Kenapa Kediri Jadi Kota Redflag bagi Presiden untuk Dikunjungi?

alun-alun kota kediri mojok.co

Alun-alun Kota Kediri (kedirikota.go.id)

MOJOK.COAda mitos jika presiden mengunjungi Kota Kediri maka akan lengser dari jabatannya. Dari mana cerita ini bermula?

Rumor soal “keangkeran” Kota Kediri, Jawa Timur, bagi para presiden Indonesia sebenarnya sudah berlangsung lama. Namun, mitos itu kembali ramai setelah Sekretaris Kabinet Pramono Anung melarang Presiden Jokowi untuk bertandang kesana.

Padahal, pada 2020 lalu Presiden Jokowi berencana meresmikan beberapa proyek pemerintah di Karensidenan Kediri. Pasalnya kota ini memiliki beberapa proyek yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk Jalan Tol Ngawi-Kertosono-Kediri dan Bandara Dhoho Kediri.

Namun, kunjungan yang rencananya bakal berlansung 15 April 2020 itu urung terjadi. Pemerintah berdalih, pandemi Covid-19 bikin rencana kunjungan jadi batal dan mengalihkannya ke acara daring. Namun, banyak juga yang menganggap bahwa Pramono percaya kalau Jokowi berkunjung ke Kediri, maka bisa jadi sang presiden bakal lengser.

Lantas, dari mana mitos ini bermula?

Berkunjung ke Kediri bisa bikin lengser?

Mitos Kediri sebagai kota yang tidak boleh presiden Indonesia kunjungi memang masih sebagian masyarakat percaya hingga hari ini. Konon, jika presiden berkunjung ke daerah ini, maka ia akan lengser dari jabatannya.

Desas desus menyebut bahwa Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur lengser tidak lama setelah berkunjung ke kota tahu tersebut. Sepanjang 32 tahun pemerintahannya pun, Suharto tercatat tak pernah menginjakkan kaki di Kediri. Hal tersebut tentu menambah bumbu dari angkernya Kediri bagi RI 1.

Menurut berbagai sumber, mitos tersebut ternyata berhubungan dengan sejarah Kerajaan Kediri. Dalam riwayat Babat Kadhiri yang Mas Ngabei Purbawidjaja tulis, konon terdapat kutukan pada kerajaan Kediri ketika terlibat dalam peperangan dengan musuh.

Bunyinya: “Jika pasukan Kediri menyerang musuh di daerah lawan lebih dulu akan selalu memenangkan pertempuran, akan tetapi sebaliknya jika musuh langsung menyerang ke pusat kerajaan Kediri lebih dulu maka musuh itu akan selalu berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang”.

Riwayat inilah yang ditafsirkan bahwa jika presiden berani singgah ke Kediri, maka posisinya bakal mudah diserang oleh musuh atau lawan politiknya—sehingga ia pun bakal lengser setelahnya.

Nyatanya enggak angker-angker amat kok!

Sejarawan Universitas Airlangga Purnawan Basundoro mengaku bahwa dirinya meragukan mitos tersebut. Meski secara personal ia menghargai kepercayaan masyarakat setempat, tapi makna kutukan dalam literatur Babad Khadiri—yang jadi landasan keangkeran Kediri—ini perlu ada diskusi secara lebih mendalam.

“Saya belum pernah membacanya [Babad Khadiri] dan seperti apa isinya terkait dengan kutukan itu,” kata dia, dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (29/8/2023).

“Tapi memang setahu saya, seperti misalnya, ramalan tentang Jayabaya, kalau dalam kajian sejarah itu bersifat post-factum, jadi setelah kejadian barulah orang cari referensi masa lalunya,” sambungnya.

Nyatanya, mitos itu telah beberapa kali terpatahkan. Susilo Bambang Yudhoyono, misalnya, yang selama masa jabatannya pernah dua kali berkunjung ke Kediri pada 2007 dan 2014. Nyatanya, ia tak mengalami lengser keprabon seperti yang konon jadi ramalan.

Bahkan, Presiden Sukarno—yang begitu percaya dengan klenik—setelah diangkat menjadi presiden pertama RI malah mengadakan kunjungan kerja pertamanya ke ‘kota terlarang’ itu. Setelah berkunjung ke sana, faktanya kursi kekuasaan Bung Karno dapat bertahan hingga 21 tahun kemudian.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Jalan Dhoho Kediri, Berpotensi Menyalip Malioboro sebagai Jujugan Wisata

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version