Sejarah Makam Imogiri, Tempat Raja-raja Jawa Bersemayam di Alam Damai

Sejarah Makam Imogiri, Tempat Raja-raja Jawa Bersemayam di Alam Damai MOJOK.CO

Makam Imogiri (budaya.jogjaprov.go.id)

MOJOK.COMakam Imogiri menjadi salah satu kompleks bersejarah. Tak hanya bagi orang Jogja, tetapi juga bagi orang Jawa. Di sanalah raja-raja jawa beristirahat dalam damai.

Makam Imogiri mungkin karib terdengar bagi orang Jogja. Kompleks makam penting dan bersejarah, terutama bagi keluarga Keraton. Di sinilah para raja-raja Mataram Islam yang telah mangkat bersemayam.

Kompleks Makam Imogiri terletak di Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Bantul atau 12 km ke selatan kalau dari arah kota. Lokasinya tepat berada di Bukit Merak dinamakan Pajimatan Imagiri.

Makam Imogiri dalam catatan sejarah

Kompleks makam ini merupakan proyek yang dibangun oleh Sultan Agung (1613-1646 M) pada 1632. Informasi pembuatannya tertulis dalam sejumlah sumber seperti Babad Momana dan Babad ing Sangkala. Intinya menyebutkan bahwa Sultan Agung memerintahkan pembuatan pemakaman kerajaan di Bukit Merak pada dekade ketiga-keempat abad XVII.

Sedangkan nama Pajimatan Imagiri berasal dari dua suku kata yakni ‘jimat’ yang berarti pusaka. Imbuhan pa- dan akhiran -an merujuk pada tempat, sehingga jika disambung ‘pajimatan’ berarti tempat untuk jimat atau tempat pusaka.

Lalu Imagiri. Berasal dari ‘ima’ atau ‘hima’ yang berarti awan atau berawan dan ‘giri’ berarti gunung. Dengan demikian Pajimatan Imagiri artinya gunung berawan tempat pusaka kerajaan Mataram Islam bersemayam.

Sebelum lokasi Imogiri terpilih, sejatinya Sultan Agung telah memerintahkan membangun kompleks pemakaman keluarga kerajaan di Bukit Girilaya. Akan tetapi, karena Panembahan Juminah yang mengawasi pembangunan proyek ini meninggal dan dimakamkan di sana, maka Sultan Agung memerintahkan untuk mencari tempat pemakaman baru.

Pemilihan Bukit Merak sebagai lokasi terkait dengan kepercayaan prasejarah di mana arwah nenek moyang bersemayam di tempat yang tinggi.

Sekilas tentang kompleks makam bersejarah ini

Makam Imogiri terletak 100 meter di atas permukaan laut. Untuk bisa masuk ke situs bersejarah ini, pengunjung harus menaiki sekitar 410 anak tangga. Di ujung tangga, terdapat sepasang kolam dan gapura berbentuk candi yang mempunyai nama Gapura Supit Urang.

Di depan Gapura Supit Urang, terdapat empat tempayan besar yang airnya bersumber dari mata air Bengkung. Sebagian masyarakat percaya air dalam tempayan tersebut berkhasiat sehingga banyak yang meminta airnya saat upacara nguras enceh terselenggara tiap Bulan Sura.

Terdapat masjid juga di kompleks tersebut. Masjid tersebut bernama Masjid Pajimatan. Letaknya persis di depan anak tangga paling bawah.

Raja-raja yang bersemayam 

Sultan Agung menjadi raja pertama yang bersemayam di Kompleks Makam Imogiri. Tepatnya pada 1646. Kemudian menyusul para pangeran, bangsawan, dan keturunannya sampai generasi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Makam-makam dalam kompleks terlengkapi dengan cungkup, masing-masing memiliki desain yang berbeda. Kompleks Makam Imogiri terbagi menjadi delapan area pemakaman atau yang kerap disebut sebagai kedaton. Berikut nama kedelapan kedaton beserta nama raja yang bersemayam di sana.

1. Kedaton Sultan Agungan : Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III
2. Kedaton Pakubuwanan : Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II
3. Kedaton Bagusan/Kasuwargan : Sunan Paku Buwana III-V
4. Kedaton Astana Luhur : Sunan Paku Buwana VI-IX
5. Kedaton Girimulyo : Sunan Paku Buwana X-XI
6. Kedaton Kasuwargan Yogyakarta : Sultan Hamengku Buwana I dan III
7. Kedaton Besiyaran: Sultan Hamengku Buwana IV-VI
8. Kedaton Saptarengga : Sultan Hamengku Buwana VII-IX

Ada dua raja yang tidak bersemayam di Kompleks Makam Imogiri lantaran kondisi yang tak memungkinkan. Pertama, Sunan Amangkurat I. Bersemayam di Tegalarum, dekat Tegal karena wafat di Wanayasa (sekitar Banyumas) dalam perjalanan mencari bantuan ke Batavia. Kedua, Sultan Hamengku Buwono II yang bersemayam di Pasareyang Hastana Kitha Ageng. Beliau wafat saat Perang Diponegoro sedang membara.

Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA Mengenang Kebesaran Raja-Raja Jawa di Pajimatan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Exit mobile version