MOJOK.CO – Zaman berubah, manusia pun ikut berkembang. Lagu jadul yang dulu kita sukai bisa terasa sangat berbeda ketika kita dengarkan sekarang.
Pernahkah kalian termenung saat mendengarkan lagu jadul favorit? Saya sering. Selalu ada kesadaran baru yang saya dapat dari aktivitas tersebut. Dari kesadaran atas pemahaman lirik yang dimaksud penciptanya sampai pertanyaan tentang bagaimana jika lagu tersebut rilis di zaman sekarang.
Boom! Saya mendapati bahwa ada banyak lagu jadul populer yang sepertinya bakal terkena predikat red flag dari warganet jika dirilis hari ini. Berikut di antaranya.
1. Sabda Alam–Ismail Marzuki
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu Namun ada kala pria tak berdaya Tekuk lutut di sudut kerling wanita
Lagu ini tercipta pada 1956. Dengan lirik yang maskulin, saya tidak yakin publik bakal menerima lagu ini begitu saja di tengah perjuangan kesetaraan gender yang semakin gencar hari ini. Dulu mungkin penulisnya ingin memaparkan realitas, tapi hari ini, pendengar jauh lebih kritis dan vokal.
2. Mata Indah Bola Pingpong-Iwan Fals
Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda Salah sendiri kau manis Punya wajah teramat manis
Belakangan saat pendidikan seksual semakin meluas, kita tahu ada istilah catcalling dan gaslighting. Catcalling adalah tindakan yang bertujuan untuk menggoda lawan jenis. Aktivitas ini bagi bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi korban.
Sedangkan gaslighting merupakan bentuk manipulasi yang dilakukan seseorang yang memiliki kuasa dengan cara membuat korbannya tidak yakin dengan dirinya sendiri. Di lirik tersebut, penggoda meyakinkan tergoda kalau perilakunya wajar sebab si tergoda manis.
Bagaimana jika “penggoda” diganti dengan “pemukul” apakah tindak pemukulan bisa dibenarkan? Tentu tidak. Boleh atau tidak, yang berhak memutuskan adalah si terpukul, bukan pemukul. Atau dalam konteks lirik, yang berhak memutuskan pantas atau tidak, ya si tergoda bukan penggoda.
Baca halaman selanjutnya…
3. Surti Tejo–Jamrud
3. Surti Tejo–Jamrud
Surti menjerit serentak menutup matanya
Surti menangis kecewa arjuna berubah…Surti berlari kayak kesurupan
Dan si tejo ngelamun menahan konaknya Diacungkan jari tengah ke arah surti Penuh dendam dia bilang Fuck you
Lagu ini sejatinya memaparkan fenomena orang desa yang berubah. Namun, deskripsi liriknya terang benderang memaparkan adanya pemaksaan aktivitas seksual secara sepihak. Tidak ada penjelasan soal concern di sana. Priiiiit!
4. Karmila–Farid Hardja
Ku kenal dikau lalu jatuh cinta bagai pertama
Dan ku cumbu dikau penuh kasih mesra bagai cerita Kau berulangtahun, ku tuang minuman ke dalam gelas Pada saat itu ku tahu usiamu baru sebelas
Pada tahun 70-an lagu ini rilis. Zaman di mana mungkin pengetahuan akan seksualitas belum terang seperti hari ini. Saya tidak membayangkan lagu semacam ini rilis di zaman sekarang, mungkin akan banyak yang mengkritik habis-habisan. Sebab, liriknya memaparkan perilaku grooming dan pedofilia.
Sekalipun di bait penutup ada lirik “dikau yang terakhir” yang itu menyiratkan sebuah janji menjadikan Karmila sebagai cinta yang terakhir, tapi, perilaku tersebut tetap saja tidak benar.
Pengetahuan berkembang seiring zaman yang terus maju. Dulu mungkin belum banyak orang yang memiliki pengetahuan dan kesadaran lebih terkait topik-topik di atas sehingga publik tetap menerimanya. Sesuatu yang bakal sulit terjadi hari ini. Sebab, kini orang lebih kritis, responsif, dan vokal akan banyak hal.
Fenomena ini sekaligus juga bisa mendorong para musisi untuk lebih selektif lagi dalam memilih tema dan lirik. Lagipula, masih banyak tema-tema lain yang menarik untuk menjadi lagu. Tetap kritis dan semangat!
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Iradat Ungkai