Nomor Urut Partai dan Manuver Othak-Athik Gathuk

Minggu 18 Februari 2019 kemarin, KPU menyelenggarakan pengundian nomor urut untuk partai politik yang lolos verifikasi Pemilu 2019 di kantor KPU.

14 Partai (PDIP, PKB, PPP, Partai Garuda, PAN, Perindo, Hanura, Golkar, NasDem, PKS, Demokrat, Gerindra, PSI, Partai Berkarya) yang masing-masing diwakili oleh Ketua Umum, Sekjen, atau Ketua Pemenangan dipersilahkan untuk mengambil nomor urut sesuai dengan nomor antrean.

Hasil Undian nomor urut partai inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan untuk sosialisasi kampanye, maka tak heran jika kemudian nomor urut menjadi begitu penting.

Satu per satu partai yang sudah mendapatkan nomor urutnya masing-masing kemudian mulai menyusun strategi-strategi othak-athik gathuk yang mungkin bisa dimaksimalkan.

Maklum saja, ada beberapa nomor yang memang dianggap sebagai nomor strategis ketimbang nomor-nomor yang lain seperti 1, atau 5.

Strategi othak-athik gathuk dianggap sebagai salah satu strategi yang efektif, terutama untuk menyasar pemilih yang masih pemula dan belum terlalu paham dengan dunia politik.

Nomor urut 1, misalnya. Nomor urut ini didapat oleh PKB. Dengan nomor urut yang cantik ini, Ketum PKB Muhaimin Iskandar langsung bersuara, “Bersama kekuatan untuk satu kebersamaan, satu tujuan untuk Indonesia sejahtera.”

Lain PKB, lain pula Gerindra. Partai yang satu justru agak dilematis, ia mendapatkan nomor urut 2. Nomor yang di pemilu 2014 lalu menjadi nomor yang identik dengan Jokowi, yang mana merupakan rival utama Prabowo. Walau begitu, 2 sejatinya adalah nomor yang menarik, karena dengan nomor urut 2, para pendukung Gerindra bisa mendapatkan banyak foto Jokowi atau tokoh-tokoh pendukung Jokowi yang mengacungkan jari yang melambangkan angka 2. Nanti foto-foto tersebut bisa di-spin-of buat seru-seruan, “Jokowi aja pilih 2, masak kamu enggak?”

Golkar dengan Nomor urut 4 juga tak kalah ketinggalan untuk bermain othak-athik gathuk angka. Ketum Golkar Airlangga hartanto mengungkapkan bahwa angka 4 erat dengan program pemenangan Partai Golkar yaitu catur sukses. Angka 4 juga bisa dikaitkan dengan 4 program sembako dari Golkar.

Nasdem sebagai nomor urut 5 juga tak kalah beruntung. 5 adalah jumlah sila pancasila. Tentu itu bisa digunakan, dan nyatanya memang langsung digunakan. “Pancasila lima dasar, NasDem nomor lima, nomor lima untuk restorasi Indonesia,” ucap Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate. Kalau mau yang lebih Islami, 5 juga bisa dinisbahkan pada jumlah waktu salat ataupun rukun Islam.

Nah, untuk nomor urut 8 yang dipegang oleh PKS, ia juga cukup bisa untuk diothak-athik gathuk. Ingat, 8 adalah angka yang tak pernah putus, ia melambangkan kesinambungan. Selain itu, 8 juga merupakan angka yang bisa dibolak-balik. Ini menjadi simbol bahwa PKS adalah partai yang tangguh.

Lalu PAN yang mendapatkan nomor urut 12 langsung bermanuver dengan othak-athik gathuk mereka. “Kita saudara, warna boleh beda. Tapi merah putih kita tetap sama. Bulan dalam sisi Allah adalah 12, alhamdulillah kami telah mendapat nomor 12,” kata Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan.

Hanura yang mendapat nomor urut 13 (yang oleh banyak orang disebut sebagai angka sial) juga tak kalah canggih dalam bermanuver othak-athik gathuk. Ketum Hanura Oesman Sapta Odang justru menganggap 13 sebagai angka yang baik. “1 dan 3 kalau digabung itu jadi B, B itu berkah, B itu baik,” kata Oesman.

Nah, yang paling epik tentu saja partai Demokrat yang mendapatkan nomor urut 14. Komandan Satuan Bersama (Kogasma), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, angka 14 berarti Demokrat siap berjuang bersama rakyat.

“Karena 14 itu S14P, Demokrat siap berjuang dan bersama rakyat untuk Indonesia adil dan sejahtera,” ucap AHY.

Yah, selamat untuk para Ketua Umum, Sekjen, juga kader partai yang sudah resmi mendapatkan nomor urut pemilu. Selamat berbahagia. Tapi ingat, bahagianya jangan terlalu diumbar. Hormati perasaan Pak Hendropriyono, Pak Yusril, sama Wak Haji Rhoma Irama yang partainya nggak lolos verifikasi.

Jangan sampai pemilu menghilangkan sikap tepo seliro atau tenggang rasa kita.

Bukan begitu, Wak Haji? Eh….

Exit mobile version