Mengatasi Polusi Udara Jakarta Kok Cuma Pakai Lidah Mertua?

MOJOK.COJakarta ranking satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Sementara Pemprov DKI, ngasih solusi dengan rencana bagi-bagi tanaman lidah mertua.

Selamat datang di kota metropolutan!

Kalau kamu ke Jakarta dengan mengendarai pesawat, pasti akan tampak betul udara Jakarta yang terlihat butek, alias abu-abu. Jelas, ini menunjukkan kalau udara di Jakarta sudah keterlaluan nggak sehatnya. Apalagi udaranya memang semakin memburuk dan kembali menempati ranking satu polusi udara terburuk di dunia (pada Senin, 29/07).

Salah satu hal yang sedang direncanakan oleh Pemprov DKI adalah dengan membagikan tanaman lidah mertua. Katanya sih, tanaman ini diklaim bisa menangkal polusi udara di Jakarta yang akhir-akhir ini semakin buruk.

Rencana aksi bagi-bagi tanaman dari pemerintah yang niatnya untuk mengajak masyarakat lebih aware dengan persoalan polusi udara, harusnya bikin masyarakat tertarik untuk melakukan hal yang serupa, dong? Akan tetapi, ketika ditanyakan pada beberapa pedagang tanaman, mereka menyebut belum ada peningkatan signifikan terkait minat warga untuk membeli tanaman lidah mertua. Meski ada pula yang memutuskan membeli dengan alasan untuk menangkal polusi udara.

Hadeeeh, kalau dipikir-pikir, Pemprov DKI ini aneh juga, ya. Polusi udara kok ditanganinya cuma pakai tanaman lidah mertua atau hujan buatan? Masak soal kayak gini aja, mereka nggak paham-paham juga, sih? Sudah jelas-jelas harus diatasi dengan suatu kebijakan yang besar. Dua diantaranya adalah dengan mengurangi jumlah kendaraan bermotor dan mengatasi polusi  udara yang datangnya dari pabrik-pabrik itu!

Btw, mereka yang kurang update atau gimana, yak? Kenapa kok ya nggak belajar sama Greta Thunberg? Mungkin kalau Greta tahu kebijakan yang dilakukan Pemprov Jakarta, dia cuma bisa bilang, “Nggak habis pikir mengapa manusia tidak melakukan upaya berarti untuk membuat lingkungan hidup jadi lebih baik.”

Aktivis iklim berusia 16 tahun ini saja paham. Kalau dengan mengajak orang tuanya untuk menjadi vegan, tidak berpergian dengan menggunakan pesawat, dan membeli mobil elektrik yang hanya digunakan untuk keperluan mendesak, adalah satu jalan “sederhana” yang dia tempuh untuk turut menjaga iklim global di ruang lingkup keluarganya.

Untuk membuat lebih banyak orang aware dengan kondisi yang sedang tidak baik tersebut, dia rela melakukan pemogokan sekolah untuk demo di depan parlemen Swedia—setiap hari Jumat. Baiknya, aksinya itu menginspirasi ribuan anak sekolah untuk turut melakukan aksi melawan perubahan iklim di hampir seluruh dunia. Seperti Jerman, Belgia, Inggris, Perancis, Australia, dan Jepang. Lantaran dilakukan setiap hari Jumat, gerakan tersebut kemudian dinamakan Fridays for the Future atau dikenal dengan tagar #FridaysforFuture di media sosial.

Bagaimana Bapak Anies, kira-kira kepikiran kebijakan yang lebih “besar” lain biar nggak jadi juara satu soal polusi udara? (A/L)

Exit mobile version