MOJOK.CO – Rocket Chicken, sebuah jenama ayam goreng yang dirintis pada 2010 silam kini sudah memiliki hampir 1200 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Bisnis ini dirintis oleh sosok bernama Nurul Atik. Ia menceritakan pengalaman dan rahasianya dalam meraih sukses.
Sebelum merintis Rocket Chicken, Nurul Atik meniti karir bekerja sebagai cleaning service di sebuah merk ayam goreng terkenal. Bertahun-tahun ia menekuni pekerjaannya sampai akhirnya bisa duduk di level manajer wilayah.
Di pekerjaan itu, ia mengaku merasakan punya gaji mulai dari Rp35 ribu sampai terakhir Rp15 juta sebelum akhirnya memutuskan keluar. Sosok lelaki kelahiran Jepara ini memang dikenal tekun dan pekerja keras.
Pengalaman bertahun-tahun bekerja di bidang kuliner ayam itu membuat Atik terbesit untuk membuka usaha. Ia ingin bisa lebih leluasa dan tidak terkekang jam kerja. Mulanya, Nurul dan bersama rekannya sempat merintis jenama bernama Quick Chicken.
“Nah saya di Quick Chicken punya saham delapan persen. Sebelum akhirnya merintis Rocket Chicken,” ujarnya.
Tahun 2010 ia memutuskan untuk membuka Rocket Chicken dengan modal minim. Proses perintisannya hanya memakan waktu satu bulan saja.
“Saya dirikan itu hanya satu bulan. Saya ini orang bodoh, jadi tidak banyak pertimbangan. Langsung jalan terus. Awalnya tanpa SOP dan RAB. Pokoknya maju dulu saja,” paparnya.
Ia bersikukuh untuk segera menjalankan usaha karena melihat kesempatan. Baginya, menunda sama dengan menyiakan kesempatan. Saat itu, ia sudah punya beberapa rekan yang siap membantu. “Kalau ditunda, tujuh orang awal yang ikut saya bisa kabur,” paparnya tertawa.
Modal minim lantaran saat awal membuka usaha, ia langsung menerapkan sistem waralaba. Pada masa awal, kakaknya langsung masuk ke sistem sebagai mitra dan membuka cabang. Dengan cepat, usahanya pun tumbuh dan mendapat kepercayaan.
Selain uang, bagi Nurul modal utama menjalankan usahanya ini adalah ilmu, tim, dan kesempatan tadi. Hal yang menurutnya harus segera dimanfaatkan.
Ia juga mengaku bukan orang yang pintar. Tidak pandai perhitungan laba rugi dan urusan terkait bisnis lain. Hal yang ia dalami adalah urusan operasional.
“Tapi hal itu saya tutup dengan menjalin kedekatan dengab staf, akrab, hargai mereka. Harus dirangkul.”
Tanpa tim yang solid, ia yakin bisnis ini tidak bisa berkembang sejauh ini. Ia mengakui bahwa tim yang hebatlah yang mengembangkan bisnis ini. Saat pertemuan membuat SOP bahkan ia tidak bisa hadir. Ia percayakan hal itu pada para staf.
Nurul lalu bercerita kalau jenama Rocket Chicken pernah ditawar oleh pengusaha besar Antony Salim. Namun ia enggan melepaskan usahanya ini. Ia ingin agar usaha ini bisa dimiliki oleh banyak orang lewat sistem waralaba yang ia jalankan sekarang.
“Bahkan staf saya ada yang punya 40 cabang. Jadi dengan itu mereka tidak hanya punya rasa memiliki. Tapi benar-benar memiliki,” tegasnya.
Itulah, baginya salah satu rahasia kesuksesannya adalah tim. Ia berusaha terus melibatkan mereka dalam berbagai hal. Ia juga tidak senang jika sirkulasi karyawan yang keluar dan masuk perusahaannya terlalu cepat.
Pengalaman menjalankan usaha itu Nurul sampaikan dalam sesi CEO Talk 2 dalam agenda UMKM Days 2022. Agenda ini digelar di UGM pada 15-17 Desember 2022. Nurul sendiri mengaku sengaja meluangkan waktu untuk hadir di acara ini.
“Dua hari belakangan ada meeting karena akhir tahun harus mikir rencana ke depan. Tapi ada undangan, saya sempatkan.Ingin belajar di UGM,” paparnya dalam sesi yang digelar di Grha Sabha Permana, Jumat (16/12) pekan lalu.
J Widodo selaku salah satu Pembina Yayasan Kagama Bhakti Nusantara mengapresiasi kehadiran Nurul. Menurutnya, ada sejumlah hal menarik dari bisnis Rocket Chicken.
“Pak Nur, outletnya sudah lebih dari 1000 di seluruh Indonesia. Menariknya, tidak ada outlet di Jabodetabek, tidak mau energi habis di sana, celahnya sedikit. Selain itu di Papua juga belum ada,” ujar Widodo.
Widodo kehadiran para pengusaha sukses di acara ini dapat memberikan suntikan semangat bagi para pelaku UMKM untuk menghadapi tantangan bisnis. Sebab, lebih dari 60 persen PDB Indonesia ditopang oleh pelaku UMKM.
“Belakangan di masa pandemi, ada sekitar 63 persen umkm yang omzetnya turun mencapai 30 persen,” paparnya.
Dalam sesi CEO Talk 2, selain Nurul, turut hadir Dian Kartini yang merupakan pendiri Toja Indonesia. Usahanya merupakan kain rajut dan desain khas Toraja. Ia turut berperan menjaga tradisi. Produk Toja telah menembus pasar Jepang pada 2021 silam. Pengalamannya meningkatkan omzet di masa pandemi diharapkan bisa menginspirasi pelaku UMKM.
Reporter: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi