Nostalgia Kereta Api Lembah Serayu, Penghubung Cilacap-Wonosobo yang Penuh Kenangan

kereta api lembah serayu mojok.co

Jalur kereta Lembah Serayu Purwokerto-Wonosobo (Dok. Heritage KAI)

MOJOK.COPernah ada jalur kereta Lembah Serayu yang melintasi Cilacap, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, hingga Wonosobo. Rute ini indah karena banyak melintas di sepanjang lembah tepi Sungai Serayu.

Jalur legendaris itu kini hanya tersisa rel usang yang tak berfungsi, terutama di Banjarnegara dan Wonosobo. Beberapa bekas stasiun masih terlihat, meski sudah dalam kondisi terbengkalai.

Inisiasi jalur Lembah Serayu berangkat dari perusahaan swasta Belanda Serajoedal Stroomtram Maastschappij (SDS) yang ingin membuat jalur angkutan hasil kebun. Setelah melalui proses panjang untuk mendapatkan izin dari pemerintah kolonial, akhirnya kereta api jalur Lembah Serayu mulai beroperasi pada 1 Juli 1900.

Nama perusahaan ini memiliki arti perusahaan kereta atau trem uap Lembah Serayu. Jalurnya memang melewati pinggiran sungai terpanjang di Jawa Tengah ini.

Jalurnya membentang antara Maos, Cilacap, sampai Wonosobo. Namun mulanya, sampai 1917 masih berujung di Banjarnegara dengan total 31 pemberhentian baik stasiun maupun halte.

Purnawan Basundoro dalam bukunya Arkeologi transportasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Keresidenan Banyumas 1830-1940an menyebut jalur ini punya manfaat strategis sebagai angkutan angkut warga dan barang pada masa kejayaannya.

Pasca-kemerdekaan, seluruh aset perusahaan Belanda akhirnya beralih ke Pemerintah Indonesia. Termasuk jaringan kereta api di Banyumas ini. Hal itu berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Milik Belanda.

Peraruran itu membuat kereta api Lembah Serayu masih terus eksis menjadi fasilitas transportasi masyarakat di Banyumas. Selain itu juga berfungsi untuk angkutan barang. Setelah kemerdekaan, jalur ini disebut Lintas Purwokerto-Wonosobo dengan panjang 92,1 kilometer dari Purwokerto, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, hingga Wonosobo.

Akhir era Lembah Serayu

Pada era 70-an, Purnawan Basundoro menyebut, pemerintah mulai melakukan perubahan pengelolaan transportasi. Jalan raya di sekitar Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, hingga Wonosobo mulai mengalami perbaikan masif.

Hal itu mendorong pertumbuhan transportasi bus dan kendaraan serupa yang dianggap lebih fleksibel lantaran bisa berhenti di sembarang tempat. Masyarakat mulai beralih dan pemerintah akhirnya menurunkan peran bagi kereta api lokal Lembah Serayu.

Pada 1977, pemerintah menurunkan kelas stasiun Purwokerto (Stasiun Purwokerto Timur) sampai Wonosobo. Hal ini juga seiring dengan menurunnya jumlah penumpang.

“Salah satu kelemahan jalur ini adalah jalurnya yang hanya sampai di Kota Wonosobo. Upaya menyambung ke Parakan, yang kemudian terhubung sampai Yogyakarta tidak pernah terwujud,” tulis Purnawan.

Sempat ada upaya peningkatan kualitas kereta api dengan menghadirkan lokomatif baru bertenaga diesel penggati kereta uap. Namun tidak berhasil mendongkrak minat masyarakat. Akhirnya, pada 1978 kereta api Lembah Serayu menghentikan operasionalnya sebagai kereta penumpang.

Sempat ada wacana reaktivasi jalur Purwokerto-Wonosobo yang masuk ke dalam rencana strategis Ditjen Perkeretaapian 2020-2024. Sejak 2015 sudah ada tahap studi uji kelayakan hingga basic desain. Namun belum ada informasi lanjutan mengenai tahapan selanjutnya hingga jalur ini bisa aktif kembali.

Penulis: Hammam Izzudin
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Jembatan Cikubang, Jembatan Kereta Bersejarah yang Besinya Impor dari Eropa

Cek berita dan artikel lainnya di Google News

Exit mobile version