MOJOK.CO – PO Puspa Jaya jadi primadona baru warga Lampung yang hendak menuju Jawa karena kecepatannya. Perusahaan ini pemiliknya keluarga transmigran dari Bali.
Puspa Jaya adalah perusahan otobus (PO) asal Lampung yang melayani jasa bus AKAP, sewa bus pariwisata, dan trayek dalam kota. PO dengan ciri khas warna hijaunya ini memiliki slogan “Aman, Nyaman, Terpercaya”. Namun, sepertinya, mereka harus menambah satu kata lagi: ngibrit atau lekas sampai tujuan.
Cepat, sangat cepat
Tanyakan saja pada Ali Munawar (85), kakek dengan 17 cucu asal Lampung Timur. Dirinya adalah penumpang setia PO Puspa Jaya. Sebetulnya, selama belasan tahun ia selalu menaiki PO yang sama, Putra Remaja, untuk perjalanan ke Yogyakarta.
Tapi semuanya berubah ketika dirinya mulai mencicipi Puspa Jaya sejak pandemi kemarin. “Puspa Jaya cepat datangnya, cepat juga sampainya,” begitu testimoninya.
Kecepatannya ini tidak lantas mengorbankan fasilitas yang menurut Ali sama baiknya dengan PO yang pernah dia tumpangi sebelumnya. Sejak itu, Ali selalu naik Puspa Jaya bila bepergian untuk menyambangi keluarganya di Yogyakarta –dia seorang transmigran dari Moyudan, Sleman, sejak tahun 60-an.
Tidak hanya sukses menggoda busmania jadul, kecepatan PO Puspa Jaya juga bisa nyantol di pengguna baru seperti yang dialami Pram (19). Padahal sebelumnya, kalau tidak kepepet, dia tidak akan mau naik bus.
Sampai ketika dia mulai berkuliah di Yogyakarta dan mengharuskannya naik bus sebab tiket pesawat kelewat mahal. Tanya sana-sini, rekomendasi paling sering nongol adalah Puspa Jaya.
Dari pengalamannya menaiki bus ini, rata-rata waktu tempuh dari Yogyakarta-Lampung “hanya” berkisar 16-17 jam. Sementara itu, rerata perjalanan dengan PO lain ada di kisaran 20-22 jam. Bahkan, saking ngibrit-nya Puspa Jaya, Pram pernah kelewatan terminal tujuan.
“Saat itu bus memang melaju kencang tanpa halangan sepanjang malam. Awalnya, perkiraan saya akan sampai di Terminal Jombor (tujuannya) pukul 5 pagi. Lalu saya tidur dan memasang alarm. Ketika terbangun, Terminal Jombor sudah lewat yang membuat saya terpaksa turun di perempatan Gamping,” tuturnya.
Bus Lampung yang dimiliki oleh keluarga Bali
Sebelum melayani rute ke Yogyakarta, PO ini awalnya cuma melayani rute lokal, yakni Banjit (Way Kanan)–Bandar Lampung. Rute ini dipilih sebab pendirinya, Ketut Narya, bermukim di Way Kanan setelah bertransmigrasi dari Karangasem, Bali, saat Erupsi Gunung Agung 1963.
Saat didirikan pada 1978, namanya masih PO Puspa Sari. Sebab sebenarnya PO ini merupakan cabang dari perusahaan sama yang berbasis di Bali. Sebelas tahun berjalan, barulah Puspa Sari merambah rute perjalanan ke Yogyakarta dan Solo.
Nama Puspa Jaya mulai disematkan pada 1992. Tepatnya saat perusahaan–yang memang dirancang sebagai usaha keluarga–dikelola oleh sang anak, Ketut Pasek. Gebrakannya antara lain membuka trayek ke Jawa Timur dan layanan bus AC.
Puspa Jaya terus melebarkan sayapnya. Pada milenium kedua, perusahaan yang berkantor di Jl. Soekarno Hatta No. 3 Bandar Lampung ini mulai menyewakan armadanya untuk pariwisata.
Setelah melanglang buana dengan moda AKAP dan bus pariwisatanya, Puspa Jaya kembali menggarap pasar lokal. Situasi Bandar Lampung yang bus kotanya lumpuh total sejak pandemi Covid-19 dimanfaatkan betul oleh Ketut Pasek. Per 24 November 2022, Puspa Jaya melayani angkutan dalam kota.
Seperti dikutip dalam Lampung Pro, sampai saat ini pihaknya baru melayani trayek Kampus ITERA–Tanjung Karang. Rute bolak-balik ini diisi oleh 10 armada dengan menerapkan tarif flat 5.000 rupiah.
Penulis: Ardhias Nauvaly
Editor: Iradat Ungkai