiwan, Finlandia, dan Selandia Baru.

“Kenapa itu bisa terjadi, jangan-jangan karena karakteristik empati sosial  yang sangat kuat dibawa perempuan. Bisa jadi kekuatan empati sosial itu membuat kebijakan pandemi jauh lebih bisa ditangani dan situasi menjadi lebih baik,” tuturnya.

Reporter: Arif Hernawan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Gunakan Pompa Akuarium, Polda DIY Ungkap Maling BBM Subsidi dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Tags: gkr hayukeraton Yogyakartaperempuan
Arif Hernawan

Arif Hernawan

Jurnalis, penikmat film & musik.

Artikel Terkait

catur sagatra mojok.co

Empat Keraton di Jawa Rekonsiliasi Lewat Catur Sagatra

23 Juli 2022
alun-alun utara mojok.co

Penampakan Terkini Alun-alun Utara Jogja Setelah Jadi Lautan Pasir

20 Juli 2022
presiden jerman mojok.co

Kunjungi Keraton Yogyakarta dan JNM, Presiden Jerman Sampaikan Isu Warisan Budaya dan Sampah Piyungan

18 Juni 2022
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-Raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
grebeg syawal rengginang

Grebeg Syawal Tanpa Rayahan Gunungan, Sultan Bagikan Rengginang 

3 Mei 2022
makam raden santri mojok.co

Menziarahi Makam Raden Santri, Panglima Mataram dan Penyiar Agama Islam

29 April 2022
Pos Selanjutnya
wayang ranting daun singkong mojok.co

Saat Ranting Daun Singkong jadi Wayang

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
GKR Hayu mojok.co

Sebelum Kartini, Keraton Yogyakarta Punya Sosok Panglima dan Penulis Perempuan

21 April 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022

Terbaru

ibu menyusui mojok.co

Butuh Dukungan, Mayoritas Ibu Menyusui Kurang Bahagia Selama Pandemi

11 Agustus 2022
gondomanan mojok.co

Penataan, Simpang Empat Gondomanan akan Bebas Kabel

10 Agustus 2022
Mu Kalah Hingga Jkt48 Rayakan 10 Tahun Dengan Hadirkan 122 Member!

MU Kalah hingga Jkt48 Rayakan 10 Tahun dengan Hadirkan 122 Member!

10 Agustus 2022
SMAN 1 Banguntapan, Bantul Yogyakarta

Sanksi Disiplin Tetap Berjalan, SMAN 1 Banguntapan Berdamai dengan Orang Tua

10 Agustus 2022
motif penembakan brigadir j mojok.co

Sensitif, Motif Penembakan Brigadir J Belum Diungkap

10 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In