MOJOK.CO – Wafatnya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif pada Jumat (27/05/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping meninggalkan duka yang mendalam bagi Haedar Nashir. Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut mengaku hampir saja tak bisa menemui Buya pada saat terakhirnya.
“Saya dalam perjalanan ke Bandung. Sampai di Klaten dapat kabar Buya dalam kondisi kritis. Saya kembali lagi dan alhamdullilah masih bisa menjumpai beliau [sebelum wafat],” ungkap Haedar kepada wartawan di RS PKU Gamping, Jumat Siang.
Menurut Haedar, Buya sudah cukup lama dirawat di rumah sakit. Tim dokter dari RS PKU Muhammadiyah Gamping dan Yogyakarta berkoordinasi untuk menangani kondisi kesehatan Buya. Bahkan tim dokter kepresidenan pun turun tangan atas rekomendasi dari Presiden Jokowi.
“Namun, Allah menggariskan ajal [buya] di usianya ke-87 tahun. Para dokter dengan senantiasa bekerja dengan profesi dan tanggungjawabnya sudah berusaha dengan usaha dan ilmunya,” paparnya.
Haedar menambahkan, Buya Syafii Maarif selama ini dikenal sebagai tokoh yang selalu menjunjung tinggi nilai moral dan etika serta akhlak serta keadaban mulia. Nilai-nilai baik ditanamkan tidak hanya di internal Muhammadiyah namun dalam relasi antar bangsa.
Buya juga dikenal sebagai tokoh humasnis, bahkan dengan orang-orang kecil. Di minggu terakhir ini, Buya disebut memperhatikan satpam dan siapapun yang dianggap sebagai saudara dengan penuh perhatian.
Sebagai Bapak Bangsa yang wawansannya inklusif melintasi jaman, Buya Syafii Maarif memiliki kepedulian pada pemikiran maju yang besar untuk bangsa dan negara. Buya tak kenal lelah mengajak elit bangsa untuk menjadi negarawan.
“Karena itu hari ini dengan kesaksian semua orang diharapkan bisa melepas kepergian Syafii Maarif dengan keikhlasan dan ketulusan,” ungkapnya.
Sementara Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping dr Ahmad Faesol mengungkapkan Buya masuk ke RS PKU Gamping pada 14 Mei 2022 lalu. Karenanya RS tersebut membentuk tim medis untuk menangani kesehatan Buya.
“Setelah tim medis ini berkoordinasi akan dilakukan suatu tindakan kami juga koordinasi dengan tim medis kepresidenan. Sudah datang kesini sudah melihat situasi dan oleh tim medis ini dan tim medis sini dan kepresidenan sudah disepakati untuk perawatan di sini. Alhamdulillah kita berjalan 13 hari di sini dan Allah menghendaki untuk yang terbaik beliau pada hari ini dipanggail. Buya Syafii Maarif mengalami keluhan sesak napas sebelum meninggal,” paparnya.
Ditambahkan dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Evita Devi Nur Rahmawati, Buya saat masuk RS mengalami serangan jantung yang kedua. Sebelumnya Buya sudah mengalami serangan jantung namun bisa kembali membaik.
“Sehingga kontrol rutin beliau sangat patuh juga dengan obat. Namun, beliau masuk lagi dengan serangan jantung yang kedua dan kali ini kami membuat tim medis langsung,” ujarnya.
Tim medis memutuskan untuk melakukan tindakan berupa kateterisasi jantung. Namun, setelah dilakukan kateterisasi jantung, ternyata hasilnya memang pembuluh darah jantung Buya Syafii Maarif mengalami penyumbatan yang terlalu banyak dan terlalu keras.
Kondisi jantung Buya Syafii Maarif pun sulit untuk dilakukan pemasangan ring ataupun dilakukan operasi bypass. Sehingga dilakukan pengobatan yang optimal.
Namun, Kamis (26/05/2022) Buya mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas kembali. Setelah dievaluasi ternyata Buya Syafii Maarif mengalami serangan jantung lagi.
“Namun, ternyata tadi pagi beliau mengalami henti jantung mengalami henti jantung. kita lakukan resusitasi, pengobatan dan resusitasi jantung dan paru selama kurang lebih 1 jam karena henti jantung. Karena memang kondisi sudah apa sumbatan yang juga sudah berat sehingga henti jantung itu kembali terjadi 40 menit setelahnya di ruang ICCU,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono