Psikolog Membagikan Tips Mengatasi Tekanan Mengerjakan Skripsi

mengerjakan skripsi mojok.co

Ilustrasi mengerjakan skripsi. (unsplash)

MOJOK.COBagi mahasiswa yang ingin menyandang gelar sarjana, skripsi memang tidak terhindarkan. Skripsi kerap kali menjadi momok dan memunculkan tekanan bagi mahasiswa tingkat akhir. 

Co-Founder Biro Psikologi Intuisi Azri Augustin S, M.Psi., Psikolog menjelaskan, sebenarnya tekanan tidak melulu buruk untuk seseorang. Dalam porsi yang cukup, tekanan bisa memunculkan tantangan dari dalam diri sehingga mendorong performa seseorang lebih maksimal.  Tekanan seperti ini disebut dengan Eustress, sumber tekanan sebanding dengan kapasitas diri.

“Orang kalau nggak ada tekanan, motivasinya juga nggak muncul. Jadi stress itu diperlukan dalam porsi yang sesuai,” kata Azri kepada Mojok.co, Selasa (16/8). 

Persoalan muncul ketika sumber tekanan ternyata lebih besar daripada kapasitas diri atau Distress. Apabila terjadi secara terus menerus, seseorang akan kewalahan. Bukan tidak mungkin Distress berdampak ke kondisi fisik, pikiran, maupun kondisi lain yang sifatnya menetap. Tekanan yang seperti inilah yang perlu diwaspadai. 

Agar terhindar dari kondisi tersebut, Azri menyarankan mahasiswa tingkat akhir untuk meningkatkan kapasitas diri. Ia membagikan beberapa tips agar mahasiswa bisa nyaman menjalani proses skripsi:

Pertama, persiapan yang baik. Ia menjelaskan, mahasiswa perlu mempersiapkan tema dan topik dengan matang. Apabila memungkinkan, tema dan topik bisa disiapkan sebelum memasuki semester skripsi berlaku. 

Kedua, membuat timeline pengerjaan. Mahasiswa bisa membuat target penyelesaian dalam jangka waktu tertentu yang kemudian dirinci menjadi tugas-tugas kecil dalam jangka waktu yang lebih pendek. 

“Lalu lakukan tugas-tugas itu secara konsisten. Dari kecil-kecil itu tetapi secara konsisten,” imbuh dia.

Ketiga, menentukan skala prioritas. Kalau mahasiswa sudah mengambil komitmen untuk menyelesaikan skripsi di semester tertentu, maka perlu memeriksa kembali kegiatan lain di mana mereka terlibat dan bertanggung jawab. Kemudian mahasiswa bisa membuat skala, berapa banyak waktu dan energi akan dihabiskan dalam kegiatan-kegiatan selain skripsi itu.

Keempat, menjalin komunikasi. Mahasiswa dapat menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi kepada dosen, sehingga proses bimbingan skripsi dapat berjalan dengan baik. Kepada orang tua, mereka bisa mengungkapkan hal-hal yang diperlukan selama skripsi, termasuk dukungan emosional. Ini juga bisa diterapkan kepada teman. 

Kelima, yakin dengan kemampuan diri sendiri. Azri mengatakan, mahasiswa perlu fokus dengan yang dikerjakan, tidak perlu menghakimi dirinya sendiri atau menuntut berlebihan. 

Apabila upaya meningkatkan kapasitas diri sudah dilakukan, akan tetapi masih merasa kesulitan mengatasi tekanan, mereka bisa mencari bantuan profesional. Apalagi jika mereka mulai merasa sulit konsentrasi, kekhawatiran berlebih, sedih, waswas, takut yang merembet ke keluhan fisik seperti mudah lelah, perubahan pola makan, dan perubahan pola tidur. Perlu diwaspadai apabila kondisi dan keluhan tersebut sifatnya menetap atau muncul setiap hari selama 14 hari.

“Butuh mencari bantuan profesional tidak hanya bercerita ke teman. Akses layanan konsultasi dengan psikolog, sehingga nanti bisa didalami mungkin ada faktor lain, yang lebih mendalam yang mendasari keluhan-keluhan itu muncul,” ujarnya.  

Azri menjelaskan, beberapa klinik di universitas sudah dilengkapi dengan layanan psikolog. Biayanya pun biasanya digratiskan karena memang fasilitas bagi mahasiswa. Selain itu, mengakses platform konsultasi online juga bisa menjadi pilihan karena biayanya yang cukup terjangkau. 

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Psikolog UI Beri Tips Dapat Restu dari Orang Tua Buat yang Mau Nikah

Exit mobile version