Dendam sang Senior di Balik Perampokan Rumah Wali Kota Blitar

wali kota blitar mojok.co

Ilustrasi perampokan (Mojok.co)

MOJOK.COPolisi menetapkan Samanhudi Anwar sebagai tersangka perampokan rumah dinas Wali Kota Blitar yang terjadi pada Senin (12/12/2022) dini hari. Samanhudi adalah mantan Wali Kota Blitar yang sebelumnya dikenal dekat dengan Wali Kota Blitar yang menjabat saat ini, Santoso. 

Samanhudi dinyatakan terlibat dalam perampokan yang dilakukan oleh NT (53), ASN (53), AJ (57) dan dua pelaku lain yang masih buron. Ia berperan memberikan informasi kepada gerombolan perampok itu.

Informasi yang dibagikan adalah Wali Kota Blitar menyimpan uang ratusan juta setiap akhir tahun, jumlahnya bahkan mencapai Rp800 juta hingga Rp1 miliar. Lokasi tempat penyimpanan uang dan barang berharga pun turut dibocorkan. Ia juga membeberkan informasi jumlah petugas yang berjaga serta kebiasaan mereka.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Lintar Mahardhono mengungkapkan, pelaku saling kenal saat sama-sama mendekam di Lapas kelas II A Sragen. Adapun Samanhudi membocorkan informasi itu karena alasan pribadi.

“Tersangka menceritakan rasa sakit hati dan dendam pribadinya,” kata Lintar di Mapolda Jatim, seperti dikutip dari CNN Indonesia, Senin (30/1/2023).

Informasi dari Samanhudi dipakai pelaku untuk memuluskan aksi perampokan. Tidak hanya merampok, pelaku juga menyekap Santoso dan istri, serta tiga penjaga rumah yang merupakan Satpol PP. Uang sekitar Rp400 juta dan sejumlah perhiasan raib dalam aksi perampokan itu. Kendati begitu, Samanhudi disebut tidak menikmati hasil rampokan itu.

Motif balas dendam

Kabar yang beredar, Samanhudi memang memiliki dendam pribadi dengan Santoso. Sudah bukan rahasia Samanhudi banyak berjasa pada karir Santoso di pemerintahan. Samanhudi memang memiliki kekuasaan cukup kuat di Blitar. Ia pernah menjadi Ketua DPRD Kota Blitar sampai menjadi Wali Kota Blitar dua periode. Ia juga memiliki memiliki massa militan di bawah bayangan PDIP.

Santoso sempat menjadi Wakil Wali Kota Blitar mendampingi Samanhudi pada periode 2015-2019. Santoso kemudian naik menjadi Wali Kota Blitar ketika Samanhudi terjerat OTT KPK pada 2018.

Samanhudi masih ingin kekuasaannya di Blitar dilanjutkan oleh putranya yang memang sudah disiapkan untuk terjun ke politik. Oleh karenanya, terjadi perjanjian Santoso tidak akan maju sebagai bakal calon wali kota ataupun bakal calon wakil wali kota apabila tidak dipasangkan dengan putra Samanhudi.

Namun rencana tidak berjalan mulus. PDIP tidak merekomendasikan putra Samanhudi. Partai berlogo banteng moncong putih itu justru menyarankan Tjujuk Sunariyo, kader dari Gerindra, karena secara hitungan politik lebih kuat. Benar saja, pasangan itu menang mutlak.

Langkah Santoso membuatnya kecewa. Namun Samanhudi masih memiliki rencana lain dengan menjadikan putranya sebagai Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDIP Kota Blitar. Ia berharap Santoso memiliki cukup pengaruh untuk mewujudkan keinginannya. Sayangnya, yang terjadi tidaklah demikian. Bermula dari situlah rasa dendam Samanhudi tumbuh.

Ketika dimintai keterangan tentang dendam Samanhudi terhadap dirinya, Santoso bilang hubungannya baik-baik saja dan ia tidak ingin ada polemik dengan seniornya itu.

“Oh baik. Jadi, saya selama ini apapun bentuknya saya tetap menghargai beliau,” jelas dia seperti dikutip dari detik.com.

Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA 3 Video Klip Selain Bintang di Surga yang Bertema Perampokan

Exit mobile version