Mensos Risma Marah-marah lagi, Bedanya Sekarang Ada yang Berani Ngelawan

Sebuah pencapaian baru. Biasanya orang yang dimarahi Bu Risma cuma diem nonton tantrumnya kumat.

Mensos Risma mojok.co

MOJOK.COMenteri Sosial Tri Rismaharini marah bukan breaking news. Baru minggu lalu Risma marah-marah di Gorontalo karena urusan bansos. Tolong yang ngatur konsumsi Bu Risma, timunnya dibanyakin.

Aslinya, Menteri Sosial (Mensos) Risma datang ke Lombok Timur bukan buat ngamuk. Ia sedang mengecek penyaluran bantuan sosial (bansos) dan evaluasi pemadanan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Desa Tetebatu Selatan, Sikur, Lombok Timur.

Tempat yang Risma kunjungi adalah sebuah penginapan sekaligus posko penyaluran bansos. Tiba di sana, ia langsung disambut sekelompok orang yang hendak protes langsung kepadanya. Entah bagaimana ceritanya, Risma dan perwakilan pemrotes udah saling berteriak aja. Dari videonya sih, mereka nggak saling memaki apa gimana. Isi pembicaraan mereka kayak orang ngobrol doang. Cuma ngobrolnya sambil teriak-teriak seakan sedang syuting Crows Zero. Genjieeeh!

Pangkal dari protes itu adalah pertanyaan para pemrotes, mengapa Risma mau datang ke posko penyaluran bansos non-tunai yang mereka sebut sebagai “oknum supplier“. Padahal, menurut mereka, tempat itu sudah sering bikin penyaluran bansos nggak tepat sasaran.

“Ini Lombok Timur, Bu! Kami menyampaikan fakta, kami tahu sengkarut bansos di sini, ini tempat oknum distributor. Kenapa Ibu ke sini!?” jerit pemrotes.

“Kamu jangan fitnah aku ya! Dengerin! Kamu berhak ngomong, aku juga berhak ngomong. Pertama, kalau bukan karena niat baik saya, ngapain saya ke sini. Kedua, saya juga tidak tahu ini supplier atau tidak, saya menteri tidak ngurus itu! Ketiga, kalau Anda mau memperjuangkan, silakan datanya, saya tunggu, sekarang!” jerit Risma.

Alur perdebatan itu kira-kira seperti ini: pemrotes nanyain kenapa Risma datang ke tempat “oknum supplier” –> Risma minta mana data buat bukti kalau lokasi itu tempat oknum –> pemrotes bilang dia mau dialog, bukan saling lempar bukti. Singkat kata, adu argumen menciptakan kerumunan dari wartawan hingga anak SMA pulang sekolah.

Semenjak jadi Wali Kota Surabaya, gaya Risma blusukan disertai meluapkan emosi secara frontal saat ada kejadian yang tak ia inginkan emang kerap terjadi. Setelah jadi mensos pun perangai itu tak berubah, memicu dugaan emang watak orangnya begitu. Bahkan lho ya, baru seminggu lalu Risma marah-marah kepada petugas pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo.

Saat itu emosi Risma tak terbendung usai mendengar petugas PKH bilang ketidaksesuaian data penerima bansos gara-gara Kemensos mencoret data beberapa penerima. Sambil menunjuk-nunjuk dengan pena, ia berteriak, “Jadi bukan kita coret ya! Tak (saya) tembak kamu ya! Tak tembak kamu!” ujar Risma dalam video yang beredar di media sosial.

Sebelum itu, aksi marah-marah Risma terjadi di Bandung dan lebih parah. Ia sampai mengancam pegawai yang ia marahi, bahwa ybs. akan dihukum dengan cara dimutasi ke Papua. Ya diprotes lah, dikata ini era kolonial apa gimana, ngebuang orang ke Papua.

Aksi Risma marah-marah di Gorontalo ini bikin Gubernur Ruslie Habibie tersinggung. Ia mengaku prihatin karena menteri kok ngasih contoh tidak baik. Tapi yang lucu bukan di situ. Punchline-nya ada di respons Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid. Ia menyarankan Risma ikut terapi kesabaran biar nggak gampang marah.

“Saya mendapatkan berita bahwa Bu Risma marah-marah kembali. Ini kambuh terus. Menurut saya, mungkin Bu Risma perlu ikut terapi kesabaran,” kata Jazilul, dikutip Kompas.com.

Menurut hemat kami sih, obatnya bukan terapi kesabaran, melainkan survei. Coba ada lembaga yang nyurvei, seberapa banyak responden yang antipati sama marah-marahnya Bu Risma dan memengaruhi pilihan mereka di pemilu. Kalau ternyata banyak, paling berhenti sendiri itu kebiasaan.

BACA JUGA Polisi yang Banting Mahasiswa Tetap Wajib Diadili, Aturan UU-nya Gitu dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Exit mobile version