MOJOK.CO – Merintis usaha toko kelontong sejak duduk di bangku kuliah, Granita Elsara kini bisa mengantongi omzet hingga Rp380 juta. Ia tidak menyangka, usaha toko kelontong yang dirintisnya sejak lima tahun silam bisa bertahan hingga saat ini.
Mahalnya harga barang di toko-toko kelontong di sekitar rumahnya yang mendorong Elsa membuka usaha. Lokasi yang jauh dari kota membuat biaya distribusi menjadi mahal. Di samping, rumahnya memang terletak di daerah wisata Kaliurang. Akhirnya, di tahun 2017 ia membulatkan tekad mendirikan toko kelontong di garasi rumah untuk menstabilkan harga.
Awal merintis, alumnus Fakultas Hukum UGM yang baru saja diwisuda pada 25 Agustus 2022 itu meminjam modal sebesar Rp32 juta dari orang tuanya. Uang itu ia belanjakan menjadi perlengkapan toko dan produk-produk yang akan dijual.
Omzet awal yang hanya bisa menyentuh Rp300.000-Rp400.000 per hari membuatnya tidak yakin bisa mengembalikan modal ke orang tua. Ia kemudian melakukan diversifikasi barang dan menambah kuantitas barang per itemnya, sehingga bisa menawarkan pilihan lebih beragam ke konsumen.
Toko kelontong yang awalnya hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok itu kemudian diperluas dengan produk kebutuhan tersier lainnya.
Hingga akhirnya, saat momentum liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang yang melonjak berimbas pada penjualan toko yang turut naik tajam. Omzet mengalami peningkatan signifikan.
Kembali memutar otak, Elsa kemudian melebarkan pasar. Ia berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama. Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas. Akhirnya, usahanya tidak hanya membuka toko kelontong, tetapi juga mennyuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang. Untuk perluasan usaha ini, Elsa kembali berutang kepada orang tuanya hingga total pinjamannya mencapai Rp54 juta.
Tidak sia-sia, pasca-melebarkan pasar, omzetnya naik hingga Rp36 juta. Pada akhirnya, di penghujung 2018 ia mampu melunasi semua pinjaman ke orang tua.
Kembangkan area camping bersama pemuda Kaliurang
Bukan berarti perjalanan Elsa selalu mulus. Pada tahun 2018 terjadi erupsi Gunung Merapi yang mempengaruhi permintaan pasar di kawasan Kaliurang. Demi bertahan, ia pun kembali mencari cara untuk mempertahankan usahanya dengan mencari pasar lain, hingga menyuplai barang kebutuhan masyarakat ke Pasar Pakem, Sleman.
Usaha toko kelontong yang dirintis lima tahun silam itu akhirnya tidak hanya menstabilkan harga barang-barang di Kaliurang, tetapi juga mendapat profit. Setiap hari ia bisa menghasilkan omzet sekitar Rp12 juta. Apabila dihitung bulanan, omzetnya tak kurang dari Rp380 juta dengan keuntungan bersih sekitar Rp10 juta-Rp12 juta.
Usaha yang kian berkembang mengharuskan Elsa merekrut karyawan baru untuk membantu operasional. Saat ini ia memiliki 4 orang pegawai. Belum lama ini ia juga mendapat kucuran dana pengembangan usaha dari Kementerian Investasi sebesar Rp20 juta.
Setelah sukses dengan toko kelontongnya, Elsa bersama dengan pemuda desa Kaliurang Barat mengembangkan usaha penyediaan area camping dan piknik yang dinamai Nawang Jagad sejak 2021. Nawang Jagad berlokasi di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Padukuhan Kaliurang Barat dan cukup diminati wisatawan. Selain akses yang mudah, Nawang Jagad juga menawarkan suasana alam yang masih asri dan pemandangan khas pegunungan.
“Kunci berbisnis itu harus ada keberanian untuk ambil risiko, jangan cepat menyerah saat jatuh kalau mau bertahan dan segera cari solusi,” tutup dia.
Sumber: ugm.ac.id
Penulis: Kenia Intan