MOJOK.CO – Muhammad Faqih Husaen, mahasiswa Ilmu Komputer FMIPA UGM bersama dua temannya mengembangkan inovasi teknologi untuk membantu penyandang disabilitas. Mahasiswa angkatan 2019 ini melakukannya di tengah keterbatasan gerak karena menderita duchenne muscular dystrophy (DMD).
DMD merupakan penyakit itu menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi otot sehingga mengalami kelumpuhan kaki. Dia dan almarhum kakaknya mengalami penyakit yang sama. Penyakit itu menyebabkan penderitanya mengalami penurunan fungsi otot sehingga mengalami kelumpuhan kaki.
Pengalaman ini yang akhirnya membuat Faqih dan dua temannya di UGM mengembangkan inovasi teknologi berupa aplikasi layanan ramah disabilitas yang diberi nama Accessive.id.
Aplikasi itu dapat membantunya dan para penyandang disabilitas dalam mengakses informasi layanan yang ramah disabilitas. Sebab aplikasi ini memiliki informasi aksesibilitas suatu tempat bagi penyandang disabilitas seperti disabilitas fisik, lansia, orang sakit maupun khalayak lainnya.
“Aplikasi ini untuk memfasilitasi mobilitas disabilitas sehingga bisa merencanakan tempat yang dikunjungi dengan lebih mudah,” ujar Faqih di UGM, Senin (30/01/2023).
Menurut Faqih, Accessive.id mereka kembangkan sejak 2020 lalu. Pengembangan dilakukan dengan pendanaan dari program 1000 Startup Digital Kemenkominfo.
Dia membuat aplikasi itu bersama dengan kedua rekannya yakni Bima Indra Permana (Magister Manajemen UGM) dan Gaksa Gantara (alumnus SV UGM). Aplikasi tersebut masih berada dalam tahapan beta testing.
Accessive.id memiliki empat fitur utama yakni pencarian tempat, detail aksesibilitas tempat, ulasan, serta open collaborative platform. Melalui fitur pencarian tempat, pengguna dapat menelusuri tempat melalui maps maupun list.
“Aplikasi ini bisa diunduh lewat playstore secara gratis,” jelasnya.
Sediakan informasi sebuah tempat yang ramah penyandang disabilitas
Faqih menambahkan, fitur detail aksesibilitas di aplikasi itu memudahkan pengguna bisa melihat informasi yang tersedia di suatu tempat seperti fasilitas ram, deskripsi audio dan fasilitas lainnya untuk semua disabilitas, lansia, serta kelemahan fisik lainnya.
Aplikasi ini juga mempunyai fitur ulasan yang menyediakan tempat bagi penggunaan untuk bercerita dan membagikan pengalaman tempat-tempat yang telah dikunjungi. Selain itu fitur open collaborative platform memberikan kesempatan bagi pengguna untuk membantu menambahkan berbagai informasi layanan disabilitas yang dimiliki suatu tempat.
Aplikasi itu bisa mengumpulkan 80 informasi tempat yang ada di DIY. Mulai dari kampus, tempat makan, hotel, stasiun hingga tempat ibadah..
“Kedepan kami akan terus menambah informasi tempat lainnya,” jelasnya.
Sementara Bima menjelaskan, aplikasi itu dapat membantu penyandang disabilitas dalam mendapatkan informasi terkait fasilitas bagi disabilitas. Selain itu diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bisa lebih peka terhadap kebutuhan penyandang disabilitas.
“Salah satunya dengan menyediakan fasilitas ramah disabilitas yang sangat mereka butuhkan,” jelasnya.
Bima menambahkan, aplikasi buatan mereka tersebut berhasil mewakili Indonesia untuk berkompetisi di ajang International Intellectual Property atau IPITEX di Bangkok, Thailand pada 1-7 Februari 2023.
Bangkok International IPITEX merupakan kegiatan pameran invensi sekaligus kompetisi yang mempertemukan para inventor dan peneliti dari berbagai negara dunia. Mereka memamerkan ide maupun produk baru kepada produsen, investor dan masyarakat luas.
“Kami harapkan aplikasi ini bisa memenangi kompetisi agar bisa dikembangkan lebih baik,” imbuhnya.
Reporter: Yvesta Ayu
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Penyandang Disabilitas dan Stigma Salah yang Menghantuinya dan tulisan menarik lainnya di rubrik Kilas.