Psikolog UGM: Ada Dua Tujuan Orang Melakukan Mutilasi

Jenazah korban mutilasi di rumah duka. MOJOK.CO

Jenazah korban mutilasi di rumah duka. (Yvesta Ayu/Mojok.co)

MOJOK.CO Psikolog forensik Universitas Gadjah Mada (UGM), Koentjoro mengatakan pelaku mutilasi biasanya ada dua tujuan. Tujuan mutilasi seperti peristiwa yang terjadi di Pakem, Sleman bisa dilihat dari kondisi korban serta keadaan di tempat kejadian perkara. 

Menurut Koentjoro, dua tujuan yang melatarbelakangi kasus mutilasi biasanya untuk menghilangkan jejak atau kesadisan karena melampiaskan kemarahan kepada korban. Konteksnya pelaku mempelajari 

Guru Besar Psikologi itu menyebutkan, melihat kasus mutilasi yang terjadi di Pakem, Sleman ada unsur ‘belajar’ yang dilakukan tersangka. Pelaku mempelajari ketika mereka kalap dan membunuh maka kemudian ia memutilasi korban.

Bila tujuannya untuk menghilangkan jejak, maka pelaku melakukan mutilasi saat korban sudah meninggal dunia. Sedangkan bila mutilasinya saat korban masih hidup maka hal itu sebagai bentuk kemarahan atau kesadisan.

“Kalau saat masih hidup kemudian pelaku memutilasi-kan korban masih merasakan kesakitan, ini bentuk kesadisan,” ujarnya.

Untuk mengetahui perbedaan mutilasi saat korban masih hidup atau sudah meninggal bisa melihatnya dari kondisi darah korban di TKP. Bila masih hidup maka banyak darah yang terpercik di mana-mana karena saat itu jantung korban masih memompa darah. 

Namun, bila mutilasi terjadi saat korban sudah meninggal dunia, maka tidak akan banyak darah tercecer. Sebab jantung korban sudah tidak berfungsi memompa darah.

Dugaan disiksa, tujuan mutilasi bisa karena kemarahan

Karenanya Koentjoro menduga korban mutilasi di Pakem terlebih dulu mendapat siksaan sampai meninggal dunia. Baru kemudian pelaku melakukan mutilasi.  Pelaku melakukannya karena kalap yang akibat eskalasi kemarahan. 

“Jujur, perlu mengetahui juga si perempuan kenapa berada di hotel, apa profesinya, kemudian kenapa ia mau dibawa ke hotel di Kaliurang, apakah ada suatu masalah. Baru bisa menyimpulkan [kenapa korban bisa sampai memutilasi korbannya]. Tetapi ada kemungkinan besar adanya eskalasi kemarahan, sehingga pelaku kalap,” imbuhnya.

Berita sebelumnya, kasus mutilasi menghebohkan Yogyakarta setelah penjaga hotel menemukan mayat dalam kondisi terpotong di sebuah penginapan di Pakem, Sleman. Korban AI (35) warga Patehan Yogyakarta. Polisi sendiri telah melakukan penangkapan terhadap pelaku yang bersembunyi di Temanggung.

Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Sempat Bersembunyi di Temanggung, Polisi Tangkap Pelaku Mutilasi dan tulisan menarik lainnya di Kilas.

Exit mobile version