MOJOK.CO – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin punya peluang besar masuk bursa pemilihan presiden 2024. Namun dia dinilai punya kendala soal branding yang membuat calon pemilih bingung dan elektabilitasnya tak kunjung naik.
Pandangan di atas mengemuka dalam Fisipol Leadership Forum #2: Road to 2024 Membedah Pemikiran Muhaimin Iskandar dalam buku Visioning Indonesia: Arah Kebijakan dan Peta Jalan Kesejahteraan’ di kampus Fisipol UGM, almamater Cak Imin sendiri, Rabu (28/9/2022).
Dalam paparannya, politisi yang akrab disapa Cak Imin itu menjelaskan sejak Reformasi, Indonesia menerapkan demokrasi yang dapat menjadi modal utama untuk mencapai kesejahteraan.
Di sisi lain demokrasi ini juga punya ancaman, terutama kesadaran politik rakyat yang masih harus ditingkatkan hingga sejumlah distorsi dan kesalahan persepsi pada demokrasi itu sendiri.
“Di pemilu 2019, kita menghadapi konflik politik yang sampai memisahkan masyarakat. Berantemnya keras banget meski Pak Prabowo sudah bergabung di pemerintahan Pak Jokowi,” ujar Wakil Ketua DPR RI ini.
Situasi demokrasi itu juga mendapat ancaman dari sisi ekonomi, seperti maraknya politik uang dan kemiskinan, hingga ancaman krisis ekonomi global yang diprediksi bakal terjadi tahun depan.
Namun ia yakin bangsa Indonesia dapat melalui kondisi krisis itu dengan mengoptimalkan segala potensi, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. “Syaratnya kita harus menjadi bangsa mandiri. Kesejahteraan harus dirasakan semua orang,” tuturnya.
Menurutnya, pemerintah sudah melakukan sejumlah langkah dalam mencapai hal itu. Kendati demikian, kata Cak Imin yang kini juga bagian dari koalisi, pemerintah belum maksimal dalam sejumlah kebijakan.
“Kebijakan reformasi agraria masih lamban, perlu digenjot lagi, dan tidak cukup hanya sertifikasi tanah,” kata dia.
Menurut Cak Imin, lambannya kebijakan itu membuat redistribusi aset tanah belum menunjukkan hasil. Akibatnya, segelintir orang masih menguasai lahan yang amat luas. “Sekarang ini satu persen penduduk menguasai 50 persen tanah di Indonesia,” katanya.
Cak Imin juga mendorong pemerintah mengoptimalkan pemasukan dari pajak lewat sumber-sumber pajak baru. “Banyak sumber pajak yang belum diseriusi seperti sektor pertambangan,” kata dia.
Di paparannya ini, Cak Imin juga mengutip kritik untuk pemerintah seperti dari ekonom Faisal Basri yang menyebut adanya oligarki atau konglomerasi di pemerintahan saat ini. Menurutnya, kritik ini harus menjadi otokritik. “Kritik atas oligarki ini harus kita tangkap menjadi formula agar oligarki tidak tumbuh dan berkembang,” tuturnya.
Di luar forum bahasan bukunya, Cak Imin juga kembali menyatakan kemantapannya untuk maju di pilpres 2024. Meski menyebut sudah ada kontrak politik dengan Partai Gerindra dan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto, Muhaimin juga telah bertemu dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang sempat dicibir netizen itu.
“Kita sama Prabowo sepakat, tidak mungkin hanya berdua dan harus menggalang kekuatan dari partai-partai lain. Dengan Mbak Puan, moga-moga bisa bergabung,” kata dia.
Ia mengklaim pertemuan-pertemuan dengan Puan dan rencananya dengan politisi dan pimpinan partai lain tak mengganggu koalisi Gerindra-PKB dan posisi capres-cawapres.
“Kita akan bicarakan. Tiap minggu kita ada diskusi. Pertemuan dengan Puan itu karena koalisi yang harus dijaga hari ini. Kita harap dengan pertemuan ini, PDIP, PKB, dan Gerindra bergabung,” katanya.
Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Imam, yang hadir dalam diskusi bedah buku pun menyebut Cak Imin layak masuk bursa pilpres 2024.
“Dia layak karena ketua umum parpol, jam terbangnya sebagai politisi dan aktivis tinggi dan punya pemikiran gagasan yang dituangkan dalam buku Visioning Indonesia. Isi buku ini terwujud kalau Cak Imin punya kekuasaan,” kata dia.
Sayangnya, hingga saat ini, elektabilitas Cak Imin di sejumlah survei belum tinggi. Arif menyebut hal ini lantaran branding yang dilakukan Cak Imin kerap berubah-ubah.
“Baliho (kampanye) dia tidak konsisten. Dari Cak Imin, panglima santri, lalu sekarang Gus Muhaimin. Masyarakat jadi bingung. Salah satu sebab elektabilitasnya enggak naik-naik karena inkosistensi branding,” ujarnya.
Arif menyarankan Muhaimin tetap mempertahankan sapaan yang sudah dikenal masyarakat, yakni Cak Imin, sebagai branding kampanye politiknya. “Kesannya juga lebih egaliter, marketable, dan diterima semua lapisan,” ujarnya.
Cak Imin juga sudah pas berpasangan dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk maju di pilpres 2024. “Pertemuan dengan Puan karena sekarang semua (tokoh) sedang menaikkan bargaining politik. Tapi kalkulasi politik dan elektabilitas tetap Cak Imin dengan Prabowo,” kata Arif.
Reporter: Arif Hernawan
Editor: Purnawan Setyo Adi