MOJOK.CO – Warga Kediri akan segera merasakan manfaat dari Bandara Interasional Dhoho yang diperkirakan bisa beroperasi 2024 mendatang. Selain sisi positif, ada pula dampak lingkungan yang bisa timbul dari keberadaan bandara swasta pertama di Indonesia ini.
Bandara Dhoho Kediri menjadi proyek bandara pertama yang terlaksana dengan skema kerja sama pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Dalam hal ini, pihak swasta yang mengambil peran adalah PT Gudang Garam, lewat PT Surya Dhoho Investama.
Selain pemain penting dalam industri rokok Indonesia, Gudang Garam memang terkenal dengan sejumlah deversifikasi bisnisnya. Perusahaan ini punya beberapa usaha industri kertas, distribusi logistic perusahaan, jasa hiburan, bahkan transportasi.
Hadirnya Bandara Dhoho ini diperkirakan akan punya peran penting sebagai alternatif moda transportasi masyarakat di koridor barat Jawa Timur. Mengingat, sejumlah bandara di provinsi ini ada di koridor timur seperti Bandara Abdulrachman Saleh di Malang dan Bandara Internasional Juanda Surabaya.
Manfaat Bandara Dhoho buat warga Kediri
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menerangkan Bandara Dhoho punya fungsi memperkuat konektivitas di Jawa Timur bagian selatan. Selain itu bisa untuk mendorong kemunculan titik pariwisata baru hingga melayani penerbangan haji dan umroh.
“Kita harapkan kehadiran bandara ini dapat memberikan suatu kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar Kediri,” ucap Menhub melansir keterangan resminya.
Akademisi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya, Aris Subagyo mengungkap bahwa keberadaan bandara memegang peran penting untuk memperkuat potensi ekonomi sektor pariwisata, pertanian, perdangangan, dan jasa. Moda transportasi udara juga membuat investor lebih mudah mengakses wilayah Kediri.
“Dan dengan keunggulan ini bisa jadi investor akan menjatuhkan pilihan untuk berinvestasi di Kediri Raya,” tulisnya.
Keberadaan bandara membuat warga Kediri bisa mendapat manfaat dari potensi bertambahnya jumlah wisatawan. Kediri punya sejumlah destinasi wisata alam seperti Gunung Kelud, Selingkar Wilis, Air Terjun Dolo, dan masih banyak lainnya.
Aris melihat, kabupaten/kota yang memiliki bandara, terkhusus di Jawa Timur yang dekat dengan bandara punya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang lebih tinggi dari rata-rata di Jawa Timur. PDRB merupakan salah satu indicator kondisi ekonomi di suatu daerah.
Keberadaan bandara ini tentu bisa mendorong peningkatan ekonomi, bukan hanya di Kota Kediri, namun juga di wilayah sekitar yang dulunya masuk ke Karesidenan Kediri.
Risiko keberadaan bandara
Di sisi lain, keberadaan bandara juga membawa dampak lingkungan. Aktivitas transportasi udara dapat menimbulkan kebisingan bagi warga sekitar. Selain itu, pesawat juga dapat menghasilkan polusi udara yang perlu diperkirakan dampaknya.
Aris beranggapan, pemangku kebijakan perlu menyiapkan beberapa langkah mitigasi seperti penghijauan area sekitar bandara yang berbatasan langsung dengan permukiman. Lalu lintas wilayah sekitar bandara juga akan semakin padat sehingga perlu ada langkah antisipasi yang tepat.
“Pergerakan menuju dan keluar bandara juga perlu diantisipasi dengan perencanaan jaringan jalan yang baik,” jelasnya.
Sebagai informasi, Bandara Dhoho memiliki runway atau landas pacu berukuran 3.300 x 60 meter, apron komersial berukuran 548 x 141 meter, apron VIP berukuran 221 x 97 meter, 4 taxiway, dan tempat parkir dengan luas 37.108 meter persegi.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Perjalanan Gudang Garam, Berawal dari Usaha Rumahan hingga Punya Bandara
Cek berita dan artikel lainnya di Google News