MOJOK.CO – Tidak hanya berbelanja, Anda juga bisa mencicipi kuliner legendaris Empal Bu Warno di Pasar Beringharjo. Warung yang berdiri sejak tahun 1960 itu tidak hanya menjadi tujuan makan siang pedangan dan pengunjung pasar, tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah.
Warung empal yang sudah melewati dua generasi kini dipegang oleh cucu-mantunya, Widya (47). Mojok sempat mewawancarai Widya dan mendapati hal-hal unik di balik kuliner olahan daging sapi itu.
Dirintis oleh Ibu Prawiro Suwarno
Empal Bu Warno dirintis oleh Ibu Prawiro Suwarno pada tahun 1960. Setelah meninggal, operasionalnya dilanjutkan oleh Sumarsih, anaknya.
Kebakaran hebat sempat menimpa Pasar Beringharjo pada tahun 1986, pasar baru beroperasi kembali pada tahun 1991. Warung empal yang semula terletak di selatan pasar, Jalan Pabringan, kemudian pindah ke lantai 2, tepatnya di Los Timur PA 1. Kios sederhana berukuran 10 meter itu menghadap ke sisi utara Masjid Al-Muttaqien Beringharjo.
Dahulu, Empal Bu Warno hanya menyediakan menu empal dan jeroan untuk dibawa pulang. Kini Widya menambahkan nasi, sayur, dan minuman selayaknya pilihan menu di warung-warung. Widya melihat, kebanyakan orang yang datang ke warungnya ingin makan siang, makanya ia menambahkan pilihan-pilihan baru.
Selain di Pasar Beringharjo, Empal Bu Warno juga memiliki dua cabang lain di Jalan Brigjen Katamso, Mergangsan dan Jalan Krasak Timur, Kotabaru.
Resep tidak pernah berubah
Widya bercerita, resep pengolahan empal tidak pernah berubah. Suami Widya menyimpan resep itu secara turun temurun.
Menurutnya, keistimewaan Empal Bu Warno terletak pada potongan daging yang besar dan tebal. Selain itu, daging yang diolah menjadi empal hanyalah kisi dan gendik yang didapat dari paha dan betis sapi. Kedua bagian itu memiliki sedikit kandungan lemak.
Mengolah dagingnya pun penuh kesabaran. Setiap hari pukul 14.00 WIB, di dapur Empal Bu Warno yang terletak di Jalan Beji, Jagalan kedatangan dua karyawan untuk memotong dan mencuci daging sapi. Setidaknya 40 kilogram daging sapi digunakan setiap hari. Pukul 17.00 WIB daging sudah siap untuk diolah. Daging yang sudah dipotong-potong tadi kemudian dibagi dalam tiga panci besar.
Tiga panci itu diletakkan di atas anglo. Karyawan tidak hentinya menggerakkan kipas dari anyaman bambu untuk menjaga api tetap menyala. Perebusan daging sapi berlangsung selama 5-7 jam. Setelahnya daging ditiriskan, lalu direndam bumbu bacem selama semalam penuh.
Tidak melayani marketplace
Sampai saat ini, Empal Bu Warno tidak menggunakan marketplace seperti Grabfood maupun Gofood untuk melakukan penjualan. Kalau ingin memesan, biasanya hanya melalui kontak Whatsapp pribadi Widya atau suami.
Tidak heran, banyak orang rela datang jauh-jauh untuk mencicipi empal yang satu ini. Bahkan, Empal Bu Warno pernah dikunjungi orang-porang ternama seperti Najwa Shihab, Sudjiwo Tedjo, Olga Lydia, Mike Amalia, Tora Sudiro, Henidar Amroe, dan Lydia Kandou.
Widya juga tidak repot-repot dalam melakukan pemasaran. Ia hanya mengandalkan promosi konvensional alias melalui mulut ke mulut. Walau begitu, tetap banyak orang mengunjungi empal legendaris ini.
Reporter: Brigitta Adelia
Editor: Kenia Intan