MOJOK.CO – Remi, seniman cilik yang karyanya tampil di Artjog 2023, memang peka perasaannya. Dia tidak suka hal-hal atau orang jahat. Ketika ditanya cita-citanya, dia menjawab, “Dokter keren ya kayaknya. Asal bukan jadi polisi. Mereka gak baik,” katanya tanpa ketawa.
Pameran senirupa tahunan ArtJog 2023 tengah berlangsung. Meneruskan semangat inklusi yang sudah mulai sejak tahun kemarin, ArtJog kembali menghadirkan karya-karya perupa muda. Beberapa di antaranya bahkan sangat muda. Salah satu yang paling muda adalah Remi Arungasa Mahavra, seniman asal Jakarta kelahiran 2017.
“Sebenarnya, karya Remi dibuat saat dia masih lima tahun. Namun, kata Tim ArtJog, yang penting sudah enam tahun (usia seniman) saat dipamerkan,” tutur Nanda dan Nori, kedua orang tuanya, saat menunjukkan betapa “hijau”-nya Remi di salah satu Art Fair terbesar di Asia Tenggara ini.
Remi menggambar sejak batita
Remi mulai menggambar sejak berusia tiga tahun yakni di masa awal pandemi. Situasi pandemi membuat Remi banyak bermain di rumah bersama kedua orang tuanya yang juga bergerak di ekosistem kreatif. Nanda dan Nori adalah pendiri Mahavra Studio yang bergerak di bidang grafis dan videografi.
“Namun bukan berarti kami mengarahkan dia sejak awal untuk menggambar. Dia yang memulai dan kami hanya mendukungnya,” ujar mereka.
Berpameran di ArtJog 2023 awalnya adalah ide dari kedua orang tuanya. Mereka melihat Remi sudah mulai bisa menceritakan karyanya. Singkatnya, Remi sudah mulai “konseptual” dalam menggambar. Perkembangan kreativitas itulah yang mendorong mereka untuk menawarkan Remi berpameran di ArtJog 2023.
“Seandainya waktu itu Remi menolak, kami pun tidak apa-apa. Karena kami hanya menawarkan, bukan langsung mendaftarkan open call atau memaksanya,” kata keduanya.
Meski kedua orang tuanya di bidang kreatif, tapi mereka tidak pernah secara khusus mendidik Remi menjadi seniman. Remi pun membenarkannya. Ketika Mojok bertanya tentang guru atau tempat belajar menggambarnya, dia menjawab, “Youtube,” sambil menyebutkan kanal kesukaannya, BlackBean CMS.
Karya-karya Remi berkisar pada potret diri
Remi memang pada dasarnya suka menggambar. Saat ditemui di JNM Bloc, dia pun sedang bergulat dengan kertas dan oil pastel.
“Ini orang botak. Aku suka gambar ini sama self-portraitku,” kata Remi tentang gambarnya. Gambar botak itu ia contoh dari kanal kesukaannya tadi.
Karya Remi yang hadir di ArtJog 2023 pun merupakan potret dirinya. “Portraits of Colors”, begitulah judul karyanya yang berupa tiga gambar potret diri ekspresionis dengan medium oil pastel on paper. Masing-masing ia beri judul lagi: “The OK Purple”, “The Quite Happy Blue”, dan “The Happy Red”.
Tiap potret diri ini menggambarkan perasaan Remi ketika menggambar gembira, senang, dan berusaha untuk baik-baik saja.
“Belakangan, dia tertarik pada sesuatu yang berkaitan dengan jiwa atau perasaan,” ujar Nori terkait pilihan eksplorasi tema Remi. Entah dari mana Remi menyerap tema-tema ini dan menuangkannya ke dalam karya.
Lebih ingin jadi dokter ketimbang polisi
Remi memang peka perasaannya. Dia tidak suka hal-hal atau orang jahat. Ketika Mojok bertanya tentang cita-citanya, dia menjawab, “Dokter keren ya kayaknya. Asal bukan jadi polisi. Mereka gak baik,” katanya tanpa ketawa yang artinya, dia serius.
Ketika mengonfirmasi hal ini kepada Nori dan Nanda, keduanya tergelak. “Dia pasti mengamati film-film yang kami tonton. Semuanya menampilkan ironi polisi, dari yang semestinya melindungi malah justru sumber bahaya. Bahkan kartun untuk seusianya pun banyak yang menggambarkan polisi seperti ini,” ungkap Nanda tentang asal muasal ogahnya Remi jadi polisi.
Memang benar demikian. Remi sendiri menceritakan tentang film Lyle, Lyle, Crocodile yang ia tonton. “Lyle ditangkap polisi hanya karena dia buaya. Dia dianggap berbahaya. Padahal dia cuma mau bernyanyi,” tuturnya.
Kemudian, saya menatapnya, dan bertanya, “Kalau kamu, gimana? Pernah ditangkap polisi karena menggambar?”
“Nggak,” katanya sambil terus memberi warna mata pada kepala orang botaknya.
Penulis: Dhias Nauvaly
Editor: Iradat Ungkai