Jabatan Luhut Panjaitan Nambah Lagi, Kali Ini Urus Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Apa tidak sebaiknya pelatihan Kartu Prakerja yang ngisi Pak Luhut semua?

Jabatan Luhut Panjaitan Nambah Lagi, Kali Ini Urus Kereta Cepat Jakarta-Bandung mojok.co

MOJOK.COBerulang kali jadi meme, selalu disindir netizen, hingga namanya masuk daftar pemilik perusahaan cangkang di negara surga pajak. Rupanya tak ada yang bisa merintangi jabatan Luhut Panjaitan untuk terus bertambah.

Berusia 70+ dan bekerja 24/7, siapakah dia? Jawaban pengguna Twitter pasti terbelah dua. Tenang, bagi yang menyebut nama Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, kalian tetap benar kok. Pak Luhut yang baru saja berulang tahun ke-74, shio Babi, zodiak Virgo, entah karakter MBTI-nya, sangat layak jadi jawaban.

Perpres terbaru yang diteken Presiden Jokowi baru saja menambah deret jabatan Luhut Panjaitan, kali ini sebagai Ketua Komite Kereta Cepat Antara Jakarta Bandung. Bayangkan, mengemban enam jabatan pemerintahan sekaligus, masih sempat melaporkan aktivis karena statement di YouTube, masak ya masih sempat work-life balance.

Beleid baru yang mengesahkan Pak Luhut sebagai komandan buat ngelarin proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah Perpres 93/2021 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung. Kenapa kereta cepat Jakarta-Bandung? Karena kalau Jakarta-Penang itu lagunya Poppy Mercury, kalau Jakarta-Surabaya itu lagunya Anie Carera, dan kalau Anyer-Jakarta itu lagunya Sheila Madjid.

Oke, skip jebakan umur barusan. Perpres ini adalah revisi dari perpres sebelumnya yang memandatkan agar proyek kerja sama Indonesia-Tiongkok tersebut dikomandoi Menko Perekonomian. Tampaknya, pengalihan peran ke Menko Marves terkait molornya proyek tersebut hingga berdampak pada pembengkakan ongkos.

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang nama resminya kereta cepat Indonesia China (entah mengapa penyebutannya tak mengikuti Keppres 12/2014) adalah kerja sama permodalan antara kedua negara tersebut untuk membangun kereta cepat Jakarta-Bandung. Yak, informasi barusan ngulang-ngulang diang. Eksekutornya adalah konsorsium empat BUMN, yakni PT KAI, PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PTPN VIII, di bawah nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

Dengan kepemilikan saham kelak sebesar 40 persen dipegang Tiongkok dan sisanya milik konsorsium, proyek ini dibiayai sebagian kecil oleh patungan modal, sisanya lewat utang dari Bank Pembangunan China. Pada 21 Januari 2016, Presiden Jokowi meresmikan groundbreaking (peletakan batu pertama) proyek ini.

Jika kereta cepat ini selesai, perjalanan Jakarta-Bandung disebut hanya memakan waktu 36-44 menit.

Namun, perjalanan proyek ternyata tersendat-sendat. Prosesnya molor, diwarnai masalah seputar izin amdal, kecelakaan kerja, sampai biaya yang membengkak. Biaya pembangunan yang semula 5,5 miliar dolar AS, bertambah menjadi 6,07 miliar AS.

Masalah biaya ini membuat anggota Komisi VI DPR RO Andre Rosiade menghitung, dioperasikan selama 40 tahun pun proyek ini masih merugi. Ia meminta KAI sebagai perusahaan yang memimpin konsorsium mengaudit proyek tersebut.

Selain itu, kereta cepat Jakarta-Bandung diperkirakan juga akan sepi penumpang. Dilansir Katadata, kelak tiketnya akan dibanderol Rp300 ribu. Padahal rute Jakarta-Bandung PP punya beragam pilihan moda transportasi, alias harga segitu nggak kompetitif. “Proyeknya kan memang tidak feasible. Nggak usah itu dibangun karena nggak perlu. Butuh puluhan tahun untuk menutupi biayanya,” kata pengamat kebijakan publik Agus Pambagio kepada Katadata.

Sudahi soal kereta cepat, kita kembali kepada Opung. Entah apa alasan Presiden Jokowi kembali menunjuknya memimpin sebuah tim ketika sentimen masyarakat bukan cuma memprotes lagi, bahkan sudah di tahap mengejek kecenderungannya ini. Jika Presiden pernah bilang jangan bosan kritik pemerintah, kritik soal bertumpuknya jabatan Luhut Panjaitan kurang banyak gimana.

Alhasil, kami cuma bisa menduga-duga Pak Luhut sebagai orang yang nggak enakan. Sebenarnya capek, tapi sungkan bilang tidak kepada atasan. Bagaimanapun, punya enam jabatan mulai dari Menko Marves, Ketua Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Koordinator PPKM Jawa-Bali, Ketua Dewan Pengarah Penyelamatan 15 Danau Prioritas, dan sekarang Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung, pasti sangat melelahkan.

Bayangkan saja, di hari ulang tahunnya, Pak Luhut harus menahan berpura-pura kaget mendapat surprise dari kantor yang satu, padahal ia baru di-surprise-in juga di kantor yang lain. Bayangkan, betapa PR-nya Pak Luhut setiap bulan harus memperbarui CV-nya, yang pasti tidak mampu dibacakan lengkap oleh moderator acara karena saking panjangnya.

Meski Pak Luhut juga dapat enaknya, seperti menerima gaji dan THR dikali enam kali, tapi ia juga harus menghadapi kerepotan seperti bingung sign-in email yang mana dulu tiap pagi. Belum lagi dengan grup WhatsApp kerjanya. Belum lagi tab browser-nya yang pasti berderet seperti mahasiswa skripsian.

Dengan semua beban kerja yang berlebih di usia yang harusnya sudah duduk-duduk memangku cucu, masih ditambah pula disenggol-senggol Pandora Papers. Capek kali, Ketua!

BACA JUGA Luhut Binsar Panjaitan adalah Mimpi Tertinggi Seorang Batak di Indonesia dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Exit mobile version