Hari Kesaktian Pancasila, Kesaktian Siapa yang Kita Bela?

Pada Satu Oktober, rakyat Indonesia yang ingat akan merayakan hari kesaktian Pancasila. Hari ini dikukuhkan sebagai pengingat bahwa meski ada upaya pemberontakan, penggantian idiologi negara, tapi Indonesia masih tetap kukuh sebagai bangsa yang satu dan berdaulat. Satu Oktober bagi banyak orang juga hari di mana keganasan Partai Komunis Indonesia melalui usaha coup bisa diakhiri. Bertahun-tahun kemudian, perayaan tentang hari kesaktian Pancasila melulu soal simbol burung garuda, nasionalisme, dan tentu saja duka cita.

Pancasila kerap menjadi alasan untuk menjaga persatuan, ia juga digunakan untuk stempel bahwa kamu pro republik atau seorang pelaku makar. Kita tahu bagaimana orang-orang Hizbut Tahrir Indonesia dianggap sekumpulan penggemar makar yang hendak mengganti Pancasila dengan Khilafah. Orang-orang Papua yang bicara tentang keadilan, Hak Asasi Manusia, dan kesetaraan juga kerap dianggap bagian dari organisasi separatis yang anti Pancasila. Intinya, Pancasila dianggap sebagai ajian sakti mandraguna yang bisa digunakan untuk menyingkirkan orang-orang berisik.

Tapi apakah kita tahu, Pancasila sendiri dibuat oleh siapa? Lagu Garuda Pancasila yang dengan indah dinyanyikan oleh masa aksi 299 yang menolak kebangkitan PKI dan Perppu Ormas di luar gedung DPR itu dibuat oleh siapa? Ketidaktahuan sejarah, kemalasan mencari tahu, dan keterbatasan pola pikir kritis membuat kita berpikir Pancasila sebagai idiologi negara hadir terberi. Bukan sesuatu yang dibangun secara kolektif dari berbagai kelompok masyarakat dari berbagai golongan.

Lagu Garuda Pancasila diciptakan oleh seniman lembaga kebudayaan rakyat (Lekra) bernama Sudharnoto pada 1956. Kita jelas tahu bahwa Lekra adalah organisasi kesenian di bawah PKI. Ya agak absurd, sedikit ironis, kalau tak mau menyebut goblok orang-orang yang berteriak anti PKI tapi menyanyikan lagu yang dikarang oleh seniman Lekra yang dibikin PKI. Peradaban nalar memang susah dibangun di antara fanatisme buta, pada aksi 299 yang menolak perppu ormas dan kebangkitan PKI, HTI masih getol berteriak khilafah dan Pancasila dalam satu nafas.

Lalu bagaimana dengan logo Garuda Pancasila itu sendiri? Tak banyak orang Indonesia tahu bahwa simbol Pancasila merupakan rancangan dari Sultan Hamid II dari Pontianak. Sosok Sultan Hamid II dalam sejarah politik Indonesia merupakan salah seorang yang kontroversial. Usai bubarnya Republik Indonesia Serikat (RIS) bubar, Sultan Hamid II pun tersingkir dari panggung politik. Namanya semakin buruk karena tuduhan subversif hendak membunuh Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sekretaris Pertahanan Ali Budiardjo dan Kepala Staf Angkatan Perang, Tahi Bonar Simatupang. Meski tuduhan makar kemudian dibantah dan sedang ada upaya pembersihan nama baik Sultan Hamid II

Tentang Pancasila, kita sebenarnya kerap bersikap berbeda antara satu dengan yang lain, sikap galak terhadap orang-orang Papua yang dianggap anti pancasila tidak segalak sikap kita pada Rizieq Shihab yang pernah mengkritik Pancasila secara terbuka. Ini baru simbol negara, belum lagu nasional Indonesia Raya yang dibikin oleh W.R Supratman, seorang muslim dari Ahmadiyah yang kelompoknya kerap diganggu, dikafirkan, direndahkan, serta disakiti oleh kelompok yang mengaku pendukung Pancasila.

Lantas jika lagunya dibikin oleh kader komunis, simbol negaranya dibikin oleh bapak bangsa yang dituduh pelaku makar, lagu nasional dibikin oleh orang yang dianggap kafir, kita sebenarnya sedang membela kesaktian siapa?

 

Exit mobile version