MOJOK.CO – SMA Muhi Jogja merupakan salah satu SMA swasta terbaik di Jogja. Banyak tokoh-tokoh populer yang lahir dari sekolah ini.
SMA Muhi Jogja merupakan sebutan kasual dari SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Sekolah ini kerap jadi rujukan siswa SMP di Jogja selepas lulus. Mereka yang tak mendapat tempat di SMA negeri biasanya memilih bersekolah di sini. Lain cerita bagi warga Muhammadiyah, biasanya mereka menjadikan SMA Muhi sebagai pilihan pertama.
SMA Muhi Jogja memiliki pamor yang cukup baik. Beberapa alumninya sukses menjadi tokoh besar sekaligus populer. Namun, sebelum kita membahas soal sejumlah tokoh tersebut. Alangkah baiknya kita menelusuri dulu sejarah dari sekolah ini.
Sejarah SMA Muhi Jogja
SMA Muhi Jogja berdiri atas desakan dari siswa-siswa SMP Muhammadiyah yang telah lulus. Saat itu, mereka kesulitan mencari sekolah menengah yang berideologi Islam Muhammadiyah. Gayung bersambut, sejumlah tokoh guru Muhammadiyah kemudian berkumpul untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas pada Oktober 1948.
Tokoh-tokoh tersebut antara lain AG. Dwidiosoeparto, RM Mukam Hisjam, Ir. Sugiman, Moelono, M Aslam kemudian mendirikan SMA Muhammadiyah. Dalam proses pendirian, mereka mendapat bantuan dari mahasiswa-mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Berpindah-pindah tempat dan sempat “bubar” karena perang
Saat awal berdiri, SMA Muhi Jogja menempati Sekolah Rakyat VI Muhammadiyah (saat ini SD Muhammadiyah Ngupasan) di jalan Bhayangkara 5 Yogyakarta. Baru beberapa bulan aktif, kegiatan belajar-mengajar terpaksa terhenti karena perang. Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Milliter II di Jogja. Guru dan murid SMA Muhi Joga kemudian melakukan tugas negara dengan bergerilya.
Seusai perang, para siswa kembali bersekolah lagi pada 5 September 1949. Pihak sekolah kemudian menetapkan menetapkan tanggal itu sebagai hari lahir SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Sayangnya kala itu, gedung SR Muhammadiyah IV tidak bisa dipakai untuk kegiatan belajar-mengajar. Sebab, gedung tersebut dipakai pemerintah untuk Kantor Kementerian Keuangan sampai ibukota kembali ke Jakarta.
Pengurus Muhammadiyah bidang pengajaran kala itu, HM Mawardi kemudian mencarikan alternatif tempat bersama Dwidjosoeparto. Yakni menggunakan rumah H. Muhammad Sjarbini di Jalan Kauman 44 Yogyakarta.
Sekolah sempat beberapa kali berpindah lagi sebelum akhirnya SMA Muhi Jogja mampu membeli tanah dan membangun gedung sendiri pada 1981. Tepatnya di Jl. Gotong Royong II, Petinggen, Karangwaru, Tegalrejo, Yogyakarta. Mulai Tahun Ajaran 1988/1989 semua kegiatan belajar-mengajar berpindah ke sana semua sampai hari ini.
Sekolahnya para tokoh besar
SMA Muhi Jogja bukan hanya diminati oleh warga keturunan Muhammadiyah saja, melainkan dari masyarakat umum. Sebab secara fasilitas dan sistem pendidikan, SMA ini masuk dalam kategori baik. Pada 2008, SMA Muhi ditetapkan menjadi salah satu sekolah RSMA-BI (Rintisan Sekolah Menengah Atas-Bertaraf Internasional) di Kota Yogyakarta.
Sekolah ini juga terbukti sukses melahirkan para tokoh-tokoh besar lintas profesi dan keahlian. Dari dunia politik ada Budiman Sudjatmiko (eks DPR dua periode), Syukri Fadholi, SH. (eks Wakil Wali Kota Jogja), Ony Anwar Harsono (Bupati Ngawi), Wahdi (Wali Kota Metro), Ahmad Hanafi Rais (DPR), dan Hanum Salsabiela Rais (DPRD DIY). Ada pula yang menjadi Ketua KPK, yakni M. Busyro Muqoddas pada 2010-2011.
Lalu di bidang akademis, ada Lincolin Arsyad, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM dan Shalihuddin Djalal Tandjung, Guru Besar Fakultas Biologi UGM sekaligus mantan staf ahli Menteri Lingkungan Hidup.
Alumni SMA swasta Jogja ini juga ada yang jadi seniman dan budayawan, contohnya Ebiet G. Ade, Eross Sheila on 7, dan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGA Budiman Sudjatmiko, Alumni SMA Muhi Jogja yang Kontroversial
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News