MOJOK.CO – Keluarga korban mengaku menemukan lebam dan darah di tubuh jenazah. Kasus diklat mahasiswa memakan korban nyawa nyaris terjadi tiap tahun.
Gilang Endi Saputra (21), mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) dikabarkan meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan dasar resimen mahasiswa (diklatsar menwa) di Sungai Bengawan Solo, kawasan Jurug, Solo, pada Minggu (24/10). Gilang meninggal dunia setelah sempat dibawa ke RSUD dr. Moewardi.
Sadarno, kerabat almarhum, mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut. Informasi meninggalnya Gilang diterima pihak keluarga pada dini hari. “Dikabari pihak penyelenggara (diklat menwa) jam 2 dini hari tadi. Saat itu mereka tidak terus terang, hanya meminta pihak keluarga untuk datang ke RS dr. Moewardi Solo,” ungkap Sadarno, di rumah duka di Desa Dayu, Karangpandan, Karanganyar, dikutip dari Detik.com.
Keluarga mengungkapkan bahwa di tubuh Gilang Endi terdapat luka lebam dan darah. “Bagian muka ada yang lebam dan masih ada darahnya. Bagian punggung juga lebam,” ujar Sadarno yang ikut menyaksikan pemeriksaan jenazah, seperti dikutip dari Solopos.com.
Ia mengatakan pemeriksaan jenazah oleh pihak keluarga dilakukan di rumah duka. Pasalnya, mereka tak sempat mengecek jenazah saat berada di rumah sakit. “Kenapa diperiksa di rumah, karena di sana (RS) tidak sempat diperiksa oleh keluarga. Lalu ketika diperiksa di rumah, ada bekas luka itu tadi,” imbuhnya.
Kasatreskrim Polresta Surakarta AKP Djohan Andika membenarkan kabar meninggalnya Gilang. Ia menyebut peristiwa ini masih dalam penyelidikan. Polresta Surakarta masih menunggu hasil otopsi dari pihak rumah sakit untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban. “Sembari menunggu hasil otopsi, kami akan klarifikasi terhadap pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan tersebut,” ungkapnya, dikutip dari CNNIndonesia.com.
Sementara itu, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Sutanto mengatakan kampus belum mengetahui penyebab meninggalnya mahasiswa Sekolah Vokasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) UNS angkatan 2020 tersebut.
“Untuk penyebabnya kami belum tahu semua, makanya biar ketemu jawabannya dan pihak keluarga bisa menerima, keluarga sudah sepakat mengizinkan otopsi, ini bisa lebih menjelaskan kenapa,” ucapnya, dikutip dari Antara.
Tragedi diklat mahasiswa menimbulkan korban nyawa adalah kejadian yang terus berulang. Sebelum Gilang Endi, pada awal tahun ini mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) bernama Fadli Abdi Nursyahri (18) meninggal usai mengikuti diklat mahasiswa pecinta alam (Mapala) di Pandeglang. Saat itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengembangan Karier, dan Hubungan Alumni Untirta, Suherna, mengemukakan meninggalnya Fadil lantaran mengalami kelelahan usai ikut diksar.
Korban lain adalah Irsan (19), mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bone, yang meninggal dunia usai mengikuti diklatsar Mapala Mappesompae di Dusun Coppo Bulu, Bone, Sulawesi Selatan, pada Maret tahun ini. Kejadian tersebut membuat polisi menetapkan 16 orang panitia sebagai tersangka.
Daftar itu belum selesai, dan masih dari mapala. Pada 2017 silam, dua mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Muhammad Fadhli dan Syaits Asyam juga meninggal dunia saat mengikuti The Great Camping (TGC), diksar Mapala UII. Kegiatan itu berlangsung di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Jawa Tengah. Atas kasus ini, dua orang divonis penjara, yakni Wahyudi dipenjara 5,5 tahun dan Angga Septiawan dipenjara 6 tahun.
BACA JUGA Susi Pudjiastuti Minta Harga Tes PCR Tak Lebih dari Rp275ribu dan kabar terbaru lainnya di KILAS.